MENULIS KARMINA, MEMBANGKITKANNYA KEMBALI: Kata Pengantar

Oleh Much. Khoiri

Menulis suatu karya tulis, selain dimaksudkan untuk menyampaikannya kepada orang lain, juga untuk mengabadikan karya tulis itu agar suatu ketika ia dapat dibuka kembali. Terlebih, jika karya tulis itu suatu genre tulisan yang saat ini kurang tampak di permukaan, maka menulisnya adalah membangkitkanya kembali agar dikenali dan dipraktikkan oleh masyarakat luas.

Kira-kira demikianlah pesan umum yang dapat ditangkap dari penulisan buku yang menghimpun puluhan karmina ini. Buku ini, dalam kesan saya, disusun bukan hanya untuk mengabadikannya ke dalam bentuk cetak, dan meluncurkannya kepada publik pembaca, melainkan juga untuk mengajak pembaca menghidupkan dan membangkitkan karmina kembali.

Kover buku puisi Karmina karya H Mukminin. Sumber grambar: Dok Penulis

Ini sebuah keputusan kultural yang strategis, sebuah keputusan yang melambari kerja kebudayaan penulisnya untuk memberikan keberpihakan kepada genre tulisan yang disebut karmina. Mengapa strategis? Ini era serba praktis, seakan hidup berkejaran dengan waktu, dan kesibukan seakan tidak menyisakan waktu untuk membaca atau menikmati teks-teks panjang. Buktinya, masyarakat lebih nyaman membaca status WhatsApp atau gawai lain, bukan buku-buku yang tebal dan membuat orang mengernyitkan kening.

Maka, kehadiran karmina (karena dibangkitkan kembali) akan menjadi angin segar bagi mereka yang tidak suka membaca teks-teks panjang. Biarkan mereka memilih dan membuat karmina yang hanya dua baris, dan biarkan orang lain memilih, membaca, atau menulis teks lebih panjang. Biarkan masyarakat memahami sendiri bahwa hidup ini pilihan; dan apa pun yang dibaca akan dipetik buahnya. Penulis tidak punya kuasa untuk memaksakan masyarakat untuk membaca bahan bacaan, kecuali apa yang mereka inginkan.

Jika buku karmina ini—dan buku karmina lain di luar sana—secara masif bergerak dan digerakkan di dalam ruang baca masyarakat, bukan tidak mungkin karmina akan bangkit kembali. Pertama, karmina itu karya yang ringkas, hanya terdiri atas dua baris, mudah dipelajari dan dipraktikkan—sebagaimana orang membuat pantun pendek ludruk Suroboyo-an, yakni parikan jula-juli, yang selalu didendangkan pada pertunjukannya. Karmina hakikatnya mirip dengan itu.

Di samping itu, dalam tahun-tahun belakangan ini, kebiasaan berpantun kembali bangkit, terutama disampaikan oleh pejabat, pemateri seminar atau pelatihan, penceramah, atau pemimpin rapat. Mereka membuka sambutan atau presentasi dengan pantun, dan menutupnya dengan pantun pula. Kadang pantun mereka terdiri atas empat baris, kadang juga berupa karmina yang terdiri atas dua baris. Suasana pertemuan menjadi hidup dan bersemangat.

Keringkasan itulah yang memberikan peluang cukup besar bagi karmina untuk dicintai kembali oleh publik. Asalkan ada upaya masifikasi gerakan dalam mensosialisasikannya, termasuk lewat buku ini, maka amat boleh jadi publik akan berpantun ria (kembali) dalam berbagai kesempatan. Buku ini memberikan contoh-contoh yang dapat dinikmati dan bahkan dipelajari untuk mampu menulis sendiri.

Kedua, karmina yang dihimpun dalam buku ini memenuhi fungsi kemanfaatan sebuah karya tulis, yakni mendidik. Tak dimungkiri bahwa tulisan yang baik, antara lain, juga berperan sebagai media pendidikan bagi pembacanya, memberikan pencerahan, penyadaran, pembangkitan, dan bahkan motivasi kuat untuk melakukan gerakan. Karmina mengandung nasihat, refleksi, ungkapan bijak, dan sebagainya yang mengandung nilai-nilai pendidikan.

Adakah tulisan yang diciptakan bukan untuk kebaikan? Ada dan banyak! Di berbagai media (sosial) ada banyak tulisan yang menyesatkan, baik hoaks, ghibah, dan fitnah—maupun cerita-cerita cabul, semuanya mungkin ditulis dengan cukup baik, namun isinya menimbulkan dampak buruk bagi pembaca, dan bukan untuk kebaikan. Karmina dalam buku ini ditulis untuk jalan kebaikan, untuk memberikan dampak kebaikan!

Tentu saja, publik yang membuat karmina setelah membaca buku ini, diharapkan untuk menulis atau membaca karmina yang menebarkan nilai pendidikan dan kebenaran, bukan pesan-pesan yang justru mengobrak-abrik nilai-nilai baik dalam masyarakat. Jika kondisi ini terpenuhi, harapan mendalam dari penulis buku terbayar kontan, dan hal itu merupakan kebahagiaan tersendiri.

Ketiga, karmina dalam buku ini, sebagaimana karya sastra lain, juga memberikan hiburan bagi pembacanya. Cobalah Anda membaca beberapa karmina saja untuk pemanasan. Maka, Anda akan terhibur, setidaknya tersentuh oleh pesan-pesan yang disampaikan. Makin ke tengah buku, Anda akan makin dalam menerima rasa kesenangan. Itu dapat dirasakan hingga halaman terakhir buku ini.

Meski demikian, tingkat keterhiburan ini akan berbeda dampaknya pada setiap orang yang menikmati buku ini. Oleh sebab itu, saya tidak menjamin Anda berada dalam tingkat yang mana. Silakan Anda mengalaminya sendiri. Bukankah kesenangan dan kebahagiaan itu bersifat pribadi, dan karena itu harus dialami sendiri?

Akhirnya, saya ucapkan selamat untuk penulis buku ini, yang telah mencurahkan segala upayanya untuk mewujudkan buku diidamkannya. Mudah-mudahan buku ini menjadi ladang amal jariyahnya. Untuk pembaca budiman, selamat membaca dan menyelami isi buku ini, kemudian memetik mutiara hikmah dan inspirasinya.[]

Gresik, 17 Oktober 2024

*Much. Khoiri (nama pena dari Dr. Much. Koiri, M.Si) adalah dosen Creative Writing dan Kajian Sasttra/Budaya di Unesa Surabaya, Sponsor Literasi, Founder Rumah Virus Literasi (RVL), Ketua APEBSKID Jatim, dan Editor/Penulis buku berlisensi. Tulisan ini pendapat pribadi.

 

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

2 thoughts on “MENULIS KARMINA, MEMBANGKITKANNYA KEMBALI: Kata Pengantar”

  1. Mukminin says:

    Pengantar yang Luar biasa
    Matur nuwun Bah! Smg barokah

    1. admin says:

      Aamiin. Matur nuwun

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *