Oleh Much. Khoiri
Lewat tulisan ini saya ingin mengajak seluruh warga RVL untuk menetapkan Kopdar RVL sebagai momentum wisuda kenaikan kelas. Bayangkan situasi wisuda kenaikan kelas di sekolah, yang dinaungi aura kegembiraan saat menerima rapor, hampir seperti itulah kira-kira kejadiannya.
Pada saat kenaikan kelas di sekolah, setidaknya kita akan menerima rapor kemajuan pembelajaran kita, tentu dengan aneka mata pelajaran. Kita dinyatakan naik kelas ketika nilai-nilai yang tercantum dalam rapor itu meningkat, baik sebagian maupun seluruhnya, baik nilai rinciannya maupun nilai akumulasinya.
Jika kita belajar dengan tekun dan gigih, pastilah kita akan selalu naik kelas dari tahun ke tahun. Tidak akan ketinggalan kelas! Guru berperan penting dalam belajar; dan demikian pun teman sekelas. Namun, yang terpenting tentu kita sendiri sebagai siswa. Dalam belajar, sebagai siswa, kita harus menolong diri sendiri, tidak bergantung pada guru dan teman.
Demikian pun dalam hal belajar menulis di rumah RVL ini, kenaikan kelas kita bisa diukur dengan meningkatnya kuantitas dan kualitas tulisan kita. Kuantitas tulisan bisa mencakup satu genre tulisan, bisa pula beberapa genre tulisan—semisal reportase, catatan harian, pentigraf, puisi 2.0, fiksi mini, cerpen, dan sebagainya. Kualitas tulisan mengacu pada pemenuhan standar penilaian (ide, pengorganisasian ide, dan pengunaan bahasa) dari tulisan yang ada.
Nah, dengan ketetapan bahwa wisuda merupakan forum wisuda kenaikan kelas, kita akan siap membayar berbagai konsekwensinya dengan kegembiraan. Jangan terlalu tegang dan stres dalam belajar. Kita nikmati saja prosesnya. Sekarang, apa saja konsekwensi tersebut? Marilah ikuti beberapa pokok pikiran berikut ini.
Konsekwensi mendasar yang perlu kita pegang adalah bahwa di dalam lingkungan RVL kita bertindak sebagai siswa menulis—bukan sebagai tamu, pengawas, atau anak jalanan. Kita juga menganggap bahwa lingkungan komunitas RVL ini merupakan lingkungan sekolah, yang perlu dimanfaatkan untuk meraih keberhasilan belajar.
Dalam amatan saya, sebagai lingkungan literasi, rumah RVL ini telah berfungsi sebagai lingkungan belajar menulis yang cukup kondusif. Pelatihan dan bedah karya sudah diberikan, dalam tempo tertentu—itu memperkaya pemahaman tentang motivasi dan teori menulis. Setiap hari tulisan yang diposting dicentang untuk menghargai tulisan. Lalu, ada tradisi saling memberi komentar saat tulisan diposting. Kalau belum posting, masih diingatkan agar segera menulis. Kurang apa lagi, coba?
Konsekwensi berikutnya, mengikuti tata tertib sekolah RVL. Jika kita siswa, kita berkewajiban mengikuti tata tertib sekolah, itu harga mati: bayar SPP, berseragam, mempelajari aneka mata pelajaran, mengerjakan tugas, mengikuti ujian, dan sebagainya. Jika kita melanggar tata tertib, kita akan dipanggil guru Bimbingan dan Konseling—sesuatu yang dulu amat kita hindari.
Menjadi warga RVL seharusnya juga mengikuti aturan main yang berlaku di komunitas RVL. Pengurus tidak memberlakukan aturan main secara ketat, karena kita tidak ada ikatan kuat untuk memberikan sanksi, sebagaimana kita menjadi warga sekolah atau perusahaan. Sebab itu, sandaran penting anggota RVL adalah basis etik, bukan sekadar sandaran aturan main legal: Tidak aneh jika warga RVL mengikuti aturan main RVL. Justru aneh jika anggota RVL tidak taat pada aturan itu.
Selanjutnya, kita punya konsekwensi mendidik diri dalam menulis. RVL itu komunitas atau grup menulis, bukan grup public speaking atau grup semedi atau grup memancing. RVL itu grup menulis! Mendidik diri berarti meningkatkan kemampuan diri seoptimal mungkin, melainkan juga mampu mendidik diri dengan menerapkan prinsip reward and punishment. Hanya diri sendirilah yang paling tepat menilai, apakah sudah memiliki kemajuan tertentu.
Kita juga punya konsewkwensi untuk mengikuti pelatihan dan bedah karya yang digelar RVL. Di RVL pernah aktif melakukan dua kegiatan ini, yakni pelatihan menulis dan bedah karya (buku). Sempat jeda beberapa bulan, kini diaktifkan kembali, terutama Januari 2024 nanti. Kegiatan ini bukan hanya memberikan pengetahuan baru, melainkan juga ajang untuk saling memberikan semangat dan movitasi perjuangan.
Kita juga punya konsekwensi lanjutan, yakni membayar iuran bulanan berupa postingan wajib dan sunnah. Sampai detik ini kita belum memberlakukan iuran uang. Iuran wajib bagi anggota grup adalah memposting tulisannya di grup, baik tulisan wajib maupun tulisan sunnah. Demikian pun untuk warga baru, iurannya cukup tulisan wajib dan sunnah setiap bulan.
Setelah itu, konsekwensi pentingnya adalah mengikuti ujian. Ujian ini bisa bersifat keluasan dan kedalaman. Keluasan itu bisa merujuk ke jumlah tulisan dalam satu genre tulisan, atau menambah genre tulisan dengan beberapa tulisannya. Adapun kedalaman itu merujuk ke penjelasan, elaborasi, atau kajian secara lebih mendalam dan komprehensif.
Praktisnya, kita diuji dengan tugas-tugas menulis kita sendiri dalam menghasilkan artikel dan buku yang cukup banyak, termasuk buku antologi. Di dalam keluarga RVL kita dilarang hanya diam. Jika hanya diam, apa kata dunia? Kita juga diuji dalam menulis buku mandiri atau buku solo secara lebih serius. Kita diuji apakah kita mampu melewati tahap-tahap ujian yang ada.
Yang terakhir, konsekwensinya adalah mengikuti wisuda kenaikan kelas. Wisuda diikuti setelah menjalani serangkaian proses belajar yang panjang. Tidak ada kemahiran menulis yang dikuasai secara instan; melainkan harus dikejar dengan konsistensi, persistensi, dan perjuangan tak kenal lelah. Wisuda itu, dengan demikian, adalah penanda bahwa kita sebagai siswa telah lulus mengikuti pembelajaran—mungkin setidaknya “lulus” dari patokan kita sendiri.
Tentu saja, wisuda kenaikan kelas hanya layak diikuti oleh mereka anggota RVL yang menjalani seluruh konsekwensi yang dipaparkan di atas. Orang luar RVL tidak akan bisa mengikutinya, kecuali sebagai penonton atau tamu yang ingin terinspirasi. Sementara itu, warga RVL yang tidak pernah mengikuti beberapa konsekwensi di atas, wisuda bukanlah tempatnya.
Akhirnya, marilah menjalani proses kreatif di atas sebagaimana kita belajar sebagai siswa di sekolah atau perguruan. Jika kita berada di dalam lingkungan sekolah, tetapi kita tidak melakukan satu pun dari beberapa hal di atas, kita perlu jujur apakah kita sebenarnya termasuk siswa menulis di RVL ini?*
Gresik, 24/12/2023
Tidak ada kemahiran menulis yang dikuasai secara instan; melainkan harus dikejar dengan konsistensi, persistensi, dan perjuangan tak kenal lelah.
Luar biasa 💪💪💪semangar
Betul sekali, mari terus belajar menguasai keterampilan menulis
Tulisan yang menggugah semangat untuk menjadi siswa yang baik…. semoga RVL semakin besar dengan siswa yang semakin kreatif. Aamiin. Salam Abah.
Artikel yang memompa semangat anggota untuk terus belajar menulis agar konsisten dan naik kelas. Terima kasih Abah Khoiri.
Matur nuwun, Bah
Mari menjadi siswa menulis yang punya niat belajar tinggi
Menjadi siswa yang menjalani proses kreatif menulis di RVL, patut disyukuri. Tidak semua komunitas menulis dirawat oleh guru dan siswanya. Semangat semua….
Kita perlu saling merawat, dan menguatkan