Sumpah, Alangkah Wanginya Buku Baru!

Oleh Much. Khoiri

KETIKA pertama kali saya menerima sebuah buku baru yang saya editori pada tahun 2011, saya langsung berucap syukur alhamdulillah dan menciuminya. Buku antologi cerpen berjudul Ndoro, Saya Ingin Bicara (2011) itu, yang merupakan himpunan cerpen alumni Unesa, terasa wangi kovernya. Saya menciuminya seperti sedang menciumi seorang bayi.

Sungguh, buku baru itu tercium wangi—bukan hanya kovernya, ternyata, melainkan juga halaman demi halaman.

Memang beberapa buku baru tahun 2021-2022. Gambar: Dok Pribadi

Sungguh, buku baru itu tercium wangi—bukan hanya kovernya, ternyata, melainkan juga halaman demi halaman. Saya memandangi setiap halaman yang ada, dan mengulangi melihat cerpen-cerpen saya di dalamnya, yakni “Kematian Sukreni” dan “Suara Misterius”. Kehadiran dua cerpen saya itu membuat saya kembali menyedot wangi kovernya entah berapa kali. Kayak orang gila ya?

Sebentar, tunggu sejenak. Demikian pun ketika buku kumpulan puisi Gugat (2011), yang saya editori bersama Suhartoko dan Eko Prasetyo, saya melakukan hal yang sama, yakni menciumi kover buku dan bagian-bagian tertentu dari buku itu. Kemudian, saya membaca puisi-puisi yang merupakan karya teman-teman alumni Unesa, dan membaca kembali puisi-puisi saya sendiri.

Ternyata, tahun-tahun berikutnya, untuk buku 36 Kompasianer Merajut Indonesia (2013), Boom Literasi Menjawab Tragedi Nol Buku (2014), dan 4-5 judul buku per tahun hingga tahun 2021, saya bertingkah seperti ibu yang menciumi anak-anaknya saat lepas melahirkan. Buku tercium wangin, dan saya menciuminya.

Terlebih, buku-buku yang saya sukai yang kemudian mereka terlaris di pasaran, seperti Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014), Rahasia TOP Menulis (2014), Pagi Pegawai, Petang Pengarang (2015), Much. Khoiri dalam 38 Wacana (2016), Write or Die: Jangan Mati Sebelum Menulis Buku (2017), Writing Is Selling (2018), Virus Emcho Melukis Batas Ruang Waktu (2018), SOS Sapa Ora Sibuk: Menulis dalam Kesibukan (2020), Kitab Kehidupan: Minum Kopimu, Baca Dirimu, Temukan Fitrahmu, Hayati Hidup Baru (2021). Wanginya semakin menusuk hidung berkat larisnya itu.

Sampai hari ini buku mandiri dan antologi saya sekitar 70 judul; itu perkiraan, sebab sudah dua tahun ini saya belum sempat mengidentifikasi secara cermat berapa buku yang telah saya terbitkan.

Sampai hari ini buku mandiri dan antologi saya sekitar 70 judul; itu perkiraan, sebab sudah dua tahun ini saya belum sempat mengidentifikasi secara cermat berapa buku yang telah saya terbitkan. Terakhir, ada Menjerat Teror(isme): Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022), dan antologi terakhir berjudul Leksikon Gerakan Menulis Indonesia (Perpusnas Press, 2022).

Jika saya ditanya apakah saya masih mencium buku yang baru saja terbit meski saya sudah menerbitkan puluhan buku? Jawaban tegas, ya! Selama 11 tahun terakhir ini, sejak buku pertama lahir, yakni kumcer Ndoro, Saya Ingin Bicara (2011), saya selalu berucap syukur dan kemudian menciumi buku-buku tersebut, seakan merasakan sensasinya menciumi seorang bayi.

Selama 11 tahun terakhir ini, sejak buku pertama lahir, yakni kumcer Ndoro, Saya Ingin Bicara (2011), saya selalu berucap syukur dan kemudian menciumi buku-buku tersebut, seakan merasakan sensasinya menciumi seorang bayi.

Saya tak peduli kalau ada orang mengkritik saya, tidak masalah—apalagi diejek oleh orang yang hanya bisa mengkritik tetapi jarang menulis (buku). Saya juga tidak peduli kalau ada orang yang menghina saya akan ulah saya ini; terlebih, si penghina sendiri malah tidak pernah menerbitkan satu judul pun sepanjang hidupnya. Saya justru hormat (respek) pada penulis muda yang telah menghasilkan beberapa buku. Itu produk nyata, itu prestasi!

Bagi saya, sebuah buku adalah anak kreativitas saya, yang telah melalui proses kreatif yang cukup panjang. Ketika masih dalam kandungan, saya harus banyak berjuang, merenung, dan menambah kegiatan riset untuk memperkaya gizi “calon anak” saya. Nah, ketika terbit, bayi itu terlahir ke dunia—betapa bahagianya saya. Buah kreativitas itu menunjukkan keindahan dan kewangiannya.

Ternyata, “penyakit” saya itu tidak hanya teruntuk buku karya sendiri. Terhadap buku baru karya orang lain tetapi saya membantu memberikan kata pengantar, misalnya (sehingga ada semacam kedekatan emosional di dalamnya), maka saya juga bertingkah agak aneh di mata orang lain, yakni menciumi kovernya dan bagian-bagian dalamnya—sambil mengecek hard-copy dari buku itu.

Ternyata, “penyakit” saya itu tidak hanya teruntuk buku karya sendiri…melainkan juga buku orang lain yang secara emosional saya memiliki kedekatan.

Buku yang saya sebutkan terakhir ini antara lain berjudul Merajut Kata Selaksa Makna: Antologi Puisi Guru Literasi Indonesia (Cak Inin Mukminin dkk., 2021). Buku kumpulan puisi setebal 456 halaman ini ada hubungan spesial dengan saya, sebab saya memberi kata pengantar untuknya. Saya tidak mengapresiasi dan memuji para penulis dan puisi-puisi yang ada; saya justru mengajak menyegarkan pemahaman tentang bagaimana menulis puisi. Saya memberi judul kata pengantar itu “Pentingnya Pemahaman Kaidah Menulis Puisi.”

Senada dengan buku itu, tetapi lebih baru, adalah buku berjudul Epigraf Safari yang Mengabadi (2022) karya Telly D. alias Daswatia Astuty, seorang purna tugas yang bertekun untuk menulis di usia yang tidak lagi muda. Untuk menghargai semangat mudanya, saya memberinya kata pengantar yang berjudul “Kata Pengantar: Menulis Epigraf Safari Diri.” Sama dengan buku kumpulan puisi tersebut, saya juga tetap mencium aroma wanginya buku baru ini.

Bahkan, untuk buku-buku baru lain, baik saya beriur tulisan atau tidak, godaan mencium wanginya buku tetap ada. Saat buku Thamrin Dahlan: 70 Tahun Rekam Jejak Literasi YPTD (2022), buku yang juga menghimpun artikel saya di dalamnya, saya begitu girang akan bau wanginya—sama girangnya ketika saya menerima kiriman buku Dewi  Musdalifah berjudul Jalan Kecil, Kumpulan Cerpen (2022), kiriman Pak Hariyanto berjudul Merakit Asa Puisi 2.0 (2022), atau kiriman Hernawati Kusumaningrum buku berjudul Jalan Panjang Menuju Guru Penggerak (2022) dan Cinta dalam Kenangan (2022).

Saya berharap, buku-buku baru yang telah saya bincang ringkas di sini akan memberikan manfaat seluas-luasnya bagi pembaca, setidaknya akan bertemu penulis-penulis pemula yang masih rindu menciumi buku baru. Bukankah semua itu kebahagiaan yang sederhana tetapi memiliki nilai yang sangat tinggi?

Bagaimana pendapat Anda? Sampaikan tanggapan Anda di kolom komentar.

Kabede, 12 Oktober 2022

BACA JUGA:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

27 thoughts on “Sumpah, Alangkah Wanginya Buku Baru!”

  1. Hariyanto says:

    Masya Allah saya jadi ikut terharu membaca kisah Abah ….begitu tinggi menghargai buku yang baru terbit termasuk.buku kiriman yang ada nama saya juga. Saya juga merasakan pengalaman serupa itu, walau tidak sama namun setiap saya buku buku- buku karya sendiri maupun karya bersama termasuk kiriman sahabat seperti Cak Inin….seperti energi di dalam lembaran buku ketika dibuka atau pun disentuh saja. Sampai disini saya belum tahu apa artinya itu, namun saat mi pun buku- buku saya banyak tergeletak di.meja. saya juga sedang membuka- buka kembali dengan rasa sukacita, haru bahagia dan menyenangkan hati. Alhamdulillah setelah membaca tulisan Abah ini saya jadi sedikit paham bahwa perlakuan terhadap buku seaneh dan sekecil apa pun itu sebagai salah satu wujud syukur. Iringan doa semoga spirit menulis selalu terjaga dan semangat selalu ke depan Aamiin. Salam ungukn Abah Khoiri, semoga sehat selalu unguk Abah sekeluarga dan seluruh pembaca. Aamiin.

    1. Much Khoiri says:

      Pak Har, terima kasih atas tanggapan yang sangat bagus. Semoga sehat selalu.

  2. Sumintarsih says:

    Setuju Pak.
    Kata Pak Ahmad Thohari, penulis Ronggeng Dukuh Paruk, menyelesaikan buku bagaikan orang hamil. Hamil besarnya pada saat buku hampir selesai. Maka benar, buku terbit ibarat lahir.
    Selamat ya Pak, anak kreativitasnya sdh banyak. Semoga menular pada kami.

    1. Much Khoiri says:

      Masih teringat dlm pikiran yang segar apa yang disampaikan Ahmad Tohari. Matur nuwun

  3. Hernawati says:

    Masya Allah… salam takzim Abah. Speechless saya membacanya. Memang benar ada kepuasaan tersendiri saat menyaksikan buku-buku baru itu lahir. Bermula dari angan, menggerakkan pikiran untuk melakukan riset, menuliskannya, kata demi kata, kalimat demi kalimat, paragraf demi paragraf yang akhirnya menjelma buku. Saya selalu berucap syukur tiap buku itu lahir karena proses penulisan di baliknya makin mendewasakan laku literasi sang penulis.

    Matur nuwun insight-nya pagi ini.
    Tabik.

    1. Much Khoiri says:

      Mudah2an catatan saya ini memberikan manfaat utk banyak orang. Makasih komennya.

  4. Daswatia Asuty says:

    Maha besar Allah yg memberi kemampuan menulis pada pak Khoiri sekaligus memberi kemampuan memelihara rasa syukurnya.
    Sy jd haru membaca bgm ikatan penulis dg buku yg sanggup memberi rasa bahagia seperti itu. Anda penulis yg berlimpah kebahagiaan. Bahagia ktk sementara menulis dan lebih bahagia ketika “ melahirkan” tulisan itu jadi buku.
    Semoga pak Khoiri mengetahui betapa bersyukurnya saya kenal bapak.

    Anak saya “ epigraf safari yang mengabadi” yg sy lahirkan dimana bapak terlibat mengasuh dan membesarkannya sebentar lagi akan menjalani takdirnya. Terimakasih atas segalanya 🙏🏻🙏🏻🙏🏻😭😭😭😭😭
    Saya suka ungkapan “penulis dengan semangat muda”

    1. Much Khoiri says:

      Terima kasih banyak atas kokentarnya, b penulis dg semangat muda.

  5. Meynia says:

    Pak Emcho memang luar biasa… Saya kagum dengan karya dan kerendahan hatinya.

    1. Much Khoiri says:

      Bu Mey, makasih banyak ya. Sehat selalu

  6. Suci says:

    Kala Malaikat diundang ‘fgd’ oleh Allah SWT, mereka keberatan akan penciptaan khalifah di muka bumi krn akan membuat kerusakan & pertumpahan darah. Namun Allah menerangkan bahwa Allah SWT mengetahui apa yg tdk malaikat ketahui. Dan Allah mengajarkan pd Adam A.S nama2 benda seutuhnya… (QS 2:30-31). Maha Benar Allah dgn segala firman-Nya.

    Ketika membaca untaian kata Abah Khoiri yg mendiskripsikan tentang ‘ritual’ menciumi antologi & buku baru karya Abah Khoiri yg wanginya begitu menawan, seketika teringat ‘fgd’ yg mulia yg dihadiri para malaikat & Allah SWT. Sungguh Allah SWT mengetahui apa2 yg malaikat tdk ketahui. Sungguh Allah SWT mengajarkan nabi Adam A.S nama2 benda seutuhnya. Dari cover kemudian lembar demi lembar bau wangi terasa memikat Abah Khoiri untuk menciumi setiap buku barunya yg hingga kini berjumlah lebih dari 70 judul. Tdk berhenti dgn ‘ritual’ menciumi kegiatan melihat & membaca lagi karya2 tsb menggambarkan suatu ketertegunan terhadap pengajaran dari Allah SWT, yakni Allah SWT mengajarkan nabi Adam A.S nama2 benda seutuhnya. Betapa malaikat tak bisa menyebutkan apapun sementara nabi Adam A.S mampu menyebutkan semua yg dimaksud tanpa cela hingga malaikat pun bersujud sebagai bentuk kepatuhan pd Allah SWT dan pengakuan pd pengajaran dari Allah SWT. Buku2 yg laris menjadi pembenaran betapa magis penyebutan kata2 dlm buku karya Abah Khoiri sehingga memikat hati para pembaca. Wangi semakin menyengat memantik rasa terperanjat pada pengajaran Allah SWT shg mengasilkan untaian kata2 dlm karya yg indah. Ritual menciumi pun dilakukan olh abah Khoiri sbg rasa syukur, terpaku, terperana akan hasil sebuah karya seperti malaikat yg bersujud seakan mengakui kepiawaian nabi Adam A.S mengolah kata2 yg tak diketahui olh malaikat.

    1. Much Khoiri says:

      Masyaallah. Bu Suci, ini komentar yang sangat bagus, hingga saya tertegun dan terharu karenanya. Ini menjadi penambah semangat bagi saya. Matur nuwun. Barakallah

      1. Suci says:

        Wabarakallah Abah. 🙏😊

  7. Luar biasa .. wonderful Pak Much.Khoiri
    Lebih dari 70 buku
    Proficiat Pak Much.Khoiri
    Saya dapat merasakan rasa syukur dan kegembiraan yang tak terhingga. Saya hanya mampu menghadirkan belasan karya tulis, sudah sangat senang. Apalagi more than 70 judul buku.
    Sungguh patut dijadikan contoh teladan.
    Sekali lagi proficiat Pak Much. Khoiri. Semoga selalu dalam lindungan Tuhan bersama keluarga tercinta
    Salam hangat dari Australia
    Tjiptadinata Effendi

    1. Much Khoiri says:

      Terima kasih banyak, Pak Tjip. Saya terharu atas komentar Pak Tjip ini. Salut akan semangat literasi yg selalu berkobar dalam diri Pak Tjip. Salam sejahtera dan bahagia utk keluarga.

  8. Hariyanto_LA says:

    Jadi rindu untuk bercumbu dengan buku.

    Mantap, Pak.

    1. Much Khoiri says:

      Ayo, Mas Hary, saatnya memuaskan keriunduan pd buku. Makasih ya

  9. Parastuti says:

    Pak,… omedetou gozaimasu.
    lahir lagi buah pikir, tetep berkarya ya..
    dan gak bosan bosannya sebarkan energi positif ke semua orang

    1. Much Khoiri says:

      Teeima kasih, Bu Parastuti, telah berkenan pinarak dan memberikan jejak. Sehat selalu.

  10. MUHTAROM says:

    Unbeliavable book. Great the legend. Bangga dengan karya karyanya. Semoga sastra Indonesia semakin hidup.

    1. admin says:

      Thanks so much, Pak Muhtarom. Your comments are really appreciated. Have a nice reading, then.

  11. Virda Tyas Arsita says:

    Saya juga termasuk orang seperti bapak. Saya suka membaca buku, melihat lihat buku, mencium aroma buku, menulis dan berada di perpustakaan. Melihat seseorang yang seperti saya, bahkan mampu menerbitkan tulisannya dan bermanfaat bagi banyak orang membuat saya terinspirasi. Semoga bapak sehat selalu dan terus menghasilkan karya karya selanjutnya.

    1. admin says:

      Terima kasih atas komen yang bagus ini. Semoga memperoleh manfaat sebesar-besarnya.

  12. Amalia Agatha 22D says:

    Suka sekali dengan penyampaian Mr. Khoiri, penuh dengan makna tersirat. Penyampaian yang secara tidak langsung telah mengenalkan buku2 yang sangat luar biasa kepada para pembaca baru seperti saya ini. Semoga saya bisa menerbitkan buku juga seperti Mr. Khoiri suatu saat nanti.

    1. admin says:

      Amalia, terima kasih ya. Semoga impianmu terkabul. Aamiin

  13. Aisyah Endah Palupi says:

    Kang Khoiri, begitu panggilan akrab saya untuk penulis buku yang hebat.
    Sejak pertama kali saya mengenal, beliau adalah sosok yang humble dan selalu menyenangkan sebagai teman diskusi. Buku-buku karya beliau sangat layak diacungi jempol.
    Tak mudah memang untuk menulis, apalagi menjadi sebuah buku, dan lebih lagi menghasilkan banyak buku…
    Wah.. jauh dari mampu bagi saya khususnya😁 . Bikin satu buku saja rasanya mau semamput… hehehe
    Angkat topi kagem panjenengan Kang.. Semangat terus untuk menulis.. hasilkan lebih banyak lagi karya2 yang indah
    Menebar banyak kebaikan melalui tulisan✍🏻 ….melalui buku 📔

    Salam rindu dari Manila🌹🇵🇭

    1. admin says:

      Matur nuwun sanget, Jeng Prof, telah berkenan berkunjung ke weblog saya, serta memberikan apresiasi dan pujian. Semoga panjenengan selalu pinaringan sehat walfiat. Salam rindu dari Surabaya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *