Oleh Much. Khoiri
BAGI Anda yang sudah akrab dengan puisi-puisi Sosiawan Leak, berikut ini catatan singkat saya atas buku Siam Semesta: Kitab Puisi Sosiawan Leak, buku 91 halaman, dengan sampul hitam pekat, yang diterbitkan Buana Grafika, Yogyakarta, Juli 2022. Karena ini hanya catatan, ia akan menyajikannya sekilas. Ada yang sangat menarik.
Alasan penerbitan, strategis! Penerbit menulis dalam pengantarnya, bahwa buku ini diterbitkan dari “upaya penyair menampilkan 29 karya puisi yang ditulis dan dibacakannya selama bulan Ramadan (April-Mei 2022) dalam program “Binar Ramadhan” yang tayang di TV9 Nusantara setiap menjelang azan magrib dan usai waktu sahur.”
Karena puisi-puisi dalam buku ini telah ditayangkan di TV9 Nusantara, maka buku ini menyertakan video pembacaannya—Setiap judul puisi memiliki satu barcode untuk di-scan dengan ponsel, sehingga kita sebagai pembaca bisa mengakses bagaimana sang penyair, Sosiawan Leak, membacakan puisi-puisinya. Inilah keunikan dari buku ini—ada teksnya, ada barcode rekaman videonya.
Pembaca bisa mengakses bagaimana sang penyair, Sosiawan Leak, membacakan puisi-puisinya. Inilah keunikan dari buku ini—ada teksnya, ada barcode rekaman videonya.

Kover Buku Sosiawan Leak. Gambar: Dok Pribadi
Keunikan lain, buku ini berisi puisi-puisi Islami, sesuatu yang tidak biasanya. Mungkin saya salah menangkap; tetapi simbol-simbol yang digunakan, termasuk diksi-diksi yang dimainkan, benar-benar berwarna Islami. Masuk di akal kiranya mengapa demikian. Ya, karena puisi-puisi tersebut ditulis khususon untuk mengisi acara ramadan yang terjadwal rutin di televisi.
Kita lihat judul-judulnya. Kita bisa dapati judul-judul puisi seperti Ladang Ganjaran, Huma Pahala, Kebun Tafakur, Tegal Hidayah, Lahan Ramadan, Lautan Berkah, Muara Jiwa, Teluk Tawaduk, Tanjung Harapan, Pantai Ampunan, Samudra Takwa, Lembah Amanah, Bukit Hikmah, Jurang Keteguhan, Tebing Ketabahan, Gunung Keridaan, Perisai Langit, Janji Awan, Pelangi Cinta, Kasih Sayang Lintang, Intighfar Fajar, Zikir Senja, Mendung yang Murung, Hujan Amalan, Tadarus Bulan, Iktikaf Matahari, Wirid Bumi, dan Duka Angkasa.
Kita terbawa suatu kekuatan imajinatif untuk memasuki suasana-suasana puisi yang beraneka ragam—semuanya, sekali lagi, bernuansa Islami.
Jika kita menyimak puisi per puisi, kita akan membayangkan imagery yang mengabarkan objek dan suasana puisi. Ada ladang ganjaran, ada huma pahala, ada kebun tafakur, dan sebagainya. Kita terbawa suatu kekuatan imajinatif untuk memasuki suasana-suasana puisi yang beraneka ragam—semuanya, sekali lagi, bernuansa Islami. Penyair benar-benar laksana pembawa pesan-pesan hikmah bagi sekalian ummat.
Anda penasaran dengan puisi-puisi yang ada? Baiklah, berikut ini saya kutipkan salah satu puisi Mas Leak—begitu saya menyapa Sosiawan Leak—dari buku ini.
LAUTAN BERKAH
setiap lautan memiliki kedalaman
juga keluasan berbeda
tapi satu lautan Cuma, tiada tandingannya
tak dapat diukur kedalamannya
tak bisa dihitung keluasannya
ialah lautan ramadan
ia terbentang tak terkira
tak bisa dibingkai cakrawala
tak ada pantai mampu menggaris batasnya
kecuali pantai fitri
yang menyucikan segala nurani,
bila ikhlas melayari
sepenuh hati
ia memusar tanda dasar
tak ada ceruk terendah
jadi wadah untuk menadah
kecuali ceruk tawaduk
tempat tersaji kemurnian mabruk,
jika rla menyelami
seutuh khusyu
sepanjang malam
gelombang berdzikir tenang
hingga ombak, alun, dan riak
alpa bergejolak
sebab terkesima menyimak purnama
yang bertadarus dengan sisa angin utara
sedang dari pagi hingga senja
matahari mengaji udara dan gerimis
yang memuji asma ilahi tak habis-habis
tak ada lautan sedemikian dalam
tak ada lautan sebegitu leluasa
kecuali lautan ramadan
yang berlimpah berkah dan ampunan
Solo, 8 April 2022
Menurut Anda, bagaimana puisi ‘Lembah Berkah’ tersebut? Puisi-puisi lain mirip dengan puisi di atas dalam pengucapannya. Jangan percaya saya terkait isi dan keindahannya. Anda sendirilah yang sebaiknya memegang bukunya, menikmatinya, dan memberikan penilaian seberapa buku puisi Mas Leak mampu meninggalkan mutiara makna di dalam diri Anda.
Anda sendirilah yang sebaiknya memegang bukunya, menikmatinya, dan memberikan penilaian seberapa buku puisi Mas Leak mampu meninggalkan mutiara makna di dalam diri Anda.
Sekarang, jika Anda ingin menikmati puisi-puisi yang ada secara utuh dan lengkap, tidak ada cara lain kecuali mendapatkannya. Jalan-jalanlah ke toko buku untuk menjemputnya di sana. Atau, jika lagi mager alias malas gerak, hubungi saja sang penyair di nomor ini: Sosiawan Leak: +62 812-2580-1375.[]
Lidah Wetan, 8/10/2022
BACA JUGA
Puisi adalah pengetahuan & pengalaman penulisnya. Seberapa iman dan seberapa mampu mengejawantahkannya, itulah suratan puisi yang menggambarkan penyairnya.
Demikian pendapat saya.
Salam takzim, Pak Dosen 🙏
Terima kasih atas komen cerdasnya, KaRos. Superjosss
Kedalaman hati seorang Sosiawan dalam memahami lautan berkah Ramadhan sungguh menakjubkan.
Benar-benar dalam dan menginspirasi setiap pembacanya untuk lebih mengkhusuki bulan-bulan Ramadhan berikutnya. Agar tidak terjebak pada rutinitas belaka.
Insyaaallah…
Nologaten Sleman, 20102022 06.36
Mamuk SMPA
Mas Mamuk, tanggapan yang bagus. Terima kasih semuanya. Salam berkarya.
Ibarat membaca resensi buku dg cara penulisan yang lain.
Komentar penulis menambah kekuatan penyampaian pesan penyair.
Menggerakkan untuk membuktikan sendiri. 🙏🏻🙏🏻👍
Resensi yang singkat, mudah2an cukup memantik pembacaan yang lebih luas. Terima kasih
Genre puisi walau sebatas contoh dalam resensi buku muncul di RVL sangat memantik ide. Bahkan bukan tidak.mungkin bisa diterapkan model untuk penulisan buku kumpuis di th 2023 . Ide bagusnya setiap puisi ada barcode bukti puisi sudah dibacakan ….dan diupload di yt. Dospundi ….. kira -kira seru nggih Pak Emcho ?
gagasan yang sangat bagus, Pak Har. Rasanya perlu kita wujudkan.
MasyaAllah. Puisi hasil renungan yang dalam. Terima kasih. Semoga semakin menambah ketaqwaan. Aamiin Yaa Robbal’alamin
Ms Leak adalah penyair yang beprnagalaman. Jadi, puisinya ya bagus.
Ulasan yang bagus dari Abah Khoiri yang membawa pembaca ke buku mas Leak ” Siam Semesta” untuk membaca dan memilikinya untuk lebih mendalami khazanah makna yang dalam dari puisi-puisinya.
Betul sekali