Oleh Much. Khoiri
ALANGKAH tak terhingganya rahasia atau misteri yang terhampar di muka bumi ini, dan alangkah dhaif (lemah)-nya saya dalam memahami (meski) hanya sebagian kecil darinya. Salah satu bagian kecil itu adalah suatu hikmah dari suatu kejadian.
Ketika kita mendapati suatu musibah—entah ketinggalan kereta, kecopetan, ditinggal kekasih, gempa bumi, sakit, hingga kematian—sahabat yang baik lazimnya datang menghibur, dan menutup kata-katanya dengan ungkapan, “Semua itu pasti ada hikmahnya.” Sebelum kalimat terakhir, sahabat akan mengelus hati kita agar bersabar, tabah, dan tawakal.

Hidup hanya laksana digelindingkan ban raksasa. Foto: Dok Pribadi
Jarang sekali ada sahabat yang datang kepada kita ketika kita mengenyam kebahagiaan—entah dapat door-prize kulkas, komisi dari bos, atau kunci mobil (kantor)—dan mengucapkan kata-kata yang sama. Padahal, dalam istilah ustadz(ah), kebahagiaan itu—identik dengan musibah—hakikatnya hanyalah ujian bagi manusia.
Kali ini saya termasuk ke dalam golongan kedua ini. Ya, saya tidak sedang terkena musibah, kesusahan, ditinggal kekasih, atau kematian. Naudzubillahi mindzaalik. Saya justru sedang merasakan kebahagiaan luar biasa. Nah, dalam kondisi inilah saya begitu bebal dan buramnya cermin hati untuk menangkap suatu hikmah di balik kebahagiaan!
***
Kebahagiaan menyimpan makna teramat luas, bergantung siapa yang memaknainya. Ia ada pada manusia lapar yang diberi makanan, pada manusia telanjang yang diberi pakaian, pada manusia buta yang diberi tongkat, pada mausia sakit parah yang dianugerahi kesembuhan. Dalam buku harian saya, pada 30 November 2012 (sekitar 10 tahun silam), adalah suatu kebahagiaan ketika saya mengantuk dan capek, saya diberi kesempatan untuk tidur pulas.
Mengapa tidur saja saya maknai suatu kebagiaan? Ya, obat dan terapi bagi rasa kantuk dan capek memanglah tidur, dan itu suatu kebahagiaan. Di samping itu, saya baru saja sembuh dari sakit dan masih harus menjaga kesehatan dengan saksama, sehingga tidur merupakan kebahagiaan tak terukur.
Saat itu seharian saya sudah menumpuk rasa capek, plus “simpanan” rasa capek yang saya karungi semalam akibat telat tidur karena harus menghaluskan data perencanaan dan pengembangan. Meski tekun mengikuti setiap sesi sharing dari beberapa perguruan tinggi yang telah dan sedang menerima IDB Funds—USU Medan, UIN Ar-Raniry, UNJ Jakarta—dan para pejabat-pejabat DIKTI, Bappenas, dan perwakilan IDB; tak urung fisik dan mental saya pun kejet-kejet (tepar) juga.
Itulah mengapa niat saya sudahlah bulat untuk tidak hadir dalam gala dinner di “Kampung Laut” yang dipersembahkan oleh panitia PMU IDB Forum ke-7, yakni Universitas Negeri Semarang (Unnes). Dugaan saya, jika saya ikut hadir, pesta ikan itu akan menyita waktu hingga larut malam—dan itu berarti saya tidak bisa segera tidur.
Selepas maghrib saya segera merebahkan diri di ranjang kamar 1007 Gumaya Tower Hotel, sekamar dengan sahabat baru saya, pak M. Sirozi dari IAIN Palembang. Baru beberapa saat saya memanjakan diri, hujan deras pun mengguyur Semarang. I love rain so much. Saya pun beranjak ke jendela, dan menikmati pemandangan bagaimana hujan mengguyur seluruh kota Semarang.
Dari jendela ini saya lihat kendaraan jemputan menuju “kampung laut” sedang merambat; itu artinya saya pastilah tertinggal. Alhamdulillah, saya justru bahagia kalau tertinggal, karena saya ingin dan harus segera tidur. Dengan tidur secepatnya, kantuk dan capek saya akan segera hilang, nanti malam akan bisa bangun malam, dan akan bisa membaca atau menulis—serta bahagia!
***
Sejurus kemudian, di luar masih hujan deras, saya mendapat pesan BB bahwa kolega tim IDB Unesa saat itu sakit kepala tak tertahankan. Badannya juga greges tak karuan. Maka, saya tawarkan diri untuk membelikan obat, nanti setelah hujan reda.
Ternyata, hujan malam ini mungkin sengaja dikirimkan Tuhan untuk memberikan ilmu sabar kepada saya (*soktau.com). Sementara itu, saya harus segera mendapatkan obat-obatan yang dipesan kolega saya. Saya tahu di mana apotek terdekat yang menyediakan obat tersebut, namun hujan malam masih menertawakan otak saya yang mulai mengeluh.
Maka, sedikit saja ada peluang reda hujannya, saya cepat melesat ke apotek. Dalam waktu singkat, pegawai apotek—gadis Semarang yang manis—telah menyiapkan pesanan saya. Setelah itu, tanpa buang waktu, saya segera melesat ke lobi, naik lift, dan berhenti di lantai 13 untuk menyerahkan obat itu. Di sebuah kamar di lantai inilah saya mendapati kolega saya yang pasti—lalu tersenyum.
***
Saat itu malam sudah cukup larut, pukul 22.15, namun para sahabat baru yang menghadiri pesta ikan “kampung laut” belumlah kembali. (Perkiraan saya mereka akan pulang setelah pesta ikan dan berkaraokean—dan itu artinya tengah malam.)
Saya benar-benar harus beristirahat. Tiada alasan yang lebih baik kecuali harus tidur. Karena itulah, saya mulai memejamkan mata. Terasa nikmat mata ini, setelah seharian memelototi berjibun data di laptop, sambil mengikuti presentasi sharing. Semarang mulai bergeser ke peraduan malam jua.
Namun, saya akhirnya tidak jadi tidur terlebih dahulu. Field representative IDB, Dr. Makhlani menghubungi saya dan Pak Suprapto (sekarang WR-2) untuk bertemu di lobi hotel. (Ternyata, beliau juga tidak bisa hadir dalam pesta ikan.) Sudah lama saya ingin bertemu beliau, dan malam inilah saatnya untuk menambah kebahagiaan itu.
Di lobi saya dan Pak Suprapto bertemu dengan Pak Makhlani. Justru malam inilah kami memperoleh (bocoran) informasi terkait dengan persiapan appraisal IDB di tujuh universitas di tanah air (Unesa, UNY, Untan, Unlam, Unsrat, UNG, Unsyiah). Kami juga diminta untuk membuat draf jadwal appraisal yang akan dikomunikasikan ke berbagai pihak terkait.
Senyum yang teduh dan kata-kata yang santun Pak Makhlani merupakan suatu kebahagiaan tersendiri. Termasuk tatkala kami menjabat tangan beliau untuk menuju kamar masing-masing. Diskusi singkat dengan beliau memberikan kekuatan dan optimisme berlipat, dalam menyambut appraisal.
Barangkali inilah hikmah di balik kebahagiaan. Andaikata saya jadi ikut pesta ikan, mungkin tidak ada suatu peluang untuk meringankan sakit kolega tim saya dan untuk berdiskusi penting dengan wakil IDB di Indonesia ini. Sungguh, alangkah dhaifnya saya memahami “hanya” rahasia sekecil ini di antara rahasia yang tak terhingga.*
Gresik, 22/11/2022
*Ditulis berdasarkan catatan harian di Gumaya Tower Hotel, Semarang, 30 November 2012 (03:00).
Baca juga:
Alhamdulilah pengalaman yg luar biasa. Di balik peristiwa ada hikmah. Mksh Bah. Sht sll dan terus menginspirasi
Hikmah memang selalu terpendam di balik setiap perkara dan kejadian.
Orang yang pandai memahami musibah, dia akan tersenyum setiap menghadapi musibah. Karena terbayang hikmah yang akan didapatnya dibalik musibah tersebut.
Selamat memungut hikmah yang tak akan habis sepanjang kehidupan ini. 🙏🏻🙏🏻🙏🏻
Semoga kita termasuk orang2 yang pandai memungut hikmah dari kejadian dlm hidup ini
Selamat pagi pak, selalu menarik setiap artikelnya…
Terima kasih pula apresiasinya
Subhanallah semua ada hikmahnya pa baik yang menyenangkan atau yang menyedihkan semua nikmati dari Allah.
Hikmah tidak selalu dari musibah. Bahkan kebahagiaan menyimpan banyak hikmah. Hikmah adalah karunia Allah yang wajib disyukuri dan perlu diselusuri agar makin bersyukur.
Betul sekali, keduanya kaya akan hikmah, asalkan kita mau merenungkannya serta memetiknya
Menyenangkan atau menyedihkan memang selalu ada hikmahnya ya, Pak Pardi.
Menyenangkan atau menyedihkan memang selalu ada hikmahnya
Bahagia itu memang harus sabar menghadapi berbagai ATHG. Semoga selalu sehat untuk Blantik Literasi beserta keluarga.
Luar biasa Master Emcho dibalik kejadian sekecil apapun kalau diolah dengan bumbu-bumbu yang tepat akan menjadi menu yang mengundang selera untuk tidak sabar menikmatinyanya.Bersyukur kebanyakan dilakukan orang hanya setelah mendapatkan rejeki berapa materi seperti punya rumah mobil tanah atau perusahaan.Ternyata masih ada yang sering terlupakan untuk disyukuri seperti yang Master pernah contohkan yaitu bisa TIDUR NYENYAK itu suatu nikmat yang luar biasa.
Menulis itu sebaiknya mengambil objek kajian yang oaling dekat dan paling dikuasai saja, agar mudah menjelaskannya
Tulisan yang menggugah dan menggiring pembaca untuk menyelami hikmah di balik setiap kejadian
Penggiringan pembaca kadang tidak dimaksudkan okeh penulis, tapi secara otomatis mengalir sesuai nalar.
Setiap musibah akan terasa indah manakala bisa memetik hikmahnya. Walaupun tidak mudah dilakukan. Menyadari hal itu, sangat bijak jika mampu membangun pikiran positif dalam diri. Muhasabahpun bisa dilakukan manakala kita berharap memetik hikmah. Salam sehat Prof Choi.
Pikiran positif penting, demikian pula muhasabah. Sepakat dg tanggapan njenengan.
Sangat menginspirasi, pak, ketika kita sedang dapat musibah, pasti ada hikmah yang selalu menyertainya. Semoga terus dalam lindunganNya, Pak🙏
Terima kasih banyak, Lysa, atas tanggapanmu dlm hal hikmah setiap kejadian ini
Alhamdulilah selalu ada hikmah dari setiap kejadian, bsik itu kejaduan yang menyedihkan armtaupun kebahagiaan.
Alangkah kayanya hikmah yang terkandung dalam setiap kejadian. Luar biasa.
Alangkah kayanya hikmah yang terkandung dalam setiap kejadian.
pengalaman spiritual yg akan membuat manusia dekat dengan Tuhannya.
Pengalaman sehari-hari yang baik
“Setiap Kejadian Ada Hikmahnya”
Benar..benar..benar sekali, Master.
Sangat menginspirasi..👍👍
Kita perlu saling menguatkan dan menginspirasi
Hikmah dari kejadian yang inspiratif
Mudah2an kita bisa mengamalkannya dlm hidup sehari-hari
Amazing script that I have ever seen. I suppose that your writing made me sad. Because, I was jealous, Sir. You could wrote like a director in your home. I meant your second home which full of many books, like a private library. But not me. Congratulation, have a nice moment.
Bu Katny, I’ve collected my books since I was very young. Now they are arranged in several book racks and cupboards. It is already our family library.
Orang bijak selalu pintar mengambil hikmah dalam Segala kejadian. Terima kasih ilmunya Master
Tepatnya adalah kepekaan, Bu Ayu. Kita harus punya kepekaan dlm membaca alam dan kejadian.
Masya Allah. Semua ada hikmahnya. Termasuk musibah gempa. Terima kasih pak Emcho. Kalau cinta kepada-Nya sudah melekat, musibah pun terasa nikmat dan “dopamin”-hormon kebahagiaan -pun meningkat.
Tanggapan Bu Sita mencerahkan. Selagi cinta pada-Nya, kita hanya akan berpikiran positif dlm hidup ini.
Tanggapan ini mencerahkan. Selagi cinta pada-Nya, kita hanya akan berpikiran positif dlm hidup ini. Termasuk bijak memetik hikmah dlm setiap kejadian.
Mantaapp Abah
Kemantapan diperlukan
Selalu mengambil hikmah dg bijak dan selalu mengulas dalam tulisan berkelas.
Perlu latihan panjang dan tak kenal lelah.
Hikmah yang bijak.
Human inflammatory dendritic epidermal cells express a functional histamine H 4 receptor cialis for sale online
A mutation in the human leptin receptor gene causes obesity and pituitary dysfunction levitra expre delivery Cancer and its various treatments, chemotherapy included, can devastate your sex life, and this can contribute to relationship tension, depression and decreased quality of life
Hi all, here efery one iss sharinng thsse kins
off knowledge, so it’s nihe to rerad this web site,
and I used too pay a viseit tjis weblog everyday.
At this time it appearts like BlogEnginhe iss thhe prefrred blogging platform availsble riight now.
(from what I’ve read) Is that whgat you’re using on your
blog?