Meneladani Pengarang Mesir Naguib Mahfouz

Oleh Much. Khoiri

Bagi Anda yang belum membaca buku saya Pagi Pegawai Petang Pengarang (2015), saya ajak Anda untuk napak tilas dan meneladani Naguib Mahfouz, yang telah menginspirasi judul saya itu. Marilah kita pahami bersama penggunaan istilah ‘pegawai’ dan ‘pengarang’ ini, dan bagaimana maksud saya dengan istilah-istilah ini.

Aslinya frase itu terjemahan bebas dari ungkapan pengarang Mesir, Naguib Mahfouz, yang menyabet Hadiah Nobel bidang sastra pada tahun 1988, yang berbunyi: “I was a government employee in the morning and a writer in the evening.” (Saya seorang pegawai negeri di kala pagi dan penulis/pengarang di kala petang.) Agar rimanya enak, subjeknya disembunyikan, tinggal berbunyi ‘pagi pegawai, petang pengarang’.

Kover buku P4 dan kopi. Sumber gambar: Dokumen pribadi

Ungkapan itu memang telah menyatu padu dengan kehidupan Mahfouz. Dia pernah bekerja sebagai pegawai negeri di perpustakaan Departemen Kebudayaan hingga pensiun tahun 1971. Setiap hari ia menunaikan tugas pelayanan perpustakaan dengan segenap hati. Profesi utama ini, tentulah, untuk menyangga kehidupan keluarganya. Di sela-sela tugas, untungnya, dia bisa membaca sepuas-puasnya, ibarat mengarungi samudera pengetahuan tak berbatas.

Begitu pulang dan memasuki rumahnya, Mahfouz berganti profesi. Dia tanggalkan profesinya sebagai pegawai, dan berganti menjadi seorang pengarang. Katanya, dia memulai menulis sejak dia masih kanak-kanak. Itu karena dia membaca buku-buku yang dikaguminya, dan dia berpikir untuk bisa menulis buku-buku semacam itu kelak. Juga, cintanya akan tulisan bagus yang telah mendorongnya selalu menulis. Sejarah mencatat, selama puluhan tahun Mahfouz menulis karya sastra yang bagus.

Konon, sebelum menerima Hadiah Nobel, Mahfouz tidak dapat menggantungkan hidupnya hanya sebagai pengarang. Hidupnya dalam kondisi sederhana — ibarat seorang Sufi — dengan isteri dan dua putrinya. Namun, sejak lama ia sangat menghargai waktu. Ketika dia berjanji menyerahkan naskah (manuskrip) pada Selasa pukul 10.00 pagi dia tepati waktu hingga detiknya, kenang penerbitnya.

Dalam kebiasaan sehari-hari, Mahfouz bangun menjelang Subuh. Setelah salat dia membaca berbagai surat kabar, namun dalam usianya yang semakin tua dia hanya membaca judul-judulnya. Pada pukul 06.00 dia minum kopi — tanpa gula karena mengidap diabetes — dan setengah jam kemudian pergi ke kafetaria Ali Baba. Pukul 13.00 dia pulang ke rumah untuk makan siang, tidur sebentar dan sampai beberapa waktu lalu, membaca dan menulis selama delapan jam. Padahal dokternya hanya mengizinkan dirinya bekerja paling lama satu jam.

Mirip begitulah kegiatannya selama 40 tahun menggeluti karier pegawai negeri di Departemen Kebudayaan hingga pensiun pada 1971, kemudian kolumnis surat kabar terkemuka Mesir Al-Ahram. Dia menulis di ruang makan apartemennya yang sempit dan berhenti seketika bila waktunya habis meskipun kalimat terakhirnya belum selesai. Yusuf Idris, seorang sastrawan terkemuka Mesir lainnya, menilai tingkat kedisiplinan Mahfuz luar biasa, “Dia menulis setiap hari selama 50 tahun kecuali Kamis dan Jumat, saat dia bertemu rekan-rekannya di berbagai kafe kaum intelektual Kairo. Dia seorang pendengar yang baik tetapi juga suka berdebat.”

Profesi ganda yang Mahfouz jalani ini telah begitu kuat menginspirasi saya untuk mengadopsinya sejak tiga tahun terakhir ini. Itu karena saya sangat mengaguminya—dan ungkapan itu pas dengan kondisi saya. Saya seorang dosen dan menulis—artinya saya dalam posisi sama dengan Mahfouz. Saya pikir, selain pengarang kita Budi Darma, Mahfouz pantas saya jadikan guru panutan. Maka, sejak beberapa tahun terakhir ini, saya menggunakan ungkapan Mahfouz sebagai obor penyemangat untuk menjalani profesi saya sebaik-baiknya. Saya berguru padanya dalam menghayati profesi sebagai dosen dan proses kreatif saya selama ini.

Meski demikian, dalam buku saya, kata ‘pegawai’ seyogianya dimaknai dengan profesi secara luas untuk penghidupan keluarga. Bisa pegawai negeri, pegawai swasta, wirausahawan, petani, pedagang, dan sebagainya. Sebutlah itu profesi utama (vokasi). Sementara itu, menulis bisa merupakan profesi tambahan (avokasi) berkat dorongan alasan khusus yang kuat. Jika Anda menjalani keduanya sekaligus, Anda juga berada dalam posisi Naguib Mahfouz dan saya.

Hanya saja, sebutan ‘pengarang’ (author) dalam buku saya digunakan secara identik dengan ‘penulis’ (writer). Meski ada yang menyebut pengarang khusus untuk penulis karya-karya kreatif (sastra), sedangkan sebutan penulis untuk penulis karya tulis secara umum (nonsastra), kedua istilah itu saling dipertukarkan penggunaanya (interchangeable). Yang lebih penting di sini adalah fungsinya, kedua istilah itu untuk merujuk orang yang menghasilkan karya tulis berbagai genre tulisan.

Substansinya, selain menjalani profesi utama setiap hari, Anda sebenarnya juga bisa menjalani profesi tambahan sebagai penulis. Seandainya Anda telah memilih menulis sebagai satu-satunya sumber penghidupan, itu berarti menulis menjadi vokasi dan avokasi sekaligus—yang harus dijalani sepenuh hati mulai pagi hingga pagi kembali. Ini memang pilihan; namun, pilihan ini tantangan bagi siapapun yang mampu melakukannya.

Mahfouz memang terlalu hebat untuk kita teladani seratus prosen. Termasuk, karena jam kerja kita berbeda dengan jam kerja Mahfouz. Namun, pelajaran berhikmah yang kita petik adalah seorang pegawai masih menyempatkan diri untuk menulis, dan semua ini dilakukan selama empat puluh tahun lebih secara konsisten. Hal ini menyiratkan, orang ini memiliki kedisiplinan amat tinggi terkait dengan pofesinya yang ganda—sebagai pegawai dan pengarang.

Saya ingin mengatakan, apa pun profesi Anda, saya mengajak Anda untuk (belajar) menulis. Mengapa demikian? Saya mencatat, menulis itu sama wajibnya dengan membaca. Iqra (membaca, mengkaji dalam arti luas) itu wajib, jelas adanya; dan menyampaikan apa yang kita pahami, wajib juga adanya. (QS. Al-Alaq: 1-4). Nah, dalam cakupan sempit saja, pemahaman Anda tentang profesi Anda bisa dituangkan ke dalam tulisan—dari pada hanya ke dalam ungkapan lisan.

Mengapa Anda lebih baik menyampaikan ke dalam tulisan, bukan ungkapan lisan? Sehebat apa pun Anda, ungkapan lisan akan lenyap, pikiran juga akan sirna, dan tindakan Anda akan tak berbekas. Yang abadi adalah jika Anda menulis apa yang Anda pikirkan, ucapkan, dan lakukan. Bahkan tulisan Anda akan lebih panjang usianya dari pada usia Anda sendiri. Coba ingatlah, buku-buku SD Anda, bukankah semua mata pelajaran Anda ketahui dan pahami lewat tulisan?

Sungguh, menulis mengandung berbagai manfaat yang luar biasa. Jika Anda memiliki gagasan, jangan hanya direnungkan, tapi tuliskan, agar bisa dibaca orang lain. Menulis itu berbagi tanpa teriakan. Menulis itu membebaskan dari belenggu diri dan sosial. Menulis juga menyembuhkan dari berbagai penyakit akibat beban psikis. Bahkan, jika Anda kurang lihai mengungkapkan perasaan secara lisan, tulisan merupakan pilihan yang tepat.

Lebih praktis lagi, menulis itu menghasilkan. Anda bisa menerbitkan artikel opini, cerpen, puisi, feature, kolom, catatan harian, dan sebagainya di surat kabar, tabloid, atau majalah. Jika Anda menekuninya, pemasukan Anda dari menulis di media massa pastilah lumayan. Belum lagi, Anda bisa mengikuti berbagai lomba menulis yang begitu gencar diumumkan di berbagai media, baik media cetak maupun media sosial. Bahkan, jika Anda sudah bisa menerbitkan buku, baik secara indie (mandiri) maupun lewat penerbit mayor, Anda berhak memanen jerih payah Anda.

Di luar semua itu, bayangkan Anda memiliki sebuah buku—hanya sebuah saja sepanjang hidup Anda—sebutlah sebuah memoar. Buku itu ada di rak buku Anda di rumah, di perpustakaan, atau di toko-toko buku. Lima puluh tahun ke depan, misalnya, cucu Anda membaca buku itu. Apakah yang Anda bayangkan tentang ekspresi cucu Anda saat membaca buku “warisan” Anda itu? Bayangkan dia tersenyum menghadapi sepenggal sejarah dari hidup Anda yang panjang, sesuatu yang tak terjadi andaikata Anda tidak menulis buku itu.

Itulah sedikit teladan yang mungkin bisa hayati dari Naguib Mahfouz. Asalkan kita sungguh-sungguh, insyaallah semesta akan mendukung kita.[]

*Tulisan ini disadur dari buku sendiri Pagi Pegawai Petang Pengarang (Genius Media, Malang, 2015), halaman 3-8.

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

30 thoughts on “Meneladani Pengarang Mesir Naguib Mahfouz”

  1. Muhammad Helmi says:

    Sangat menginspirasi…thank you master

    1. admin says:

      Terima kasih banyak, Daeng Helmi

  2. Abdisita says:

    Inspiratif. Terima kasih ilmunya pak Emcho.

    1. admin says:

      Sama-2, Bu Sita

  3. Mukminin says:

    Sangat TOP INSPIRASINYA

    Mksih Bah. Tambahan sangu.

    Bandara Juanda 2

    1. admin says:

      Sami2, barakallah

  4. Hariyanto says:

    Sangat inspiratif Abah…. salam.literasi

    1. admin says:

      Matur nuwun, Pak Har

  5. Daswatia Astuty says:

    Sy punya kenangan indah dengan buku ini. Buku ini termasuk yg menggerakkan saya menekuni menulis sekaligus meneladani penulisnya. Sehat selalu dan berlimpah keberkahan 🤲🤲🤲 P. Kho.

    1. admin says:

      Terima kasih atas impresi dan apresiasinya

  6. Susanto says:

    Menulis akan meninggalkan jejak nan abadi ketimbang hanya menyampaikan secara lisan. Tulisan adalah penanda peradaban. “Meneladani Pengarang Mesir Naguib Mahfouz” adalah cerita yang sangat menginspirasi.

    1. admin says:

      Matur nuwun, PakDe, komen yang menghidupkan

  7. N. Mimin Rukmini says:

    Subhanalloh! Selalu hebat dan menginspirasi. Htr nuhun Pak Dosen!

    1. admin says:

      Makasih banyak, Bu Mimin

  8. Hello my family member! I want to say that this post is amazing, nice written and come with approximately all important infos. I?¦d like to peer more posts like this .

  9. May I simply say what a comfort to discover somebody who genuinely knows what they are talking about over the internet. You actually understand how to bring a problem to light and make it important. More people ought to check this out and understand this side of the story. I cant believe you arent more popular because you surely possess the gift.

  10. Winford Aman says:

    I am extremely impressed with your writing abilities as well as with the structure to your blog. Is this a paid subject matter or did you customize it yourself? Anyway stay up the nice quality writing, it is uncommon to see a great blog like this one today..

  11. Tbfzzl says:

    order fenofibrate pills buy tricor online buy cheap generic tricor

  12. Kqwulk says:

    purchase cialis generic sildenafil for sale online sildenafil drug

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *