Oleh: Much. Khoiri SETELAH saya menghayati motto “Write Everyday” selama dua tahun dan “Write or Die” selama sembilan tahun, saya menganut motto baru sejak Januari 2025. Motto menulis baru itu adalah “Sit and Write” (Duduk dan Menulislah). Mengapa saya berganti motto menulis? Kalau dulu saya berpindah dari “Write Everyday” ke “Write or Die” untuk memperkuat daya dorong untuk menulis, mengapa sekarang berpindah lagi ke “Sit and Write”? Apakah motto terbaru ini lebih kuat daya dorongnya? Untuk Motto “Write Everyday”, saya … Continue reading “CANANGKAN MOTTO MENULIS YANG MENYANDERA (2 – Habis)”
CANANGKAN MOTTO MENULIS YANG MENYANDERA (1)
Posted on October 16, 2025October 16, 2025Categories Literasi 12 Comments on CANANGKAN MOTTO MENULIS YANG MENYANDERA (1)Oleh: Much. Khoiri Salah satu kiat penting untuk tetap menulis adalah memiliki motto menulis yang menyandera. Maksudnya, motto itu memaksa penulis untuk selalu menulis, dan sekaligus penegur tatkala lalai menulis. Maka, canangkan di dalam hati sebuah motto yang menyandera! Dalam buku saya SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2016)—yang direproduksi dengan penambahasan beberapa esai tahun 2020—saya menegaskan pentingnya motto menulis. Dengan motto itu, penulis berkekuatan untuk melawan malas dan menghalau godaan. Meski pesan pentingnya motto hadir di dalam buku tahun 2016, … Continue reading “CANANGKAN MOTTO MENULIS YANG MENYANDERA (1)”
Penulis, Teknologi, dan Karya
Posted on December 15, 2024Categories Catatan Harian 5,375 Comments on Penulis, Teknologi, dan KaryaOleh Much. Khoiri PERNAHKAH kita bayangkan, apakah alat teknologi yang digunakan oleh “penulis” sebelum Masehi untuk mengabadikan hasil cipta mereka ke dalam tulisan? Bagaimana pula kita bayangkan para penulis dari generasi ke generasi memanfaatkan alat teknologi yang telah berkembang sejalan dengan peradaban mereka? Kita mengenal karya sastra kuno semisal sastra Mesopotamia, Mesir, atau Ibrani atau sastra India, Sastra Yunani Kuno, Roma Kuno, atau China Kuno. Dalam Sastra India Kuno, misalnya, kita bisa membaca kitab epos terkenal “Ramayana” dan “Mahabharata”, bagaimana … Continue reading “Penulis, Teknologi, dan Karya”
Mas Dukut dan Apresiasinya untuk Penulis RVL
Posted on December 19, 2023Categories Literasi 2,197 Comments on Mas Dukut dan Apresiasinya untuk Penulis RVLOleh Much. Khoiri SIAPAKAH di dalam majelis penulis ini yang tak mengenal nama Dukut Imam Widodo? Penulis atau pembaca era tahun 1980-1990-an pastilah mengenal nama itu, sebab novel-novelnya pernah dimuat di koran Surabaya Post, Jawa Pos dan Surya semisal Soeara Kebebasan, Koepoe-koepoe Dalem Halimoen, Tuan Adipati, Perburuan, Sang Petualang, dan Beirut. Cerpen dan opininya juga kerap dimuat di Jawa Pos. Untuk penulis muda, lebih baik Anda melacak profilnya di Google Search. Cukup ketik namanya dan klik! Pastilah akan ditemukan jejak … Continue reading “Mas Dukut dan Apresiasinya untuk Penulis RVL”
Pengantar Buku: Lewat Pantun Mengikat Momentum
Posted on December 16, 2023December 20, 2023Categories Literasi 230 Comments on Pengantar Buku: Lewat Pantun Mengikat MomentumOleh Much. Khoiri BUKU yang Anda pegang ini, Pantun Kopdar 2 RVL Jogjakarta: Menjaga Warisan Budaya Negeri, mungkin hanya Anda anggap buku pantun biasa, sebagaimana buku-buku pantun lain. Tiada keistimewaan apa pun di dalamnya. Namun, dengan mengikuti penjelasan berikut ini, mungkin pula pandangan Anda akan bergeser ke arah lebih empatik. Mengapa demikian? Buku ini memuat pantun bukan sekadar pantun yang tanpa ikatan tematik, melainkan pantun-pantun yang menambatkan diri pada sebuah momentum penting—yakni kopi darat alias kopdar 2 Rumah Virus Literasi … Continue reading “Pengantar Buku: Lewat Pantun Mengikat Momentum”
“Diam Itu Emas” Bukan untuk Komunitas Penulis
Posted on November 19, 2023February 6, 2025Categories Literasi 41 Comments on “Diam Itu Emas” Bukan untuk Komunitas PenulisOleh Much. Khoiri UNGKAPAN “diam itu emas” (silence is gold) kerap kita dengar, guna menyiratkan, bahwa lebih baik diam dan tidak boros bicara dari pada tidak bisa berbicara yang bagus dan bermanfaat. Ungkapan itu juga memberi pesan untuk tidak meremehkan orang yang diam, sebab amat mungkin dia orang yang berilmu atau tawadhu’. Makna pertama tampak berkaitan dengan kebiasaan orang tertentu yang hanya suka bicara tetapi kosong isinya. Istilahnya, “tong kosong berbunyi nyaring.” Sebuah tong kosong akan nyaring dan keras bunyinya … Continue reading ““Diam Itu Emas” Bukan untuk Komunitas Penulis”
