Penulis Perlu Mengasah Kepekaan Menulisnya

Oleh Much. Khoiri

TENGOKLAH nelayan yang menjaring ikan di laut. Dia tahu bahwa pada cuaca tertentu, dan ketika bintang tertentu tampak di langit, dia akan berangkat melaut ke area laut tertentu guna menjala atau menjaring ikan. Dia mendapatkan hasil tangkapan yang banyak berkat ketajaman intuisinya membaca gejala alam.

Andaikata dia tidak memiliki ketajaman intuisi, yang telah diasah dalam waktu yang lama, amat mungkin dia tidak tahu kapan sebaiknya berangkat melaut. Dia melaut tanpa perhitungan, pokoknya berangkat mendayung atau menyalakan motor perahunya. Dia hanya berspekulasi untuk mendapatkan tangkapan yang banyak. Akibatnya, dia tidak bisa memperkirakan bagaimana hasilnya.

Mengasah kepekaan wajib bagi penulis. Foto: Quora

Sekarang, tengoklah enterpreneur yunior dan senior. Enterpreneur yunior masih belajar berwirausaha dengan segala daya yang dimilikinya. Karena masih belajar, dia masih belum tajam menangkap aneka peluang yang ada di depan matanya. Terlebih, modal yang dimilikinya belum mendukung, kreativitas dalam berbisnis belum menyebabkannya sukses.

Sementara, enterpreneur senior sudah kenyang pengalaman. Jangankan dari fenomena bisnis normal yang memang niscaya akan mendatangkan keuntungan. Bencana pun—sebagai fenomena bisnis tidak normal—akan menjadi peluang bisnis bagi enterpreneur senior seperti dia. Di balik peristiwa apa pun akan terbaca sebagai peluang untuk berbisnis. Mengapa demikian? Itu berkat tajamnya kepekaan berbisnis yang dimilikinya.

Nelayan dan enterpreneur di atas hanya sekadar contoh bahwa dalam bekerja orang harus memiliki kepekaan yang tajam untuk menghasilkan yang lebih baik. Sementara itu, ketajaman dapat diasah dengan serangkaian latihan (atau pengalaman) yang panjang. Ada serangkaian latihan yang disengaja untuk meningkatkan kemampuan diri, itulah substansi mengasah kepekaan agar menjadi tajam.

Penulis juga perlu belajar pada nelayan dan enterpreneur berpengalaman di atas. Bagi penulis, yang dibutuhkan pertama-tama adalah kepekaan membaca fenomena. Penulis berbeda dengan non-penulis ketika dihadapkan pada fenomena tertentu. Sebab, penulis itu membaca untuk menulis—artinya, dia membaca dan memahami suatu fenomena untuk dijadikan bahan tulisan.

Kepekaan dalam membaca digunakan untuk menyaring atau memilah-memilih mana yang lebih baik dari pada yang lain. Penulis yang peka akan menentukan inspirasi paling unik untuk dijadikan ide tulisan yang menarik. Sementara, jika kepekaannya rendah, dia menganggap bahwa semua fenomena bisa dijadikan tulisan; atau sebaliknya, dia tidak segera menemukan ide yang unik untuk ditulis meski dia sudah membaca atau mengamati objek tulisan.

Kepekaan juga bermanfaat dalam mengambil sikap terhadap isu terkait objek tulisan. Jika kita peka, kita akan bijaksana dalam berpihak, apakah mendukung atau menolak. Hal ini akan mempengaruhi tone (sikap) kita, yang akan terpantul dalam pilihan diksi kita, gaya tulisan, pemakaian simbol, dan sebagainya. Kepekaan, dengan demikian, mempengaruhi kita apakah berpihak pada kebenaran dan kebaikan atau ketidakbenaran dan kejahatan.

Pada tahap selanjutnya, kepekaan menemani kita menuangkan pikiran, perasaan, pengalaman ke dalam tulisan. Kalau kita sudah peka, kita akan mendapati bahwa proses menulis itu lancar, tidak tersendat-sendat hanya karena kerepotan menemukan diksi, atau karena berkesulitan menata ide-ide dalam kalimat, paragraf, dan antar paragraf. Penulis yang kepekaannya tinggi memiliki kapasitas untuk menulis yang terikat dalam kesatuan (unity) dan keterkaitan antar elemen (koherensi).

Tentu, menjadi penulis yang memiliki kepekaan tajam, tidaklah mudah. Kita harus banyak menjalani latihan, sama dengan nelayan yang banyak niteni (mengingat, mengidentifikasi) perbintangan atau itungan dina (perhitungan hari), sama pula dengan enterpreneur yang banyak belajar dari pengalaman sendiri maupun pengalaman enterpreneur yang sukses di depan mata.

Mengasahnya bagaimana? Kepekaan diasah dengan latihan sebanyak-banyaknya. Makin banyak akan makin baik—dengan catatan: Latihan itu disengaja, dengan ukuran kemajuan yang diperhitungkan. Kepekaan bisa untuk mengasah secara vertikal (kedalaman), bisa pula untuk mempertajam kepekaan horizontal (melebar dengan tambahan genre tulisan). Di dalam proses ini, penulis akan menemukan nilai-nilai perjuangan yang unik. Dan setiap penulis akan memiliki pengalaman yang berbeda antara satu dan lainnya.*

Gresik, Desember 2022

Baca juga:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

41 thoughts on “Penulis Perlu Mengasah Kepekaan Menulisnya”

  1. Ari Susanah says:

    Saya selalu ada ide, dengan membaca fenomena yang ada. Tapi ide itu hanya mandeg di angan, jarang dan kadang tak selesai menuliskan. Sepertinya saya butuh stimulus yang bisa membuat saya betah duduk menulis. Mungkin waktu yang menjadi kehendak Nya yang akan membimbing hari jemari saya untuk menulis. Terimakasih saya selalu merasa diingatkan,

    1. admin says:

      Nah, idea awal itu perlu ditindaklanjuti, dipikirkan/direnungkan, dimatangkan, barulah dieksekusi.

  2. Sumintarsih says:

    Sepertinya ini ilmu yang lebih tinggi buat saya, Pak. Ibarat kurikulum, saya perlu mendapatkan bocoran, urutan dari awal apa saja.
    Terima kasih, Pak. Selalu berbagi.

    1. admin says:

      Urutan awalnya: (1) Menulis itu perlu teori, tapi lbh penting praktiknya/latihannya; (2) Latihan membuat tulisan lebih sempurna; (3) Latihan yang dilakukan terus menerus akan mengasah kepekaan menulis.

  3. Daswatia Astuty says:

    Jadi sadar betapa tdk pekanya atau tumpulnya saya dengan fenomena yg ada . Akhirnya berlatih juga jawabannya. Terima kasih tulisan sarapan pagi ini 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    1. admin says:

      Menulis itu teori boleh sedikit, namun latihan harus banyak.

  4. Terima kasih pencerahannya Prof, Kepekaan diasah dengan latihan sebanyak-banyaknya. Makin banyak akan makin baik—dengan catatan: Latihan itu disengaja, dengan ukuran kemajuan yang diperhitungkan. Kepekaan bisa untuk mengasah secara vertikal (kedalaman), bisa pula untuk mempertajam kepekaan horizontal (melebar dengan tambahan genre tulisan).

    1. admin says:

      Terima kasih atas tanggapannya, Omjay. Sehat selalu ya. Aamiin

  5. Supardi Harun says:

    Ide kadang datang tiba-tiba ,tidak sengaja, hilangnya juga tiba-tiba, kog bisa. Mesti harus banyak belajar. Ulasan yang inspiratif pak.

    1. admin says:

      Ketika ide datang, segera catat dan ulah, Pak Pardi. Jangan biarkan pergi.

  6. Membaca tulisan Bapak sudah membuat saya berpikir

    1. admin says:

      Terima kasih, berarti tulisan berhasil membuat B Luki berpikir

  7. Cahyati says:

    enterpreneur yang memiliki produk barang atau jasa yang memiliki keunikan akan sangat berpeluang tinggi… Konsep ini sejalan dengan seorang penulis yang menghasilkan tulisan yang unik sebagai hasil dari kepekaan menangkap fenomena.

    1. admin says:

      Sepakat dan betul sekali

  8. Abdisita says:

    Terima kasih ilmunya, pak Emcho. Alhamdulillah menambah wawasan.

    1. admin says:

      Terima kasih juga, Bu Sita. Saling menguatkan

  9. Wyda Ayu says:

    Alhamdulillah..sarapan yang bergizi. Kepekaan yang harus selalu diasah. Terima kasih ilmunya master

    1. admin says:

      Tanggapannya, terimakasih bu

  10. Mukminin says:

    Alhamdulilah tambahan gizi literasi. Matur nuwun Bah

    1. admin says:

      Terima kasih bnyak, Bah

  11. Restu Utami says:

    Alhamdulillah….ini yang bisa saya ucapkan, ketika selesai membaca tulisan Master….sebagai nutrisi untuk berlatih menulis.
    Terima kasih, Master..selalu berbagi ilmunya 🙏
    Sehat selalu..

    1. admin says:

      Bu Restu, semoga bermanfaat untuk proses kreatif

  12. Daeng ardi says:

    Makasih pencerahannya prof.. kalo saya masih perlu kerja keras, termasuk menyesuaikan dengan pekerjaan kantor yang kadang harus diselesaikan dengan tenggat waktu tertentu. Mengasah ketrampilan dan adaptasi pekerjaan.. dua duanya harus saya taklukkan sehingga bisa berjalan sesuai harapan. Menulis oke bekerja oke..

    1. admin says:

      Semangat beradaptasi, Daeng Ardi

  13. Yanti says:

    Alhamdulillah.. Matur nuwon ilmunya Bapak. Bismillah… berproaes untuk peka. Meskipun banyak halangan dan rintangannya.

    1. admin says:

      Semoga sukses dlm berproses

  14. N. Mimin Rukmini says:

    Setuju Pak! Luar biasa! Alhamdulillah betul-betul pencerahan. Berlatih menulis, menulus, dan menulis! Yang sering saya abaikan kepekaan terhadap keadaan. Akhirnya asal nulis. Insya Allah belajar lebih baik. Terimakasih!

    1. admin says:

      Semoga bisa dipraktikkan.

  15. Enlarry says:

    Out of the 500 available tumours from the randomised cohort, 324 were successfully evaluated for YAP1 expression buy generic levitra overnight 7 to 14 days after conception Increased estrogen and slowed gastric emptying may lead to nausea known as morningness

  16. Pingback: aplicativo
  17. Aklkgn says:

    cost fenofibrate 160mg fenofibrate pills order tricor 200mg online cheap

  18. Pingback: alpha88 thailand
  19. Nxsayk says:

    zaditor 1mg drug zaditor 1mg for sale imipramine 25mg brand

  20. Ogcago says:

    valif pills atmosphere – secnidazole over the counter buy sinemet for sale

  21. Vnusym says:

    buy provigil – purchase cefadroxil generic purchase lamivudine generic

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *