Oleh Much. Khoiri
Dalam sebuah vidio singkat, seorang narator mengisahkan bahwa kakeknya dulu terbiasa berjalan 10 mil setiap hari, lalu ayahnya berjalan 5 mil setiap hari. Dia sendiri kini terbiasa naik mobil, dan anaknya kelak akan naik mobil mewah. Cucunya akan naik mobil lebih mewah lagi, dan cicitnya mungkin akan berjalan lagi.
Dulu kakeknya berjalan ke mana-mana karena sang kakek hidup dalam saat-saat kondisi yang serba berkesulitan. Sebutlah dia belum memiliki kendaraan. Mau naik kendaraan juga tidak memiliki uang yang cukup. Jadi, tidak ada pilihan lain kecuali berjalan kaki untuk berangkat dan pulang kerja.
Ketika sang kakek memilik anak, yakni ayah sang narator, kondisi hidup sudah lebih baik dan masa-masa sulit sudah berkurang, sehingga ayahnya hanya cukup berjalan 5 mil, sisanya bisa naik kendaraan umum. Kemudian, sang ayah bertekad untuk meningkatkan kondisi hidupnya sampai pada posisi terbaik, agar anaknya kelak tidak mengalami kesulitan dalam hidupnya.
Pada kondisi hidup terbaik itulah, sang ayah memberikan sang narator fasilitas hidup yang memadai dan berbagai kenyamanan, sehingga dia tidak perlu berjalan lagi, melainkan bisa naik mobil. Meski demikian, sang narator juga masih kerja keras lagi agar kesejahteraan keluarga makin membaik lagi, sehingga dia bisa memfasilitasi anaknya dengan mobil lebih mewah.
Nah, pada saat itulah anaknya mengejutkannya, “Suatu saat cicit ayah akan berjalan kaki seperti buyut.”
“Lho, kok begitu? Bagaimana penjelasannya?” kejar sang narator.
“Dari pengalaman buyut, bisa dinyatakan,” jawab sang anak, “bahwa masa serba-sulit menciptakan manusia kuat; manusia kuat menciptakan masa serba-mudah; masa serba-mudah mencitakan manusia lemah; dan manusia lemah akan menciptakan masa serba-sulit.”
“Berarti kini ayah menciptakan masa serba-mudah untukmu?”
“Betul sekali, ayah. Saya mendapat berbagai kemudahan. Pendidikan, mobil, uang, dan fasilitas-fasilitas lain. Hidup saya serba-nyaman. Mungkin karena ayah tidak ingin saya mengalami kesulitan yang ayah alami sewaktu kecil atau muda dulu.”
“Memang salah saya memberimu kemudahan?”
“Tidak salah, ayah. Tetapi saya terkondisikan menjadi anak manja, seakan tanpa tantangan kesulitan apa pun dalam hidup ini. Padahal, sesungguhnyanya masa serba-mudah akan mencitakan manusia lemah. Saya merasa tidak akan manjadi kuat lagi ke depannnya, sebab saya jarang dilatih atau dijebloskan dalam aneka kesulitan hidup. Coba lihat petinju. Petinju itu kuat karena ratusan kali dia berlatih untuk ditinju, meninju, menghindar, dan sebagainya. Nah, kalau saya tidak pernah dijebloskan dalam berbagai kesulitan, bagaimana saya akan menjadi kuat.”
“Amazing caramu berpikir,” puji sang narator. Dalam hati dia telah merasa melakukan kekhilafan dalam mendidik anaknya. Seharusnya dia telah menjebloskan anaknya ke dalam berbagai kesulitan, mungkin seperti kakek atau ayahnya dulu menjalani hidup mereka.
“Nah, kalau saya lemah, saya akan menciptakan berbagai kesulitan bagi anak-anak saya ke depan,” pungkas sang anak kepada sang narator. Tentu saja, ungkapan itu sangat menjotos pikiran sang narator. Rupanya dia merasa bersalah telah memanjakan anaknya dengan berbagai kemudahan dalam hidup. Baginya, itu baik-baik saja, namun anaknya justru menyatakan sebaliknya. Anaknya merasa, dengan dimanja, dia justru menjadi lemah.
Apa yang mungkin terjadi kemudian? Manusia lemah akan menciptakan berbagai masa sulit. Seandainya anak sang narator memanjakan anaknya kelak, maka dia akan mendapati anak-anak mereka berada dalam kesulitan, sebab tidak menyiapkan anak-anak mereka memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah hidup mereka sendiri.
Maka, dari semua itu, yang paling aman adalah mendidik seorang pejuang (warrior). Mendidik pejuang berarti mempersiapkan mereka menjadi manusia berkarakter militan, kesehatan jiwa-raga prima, dan adaptif terhadap berbagai perubahan disruptif. Pada sisi lain, mendidik pejuang tidak memanjakan dengan aneka kemudahan—kecuali yang benar-benar dibutukan!
Akhirnya sang narator pun memparafrase statemen anaknya sebagai berikut: “Tough times create strong men; strong men create easy times; easy times create weak men; weak men create tough times. Many won’t understand, but you have to raize warriors.”
Maksudnya, masa-masa sulit menciptakan manusia kuat; manusia kuat menciptakan masa-masa mudah/nyaman; masa-masa mudah/nyaman mencitakan manusia lemah; dan manusia lemah akan menciptakan masa-masa sulit. Banyak orang tidak memahami bahwa sesungguhnya kita harus mendidik para pejuang.*
Gresik, 27 Maret 2023
Betul sekali…speechless… membayangkan cicit yg lemah…
Matur nuwun remindernya Suhu…
Semoga kita diberi Allah keturunan yang kuat lahir batin. Aamiin
Setuju dengan pernyataan penulis. Penting untuk mendidik anak bagaimana menghadapi kesulitan dan melakukan kesulitan sampai bisa menyelesaikan kesulitan. Agar nanti nya dapat menemukan kemudahan.
Semoga generasi kita kuat-kuat dlm menghadai aneka persoalan hidup
Super pak, terimakasih atas ibrohnya
Sami2, Bu Yuni, sehat selalu
Sepakat. Generasi penerus adalah generasi pembawa perubahan. Tulisan yg super. Terima kasih 🙏🏻🙏🏻👍
Terim kasih kembali. Saling menguatkan
Semoga bisa mendidik anak-anak menjadi generasi Rabbani yang tangguh Abah
Aamiin YRA
Sangat inspiratif pak .
Kita harus membekali anak cucu kita dengan perjuangan.
Leres, pak. Mdh2an terkabulkan
Benar sekali, anak-anak sekarang mendapatkan banyak kemudahan. Makanya saya setuju dengan pendidikan Jepang, anak dididik menjadi pejuang. Salah satunya ke sekolah harus berangkat sendiri. Inilah manfaatnya sistem zonasi, sekolah tidak jauh dari rumah.
Terima kasih Pak….
Betul sekali. dalam banyak hal, kita perlu belajar kepada bangsa Jepang
Terima kasih ilmunya Pak Emcho. Qodarullah, perjalanan hidup membuat kami harus berjuang agar bisa makan dan menuntut ilmu.
Semoga Allah senantiasa melindungi dan mencukupkan Bu Sita dan keluarga
Super sekali, ilmu parenting yang sangat bagus untuk diterapkan. Hidup tidak akan menarik tanpa adanya tantangan dan ujian, sebab di sana akan ada perjuangan doa-doa, dan harapan. Saya harus bisa mendidik sang pejuang dan bukan manusia yang manja serba ketergantungan. Terimakasih ilmunya prof. Emcho
Sama2, Bu Ari. Kadang kita tidak sampai hati kalau terlalu keras kepada anak, mengingat kita dulu pernah mengalami berbagai kesulitan. Ternyata, semua itu tidak benar. justru orangtua kita yg benar telah mencelupkan kita dlm aneka kesulitan
Terima kasih, Bu Ari. Mantap
Subhanalloh! sulit- kuat, masa kuat- mudah, mudah/nyaman-lemah. “Mendidik pejuang’
Luar biasa! Mtr nuwun Pak Prof! Tidak mudah mendidik pejuang tetapi ini yang akan menjadi generasi tangguh.
Mudah2an kita memiliki pejuang2 dalam keluarga kita masing2
Покердом промокод при регистрации на пополнение http://bezprovodoff.com/news/promokod_pokerdom_2.html
промокод на бонус MelBet http://greenpes.com/includes/pages/promokod_melbet_pri_registracii_2020.html
промокод при регистрации MelBet на сегодня http://greenpes.com/includes/pages/promokod_melbet_pri_registracii_2020.html
I am pleased that I noticed this blog, precisely the right information that I was searching for! .
Betwinner промокод на депозит https://vsiknygy.net.ua/wp-content/pages/betwinner_promokod_2020.html
Aviator Play Online https://www.aviator-game-bonus.com/
I got what you mean , thanks for putting up.Woh I am pleased to find this website through google.
промокод для 1 x bet
tricor for sale tricor over the counter generic tricor