Oleh Much. Khoiri
Menebarkan kebaikan kepada sesama bisa dilakukan secara lisan dan lewat tulisan, bergantung pada siapa yang menebarkan kebaikan itu. Penceramah akan tepat menyampaikannya secara lisan; sedangkan penulis akan lebih tepat menggunakan tulisan.
Demikianlah penulis buku Menebar Inspirasi, Meraih Mimpi ini sengaja ingin menebarkan kebaikan kepada sesama lewat tulisan, meski dia juga terbukti mampu menggunakan lisannya. Berbagai tulisan yang terhimpun di dalam buku ini adalah pesan-pesan kebaikan inspiratif yang pernah dipasang di laman medsos dengan platform “Sapa Jumat”. Jadi, selama ini penulis telah memasang tulisan-tulisannya—meski akhirnya disempurnakan—di laman tersebut, tentu telah dinikmati oleh para pecintanya.
Untuk mengabadikan tulisan-tulisan yang berserak di laman tersebut, penulis buku ini menghimpunnya ke dalam buku ini. Agaknya penulis menyadari bahwa mengabadikan tulisan ke dalam buku akan lebih bermanfaat bagi lebih banyak orang. Ini sejalan ungkapan Pramoedya Ananta Toer yang sangat terkenal: “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian.”
Ada tiga puluh tulisan yang terhimpun dalam buku ini—satu prolog, dua puluh delapan artikel dengan aneka topik, dan sebuah epilog. Semuanya mengandung pesan-pesan kebaikan dan motivasi yang sangat layak untuk dipahami dan mungkin menginspirasi pembaca. Bahkan, di epilognya, penulis berharap bahwa penting bagi siapa pun manusia untuk senantiasa menebarkan inspirasi dan meraih mimpi untuk hidup yang lebih berkualitas.
Yang menarik dari buku ini adalah adanya kompetensi penulis dan tulisan yang dihadirkan. Penulis termasuk sorang ustadzah yang kompeten memberikan penyuluhan dan dakwah atau tausyiah kepada masyarakat luas; yang sudah biasa menebarkan kebaikan lewat lisan. Sementara itu, kali ini penulis sudah menekuni dunia menulis, sehingga dia juga berkompeten menebarkan kebaikan lewat tulisan-tulisannya. Secara umum, penulis diibaratkan sebagai satunya kata dan perbuatan, mudah-mudahan.
Tentu saja, dalam hal ini, saya tidak membahas satu persatu kekuatan atau kelemahan masing-masing tulisan yang mereka hadirkan di dalam buku ini. Pembaca akan menemukan kenikmatan tersendiri dalam memahami tulisan-tulisan yang ada tatkala pembaca membacanya sendiri dengan segenap hati. Penulis bukan hanya untuk menyampaikan pesan agar dipahami, melainkan juga agar pesan memberikan inspirasi kepada pembaca untuk dikembangkan selanjutnya.
Saya hanya menegaskan bahwa setiap tulisan di dalam buku ini memiliki pesan masing-masing—dengan gaya penulisan yang khas dimiliki oleh penulisnya. Ibaratnya, pembaca sedang menyimak tausiyah seorang ustadzah yang sedang berdialog aktif dengan hadirin-hadirat dalam sebuah majelis pengajian. Barangkali inilah yang menjadikan buku ini kaya dan potensial memberikan kenyamanan tertentu.
Akhirnya, saya berharap pembaca menemukan nilai-nilai kebaikan, motivasi, dan inspirasi yang mencerahkan di dalam buku ini. Lebih lanjut, ke depan pembaca diharapkan bakal menulis pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri tentang apa yang mereka kuasai dengan baik—sebuah upaya menebarkan benih-benih kebaikan kepada sesama.[]
Gresik, 21 September 2024
*Much. Khoiri (nama pena dari Dr. Much. Koiri, M.Si) adalah dosen Creative Writing dan Kajian Sasttra/Budaya di Unesa Surabaya, Sponsor Literasi, Founder Rumah Virus Literasi (RVL), Ketua APEBSKID Jatim, dan Editor/Penulis buku berlisensi. Tulisan ini pendapat pribadi.
Mantap, Pengantar Keren! Tulisan Bu Ajizah bikin penasaran.