Sadari Nilai Sehat Saat Kondisi Sehat

Oleh Much. Khoiri

SERINGKALI nilai sesuatu baru disadari tinggi tatkala dilihat dari posisi ‘lawan’ kita. Kita merasa telah tua tatkala melihat foto-foto muda kita atau saat kita menimang cucu. Kita merasa kehilangan, alias suatu kedekatan, justru ketika kita saling berjauhan. Kita merasa kaya, ketika kita pas jatuh miskin.

Demikian pun nilai sehat, justru sangat terasa, dan baru disadari tatkala sedang sakit. Nilai sehat kerap diabaikan tatkala sedang sehat, seakan sudah takdir alamiah bahwa manusia itu hanya berada dalam kondisi sehat. Padahal tidak. Sehat dan sakit adalah dua sifat predikatif yang seharusnya ada dalam hidup manusia. Tidak ada manusia yang sehat terus, dan demikian pula sebaliknya.

Gambar: Dokumen Pribadi

Kelalaian dan kesadaran, itu kata kuncinya. Kita hampir selalu lalai untuk memaknai betapa kesehatan itu sangat mahal. Seluruh bagian tubuh kita (sebagai manusia normal), ketika sedang sakit, benar-benar harus ditebus dengan harga tidak murah. Untuk sakit ringan semisal demam atau flu saja, kita harus cek-ap ke dokter dan “arisan” ke apotik untuk menebus resepnya. Ketika sejumlah uang habis, kita baru menyadari pentingnya menjaga diri agar bebas flu.

Terlebih lagi kalau sakit keras, apapun di rumah sakit harus dibayar: kamar, obatan-obatan, jasa dokter, periksa dengan alat-alat canggih, dan seterusnya. Bahkan oksigen saja, yang setiap sekon kita hirup, juga berbayar. Saat dirawat itu, hampir tidak ada yang gratis. Makanan-minuman pun duakali lipat harganya. Yang menyebalkan, kadang ada suster yang bibirnya tak bisa berhias senyum. Mahal, bukan?

Pada saat seperti itulah kita baru tiba pada kesadaran akan kelalaian kita: bahwa nilai sehat itu sangat penting, dan bahwa selama sehat kita cenderung abai dan menyiakan pentingnya sehat. Betapa manusia sering bebal tentang perkara ini: baru sadar setelah jatuh pada titik nadir. Sungguh menggelikan, sebenarnya, bahkan memalukan.

Begitulah manusia, untuk menyadari nilai sehat saja perlu diingatkan atau disadarkan dengan sakit. Hikmahnya, sakit adalah sebuah teguran atau peringatan bagi manusia untuk menjaga kesehatan, sekaligus memahami betapa mahalnya nilai sehat. Sakit, dengan demikian, adalah pintu gerbang kesadaran bagi pemahaman dan hikmah itu.

Maka, sakit memang harus diterima tanpa terelakkan, sebagai bagian hidup sendiri. Sehat itu anugerah, tapi bukan berarti sakit itu musibah. Sebaliknya, sakit itu juga anugerah berupa ujian yang mengandung hikmah bahwa hidup yang sehat harus dijaga baik-baik agar tidak jatuh sakit. Bukankah raga adalah tempat bersemayamnya jiwa sehingga harus senantiasa dijaga?

Mudah-mudahan kita termasuk manusia yang selalu menyadari pentingnya nilai sehat justru pada saat kita sehat, bukan pada saat sakit. Dalam kondisi ini kita bisa menerima dengan legawa bahwa sehat dan sakit adalah anugerah semata dari-Nya.[]

Baca juga:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

25 thoughts on “Sadari Nilai Sehat Saat Kondisi Sehat”

  1. Daswatia Astuty says:

    Tulisan yg menggerakkan. Mari menjaga kesehatan . Jangan lalai, sebab kelalaian itu mahal bayarannya 👍👍👍

    1. Much Khoiri says:

      Siap belajar pada para senior.

  2. Astuti says:

    Kata kuncinya sehat itu harus dijaga
    Menjaganya dengan cara menulis
    Mengingatkan diri sendiri sekaligus semangat untuk hidup sehat terus berkobar.
    http://www.srisugiastutipln.com

    1. Much Khoiri says:

      Menulis memang menyehatkan. Sip markusip.

  3. Sri Rejeki says:

    Masya Allah. Nutrisi pagi dari Abah Khoiri. Salam sehat Bapak.

    1. Much Khoiri says:

      Matur nuwun, B Sri, telah berkenan.mampir ke website saya

  4. Wiwiet says:

    Terima kasih atas tulisan buah renungannya pak. Smoga Allah mengijinkan kita termasuk dalam golongan orang yang pandai bersyukur.

    1. Much Khoiri says:

      Aamiin. Selalu bersyukur. Sepakat, Non.

  5. Sumintarsih says:

    Menyadari pentingnya sehat saat kita sehat. Tepat sekali ini. Perlu dikampanyekan.

    1. Much Khoiri says:

      Betul, Bu Mien, kita perlu kampanyekan ini

      1. Sri Mulyani, says:

        Sehat itu sangat mahal, sadarilah semua itu. Sehat diawali dari pola pikir, makanan seimbang, olah raga dan doa. Jika semuanya tidak tercukupi olahan kita tiap hari agar memenuhi 4 sehat 5 sempurna makan food suplemen sangat dibutuhkan. Lebih baik menjaga daripada mengobati

      2. admin says:

        Terima kasih banyak, Bu Sri Mulyani. Betul, kita wajib menjaganya.

  6. N. Mimin Rukmini says:

    Setuju! Telisik baik, kena dan menukik. Terimakasih Pak!

    1. Much Khoiri says:

      Tanggapan yang smart. Terima kasih, Bu Mimin

  7. Suparman SMPN 1 Surabaya says:

    Setiap membaca tulisan Pak Choiri selalu ada yang baru dan menginspirasi. Matur nuwun semoga istiqamah dalam memberikan pencerahan

    1. Much Khoiri says:

      Teeima kasih banyak, Pak Parman. Salam kreatif dan bahagia

  8. WYDA ASMANINGAJU says:

    Menjaga kesehatan disaat Kita sehat memang luar biasa Bapak. Matur nuwun ilmunya

    1. Much Khoiri says:

      Oke, B Ayu. Begitulah sebaiknya, kita perlu menghargai makna kesehatan

  9. Srimin says:

    Indah sekali!
    Mksh sahabat.
    Salam sehat selalu.

    1. Much Khoiri says:

      Teeima kasih atas komennya. Salam literasi

  10. Abdisita says:

    Mantap Master Emcho. Sehat itu memang mahal. Kita seringkali baru menyadarinya saat jatuh sakit parah. Meskipun demikian, kita tak boleh berkecil hati. Karena Sakit & sehat adalah bagian dari hidup yang akan terasa indah bila diterima dengan sabar atau syukur. (Saat sakit bersabar & banyak istighfar sehingga dosa-dosa berguguran. Saat ada harapan dari-Nya bahwa penyakit dapat menggugurkan dosa, hati pun bersyukur. Alloh pun akan menambahkan nikmat-Nya) Lagipula yang memberi sakit itu Dia dan yang menyembuhkannya pun Dia Sang Kekasih Yang Maha Tinggi.
    Jadi sakit adalah momen yang paling indah untuk berkhalwat dengan-Nya. Bagi saya penyakit yang menyerang saya adalah teguran kasih sayang-Nya karena di hati saya ada noda. Misalnya sombong tak mau segera sholat setelah mendengar adzan. Padahal pekerjaan bisa ditunda.
    Tak mau rajin tilawah. Sedangkan untuk buka hp punya banyak waktu…dll. Sehingga saya harus membersihkannya dengan banyak istighfar seraya berikhitiar berobat sesuai kemampuan( misalnya dengan menggunakan antibiotik, antivirus, antioksidan, antiinflamasi dan antipiretik alami seperti kencur, jahe, temulawak dan kunyit serta madu) dan berdoa serta berserah diri kepada-Nya saja tanpa meninggalkan sholat wajib dan amalan Sunnah yang biasa saya kerjakan. Alhamdulillah waktu pengobatan di rumah relatif jauh lebih murah, singkat dan nyaman dari pada saat pengobatan di rumah sakit. (Tentu dg jenis penyakit & taraf keparahan yang nyaris sama) Wallahu ‘alam

    1. admin says:

      Masyaallah, tanggapan B sita sangat bagus dan mencerahkan. Semoga Allah senantiasa menjaga kesehatan kita, untuk beribadah terbaik kepada-Nya. Namun, tatkala dianuegarahi sakit, mudah2an kita diberi keihlasan lahir batin

  11. Cahyati says:

    Tanpa disadari kesehatan yang tak ternilai harganya kadang sering diabaikan. Mengabaikan pola makan pola tidur, pola pikir, dan olah raga

    1. admin says:

      Begitulah, bu guru. Kita sering abai terhadap kesehatan kita. Semoga kita kembali ke itikad untuk bersyukur dengan kesehatan kita

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *