Topi Master Emcho: Nama Warisan dan Tanda Mata

Oleh Much. Khoiri

JUDUL di atas mengandung dua entitas: Master Emcho sebagai nama warisan dan topi sebagai tanda mata. Entitas pertama diberikan oleh (alm) Dr. Dr. H.M. Taufiqi, S.P, M.Pd; sedangkan entitas kedua adalah tanda mata dari Mukminin, S.Pd, M.Pd, owner penerbit Kamila Press. Keduanya sekarang melekat dengan saya. Bagaimana kisahnya?

Pertama, tentang nama Master Emcho. Ketika Mas Vicky—sapaan akrab (alm) Dr. Dr. H.M. Taufiqi, S.P, M.Pd masih sugeng, saya menjadi penasihat Gerakan Guru Menulis (GGM) Nusantara, yang berpusat di Unira Malang, di mana beliau menjabat direktur pascanya. Saya mendapat SK dari beliau, ikut mendeklarasikan, bahkan menghadiri kopi darat (kopdar) GGM. Lebih dari itu, saya juga kerap beliau minta untuk menjadi nara sumber bagi seminar atau workshop-nya.

Topi Master Emcho tanda mata Penerbit Kamila Press. Foto: Dok pribadi

Saat itu, beliau agaknya menganggap saya sebagai lebih senior dan ahli di bidang penulisan dan literasi. Itulah mengapa pada suatu malam beliau menyebut saya “Master Emcho”. Master adalah sebutan untuk orang yang punya kapasitas ahli dalam bidang tertentu, dalam hal ini menulis. Emcho, itu panggilan untuk saya di kalangan teman-teman alumni Unesa dan penulis, merupakan akronim dari Muchammad Choiri. Dulu, teman-teman mengira bahwa nama saya tertulis Muchamad Choiri (Em-Cho), padahal seharusnya Much. Khoiri.

Sebutan Master Emcho telah beliau sosialisasikan di berbagai fora GGM, Sahabat Pena Nusantara (SPK), dan sebagainya. Juga untuk keluarganya, termasuk manajemen Bravo Vic—terutama Mas Zainul dan Mas Hasyim. Kemudian, komunitas GGM Jember juga memanggil saya Master Emcho—belakangan Abah Emcho. Sebutan atau gelar Master Emcho itu begitu bekennya sehingga hanya sedikit yang memanggil saya Mister Emcho atau Pak Kho.

Ada sebuah impian besar, saya tangkap dari beliau. Pernah beliau mengatakanya suatu saat, bahwa GGM Nusantara harus menjadi komunitas literasi yang besar, yang bercabang di seluruh daerah di Jatim dan Indonesia. Di setiap daerah bisa digelar berbagai seminar dan workshop mengenai tema-tema parenting dan hipnoterapi (keahlian beliau) dan menulis. Beliau yang menangani parenting dan hipnoterapi, saya kebagian menulis. Itulah makna master yang paling mendekati maksud beliau.

Pernah saya diajak oleh beliau memberi workshop di Jember, dengan jumlah peserta yang samat fantastis, yakni 2500 peserta. Seumur-umur baru kali itu saya berbicara di depan 2500 peserta yang memenuhi stadion. Dan beliau, seperti biasanya, memperkenalkan saya sebagai begawan kepenulisan, Master Emcho. Sekali lagi, Master Emcho.

Lebih jauh, tak sedikit sahabat penulis yang kemudian ikut menyebut saya di dalam tulisan mereka sebagai Master Emcho. Ini mengingat bahwa mereka juga anggota dari komunitas-komunitas yang memang menyebut saya dengan sebutan sama. Bahkan, sebutan itu pun ditiru oleh sahabat penulis di luar komunitas, ya karena tulisan mereka mungkin telah dibagi di grup-grup lain. Bukti semua ini misalnya ada di dalam buku terbaru saya Virus Emcho Melintas Batas Ruang Waktu (2020).

Itulah sebuah “warisan” sebutan yang saya dapatkan dari beliau, sesuatu yang mau tak mau harus saya rawat dan abadikan. Mengapa? Begitu nama Master Emcho disebut orang di depan saya, otomatis saya akan teringat beliau, gaya bicaranya, sikapnya, semangatnya, dan kepiawaiannya dalam berbicara di depan publik (public speaking). Seperti ada jaringan stroom yang kuat.

Gaya bicaranya renyah, humoris, mengenakkan bagi lawan bicara. Saya sering berbicara langsung maupun lewat telepon. Membicarakan tentang GGM, SPK, dan berbagai hal yang urgen. Ibaratnya, saya mendapatkan partner bicara yang seimbang, sama-sama suka rembukan. Dalam masa ngobrol semacam itu, beliau selalu memanggil saya Master Emcho. Bagaimana mungkin akan terlupakan?

Topi Master Emcho

Sekarang, dalam momentum kopdar Rumah Virus Literasi (RVL) di Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) D.I Yogyakarta, 21-23 Oktober 2022, nama Master Emcho malah diabadikan pada topi berwarna hitam. Sebelah kanan tertulis “Master Emcho”, sebelah kiri “Kamila Press”, sedangkan depannya logo Rumah Virus Literasi. Topi itu diserahkan oleh Cak Inin—sapaan Abah Mukminin, S.Pd, M.Pd—pada Jumat sore, 21 Oktober 2022, di kamar 105.

Topi Master Emcho sering saya kenakan, masuk di kampus. Foto: Dok Pribadi

Mengapa topi Master Emcho saya anggap penting dan bermakna? Dari segi nama, ia berbeda dengan nama-nama panitia kopdar yang lain. Jika panitia lain menggunakan nama asli mereka, saya dipaksa Cak Inin untuk menggunakan nama warisan tadi: Master Emcho. Saya anggap hal itu keunikan tersendiri, meski barangkali peserta kopdar tidak akan memperhatikan sedetil itu apa yang saya kenakan.

Benar, sejak Jumat 21 Oktober malam, dalam acara ramah tamah, topi itu sudah saya kenakan, meski saya tahu, malam-malam tidak elok mengenakan topi. Ah, masa bodoh, saya tetap mengenakannya saat ramah tamah. Eh, ternyata teman-teman panitia yang sudah hadir juga mengenakan topi yang sama. Seakan kami berada dalam bahasa yang sama, kompak iramanya. Makan malam, saling berkenalan, dan menyanyi—bersama terundang pianis dan singer yang cakep surakep. Tentu saja, topi itu digunakan untuk berfoto ria, mengabadikan momentum yang bersejarah, yang mempertemukan warga RVL pertama kali.

Esoknya topi tetap saya kenakan, meski saya mengenakan baju batik. Kalau Jumat malam, mengenakan topi masih setel dengan singlet hitam berlogo Kopdar 1, RVL, dan Kamila Press; maka Sabtu mengenakan batik dipadu topi, sejatinya kurang matching lah. Namun, saya tetap merasa sangat nyaman mengenakannya. Anggap saja topi itu justru membuat setelan batik saya lebih matching, dengan keplek nama (name taq) yang tergantung di dada. Seharian topi itu melekat di kepala saya.

Bukan itu saja, ternyata. Minggu 23 Oktober 2022 saya masih mengenakan topi itu sejak berpamitan pulang, dalam perjalanan ke Malioboro, mampir ke Pendopo Sop di alun-alun utara, dan pulang ke Driyorejo, topi itu tidak saya lepaskan. Termasuk, ketika Innophard kami mampir ke rest area di Ngawi dan Jombang, topi itu masih setia di posisinya.

Bahkan, esoknya dan esoknya lagi, hingga sekarang, saya selalu mengenakannya ke kampus. Saat mengajar di kelas “Indonesian Society and Culture”, saya tetap mengenakan topi kesayangan. Sama dengan nama warisan dari Mas Vicky, topi ini tidak seberapa harganya, namun ia memiliki kisah sejarah yang bermakna. Dan itu layak dimaknai sebagai simbol persahabatan![]

Kabede, 31 Oktober 2022

Baca juga:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

23 thoughts on “Topi Master Emcho: Nama Warisan dan Tanda Mata”

  1. Daswatia Astuty says:

    Luar biasa. Benar benar Begawan menulis. Master Emcho. Apa saja ditangannya jadi tulisan yg menarik. Semoga selalu diberi kesehatan dan keberkahan jadi pegiat literasi. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻

    1. Much Khoiri says:

      Alhamdulillah. Terima kasih atas apresiasinya yang luar biasa. Merasa sangat diperhatikan. Tabik

  2. Mukminin says:

    Luat biasa Pak Blantik Literasi dari Atribut TOPI dari Kamila Press bertuliskan MASTER EMCHO dg Logo RVL di depan ternyata jadi tulisan yg renyah dan bermakna, bbahwa menjadi tanda sejarah lahirnya nama EMCHO dan KOPDAR RVL I Jogja. Juga sebagai tetenger sejarah RVL yg mengukir tinta emas BBGP. Topi itu ada 4 nama yang memakai nama keren MASTER EMCHO, TELLY D. BU KANJENG, DAN CAK ININ MUKMININ. Sht slk dan terus menginspirasi dan mengimpori Literasi Aban EMCHO. Matur nuwun

    1. Much Khoiri says:

      Betul, Abah Inin. Topi itu memiliki nilai tersendiri bagi saya. Harganya tidak seberapa, tetapi nilainya luar biasa. Barakallah.

  3. WYDA ASMANINGAJU says:

    Luar biasa Master Emcho adalah Nama yang mengandung makna mendalam sesuai dengan empunya

    1. admin says:

      Bu Ayu, begitulah maksud saya menulkis ini. Ada kenangan yang mendalam, ada harapan yang disampirkan.

  4. Susanto says:

    Dari tulisan ini saya belajar bahwa menekuni kegiatan menulis dengan produktif dan sungguh-sungguh akhirnya sampai pada sebuah entitas, yang tidak hanya menjadi kenangan tetapi juga menjadi “brand”. Sang pemilik ketika mendengar frasa “Master Emcho” teringat kepada almarhum Buung Vicky, saya dan sahabat Master Emcho akan teringat kepada seorang yang mumpuni dalam menulis dan menebarkan virus literasi.

    1. admin says:

      Begitulah, Pakde. Terim kasih telah berkunjung.

  5. Supardi Harun says:

    Topi ajaib, angkat topi ajaib buat Master Emcho. Rasanya tidak ada yang kuat memakainya, kecuali yang diwarisi. Sehat selalu pak.

    1. admin says:

      Semacam topi ajaib itu, Pak Hary. Ikonik juga

  6. kabede singkatan dari?

    1. admin says:

      Kabede itu Kota Baru Driyorejo, di Gresik

  7. Hidmi Gramatolina R says:

    Alhamdulillah. Beruntung sekali saya bisa membaca tulisan ini jadi tahu banyak kisah dibalik sebuah topi yang keren ini.

    1. admin says:

      Terima kasih juga, Bu Hidmi. Beruntung juga saya mendapat tanggapan dari Bu Hidmi, orang yang bersemangat dalam literasi

  8. Sumintarsih says:

    Luar biasa Pak Khoiri memberikan apresiasi pada sebuah topi. Benarlah disebut sebagai benda kesanyangan karena kenangan yang tersimpan di dalamnya.

    1. admin says:

      Topi yang benar2 mengandung kenangan manis dan bersejarah. Begitulah, Bu Mien.

  9. Embun Waty says:

    Kuereeennn kisah dibalik topinya. Menyemangati untuk menulis hal kecil yang manis.

    1. admin says:

      Terima kasih banyak, Mba Embun. Jika kita jeli, ternyata hal-2 kecil pun menarik untuk ditulis. Salam kreatif, salam sehat.

  10. Wijiantono says:

    Luar biasa nama warisan Marter EM-CHO semoga tidak saja menjadikan pegiat literasi,tetapi warisan nama itu juga menjadi ladang amal dan rejeki,Sehat selalu Master untuk tetap berkarya

    1. admin says:

      Pak Anto, terima kasih atas tanggapan yang bagus ini. Mari saling mendoakan.

  11. evVvahGGq says:

    If you re new to type 2 diabetes, join our free Living With Type 2 Diabetes programto get help and support during blood sugar of prediabetic your first year african traditional viagra

  12. Pingback: ozempic prix

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *