Oleh Much. Khoiri
RVL, Rumah Virus Literasi! Inilah “rumah” kreatif kita, rumah virus literasi, komunitas yang kita cintai. Namun, mari maknai rumah di sini sebagai tempat hunian (home), bukan hanya bangunan rumah (house). Loh, memang apakah bedanya?
Hunian itu wujudnya bisa macam-macam—bisa gedung, gubuk reyot, ruang di bawah jembatan. Yang penting, penghuninya merasa nyaman dan kerasan di dalamnya. Di situ ada sumber kebahagiaan. Karena bahagia, penghuninya riang melakukan apa yang disukainya.
Sementara, rumah itu merujuk ke bentuk fisik bangunan. Ada rumah orang kota, ada rumah orang desa. Ada rumah cor, ada rumah gedhek, ada rumah triplek. Ada rumah khas orang Arab, orang Jawa, orang Eskimo, dan sebagainya. Bentuk rumah itu sejalan dengan nilai-nilai budaya setempat.
Kita anggap WAG komunitas kita sebagai sebuah hunian yang menyamankan dan membahagiaan, dari mana kita menjadi kreatif dan produktif dalam berkarya..

Rumah virus literasi. Gambar: Dok. Pribadi
Orang membangun rumah, tentu agar menjadi tempat hunian, agar merasa kerasan, nyaman, dan bahagia di dalamnya. Namun, faktanya tidak selalu begitu. Rumah kadang sama sekali bukan serasa hunian, malah seperti neraka. Sebaliknya, ‘rumah kardus’ di bawah jembatan bisa jadi surga bagi penghuninya.
Maka, pada aras inilah kita perlu melihat komunitas WAG komunitas kita. Kita anggap WAG komunitas kita sebagai sebuah hunian yang menyamankan dan membahagiaan, dari mana kita menjadi kreatif dan produktif dalam berkarya, terutama bertekun dalam dunia literasi tulis-menulis.
Mari kita membuat diri nyaman di WAG komunitas ini. Lebih sering melihat grup, syukur-syukur memberi apresiasi dan krisan (kritik saran) kepada tulisan anggota keluarga sendiri. Syukur lagi kalau ajeg (istikamah) memposting tulisan sendiri, betapa pun tulisan itu sederhana. Jangan hanya jadi silent reader (membaca tapi tidak berani atau kurang berminat komen), apa lagi hanya terdaftar namanya di dalam keluarga.
Mari jadikan WAG komunitas ini hunian tempat kegiatan homeschooling berlangsung. Kita saling belajar, saling mendukung, untuk meningkatkan pengembangan diri dan kualitas tulisan. Mari posting tulisan agar memperoleh krisan; jangan tidak sama sekali.
Mari jadikan WAG komunitas ini hunian tempat kegiatan homeschooling berlangsung. Kita saling belajar, saling mendukung, untuk meningkatkan pengembangan diri dan kualitas tulisan. Mari posting tulisan agar memperoleh krisan; jangan tidak sama sekali. Jika tidak posting sama sekali, bagaimana anggota lain memberi krisan untuk peningkatan diri. Menulis dan memberi krisan tidak bisa hanya lewat angan-angan!
Mengapa kita harus mendidik diri dalam literasi (membaca dan) menulis di homeschooling WAG komunitas ini? Ya, sebagai (calon) penulis, kita adalah kreator (produsen) dan penyebar virus literasi kepada masyarakat. Virus literasi di sini merujuk kebiasaan membaca dan menulis, terutama dalam tataran praktiknya.
Pembudayaan literasi perlu keteladanan, dan di homeschooling ini kita mengasah diri untuk menjadi teladan. Karena itu, wajib bagi kita untuk mendidik diri untuk menjadi mahir membaca dan menulis, agar ke depan kita pantas dijadikan teladan. Jika kita rakus membaca dan gila menulis, amatlah mudah bagi kita mengajak orang lain untuk membaca dan menulis.
WAG komunitas ini perlu kita manfaatkan untuk mengkreasi dan berbagi karya tulis. Apa pun tulisan yang diminati, kita pasang: reportase oke, feature boleh, opini yes, catatan perjalanan siip, cerpen atau puisi silakan.
Maka, WAG komunitas ini perlu kita manfaatkan untuk mengkreasi dan berbagi karya tulis. Apa pun tulisan yang diminati, kita pasang: reportase oke, feature boleh, opini yes, catatan perjalanan siip, cerpen atau puisi silakan. Kalau dapat menguasai berbagai genre menulis, malah lebih bagus. Yang penting: menulis, menulis, dan menulis. Banyak menulis akan meningkatkan kuantitas dan kualitas sekaligus.
Lalu, tatkala tulisan (yang mengandung virus literasi) kita posting, kita sejatinya sedang menyebarkan virus-virus literasi kita. Tulisan melesat ke berbagai WAG, website, blog, facebook, dan media lain. Atau, tulisan itu mengendon ke dalam buku mandiri atau antologi, entah di sini entah di luar sana. Virus literasi akan menyebar secara halus ke puluhan, ratusan, atau jutaan pembaca.
Bahkan, virus literasi (misalnya gagasan tulisan atau teknik menulis) akan dicontoh, dikutip, dan dikembangkan menjadi tulisan baru.
Begitulah cara kerja virus literasi berlangsung. Ia menjangkiti pembaca tanpa disadari, dan akhirnya menghegemoni. Bahkan, virus literasi (misalnya gagasan tulisan atau teknik menulis) akan dicontoh, dikutip, dan dikembangkan menjadi tulisan baru. Adakah? Mari yakini, pastilah ada rekreator dari apa yang kita kreasikan. Hanya tinggal menunggu waktu.
Sekarang kita duduk di sini, menyaksikan bahwa kita belum optimal berperan dalam keluarga virus literasi kita ini. Mari renungkan, apakah kita siap menjariyahkan waktu-tenaga-pikiran untuk menjadi kreator dan penyebar virus literasi? Tak usah dijawab dengan kata-kata, cukup kita buktikan dengan tindakan nyata. Titik.[]
Driyorejo Gresik, 20/4/2020
Baca juga:
RVL adalah rumah kita titik.
Tidak perlu koma.
Semangat……
Betul sekali, Bu Mien. Mari kita hidupkan RVL
Inspiratif, inovatif tulisannya Pak Khoiri
Terima kasih banyak, Bu Luki. Salam kuat
Tulisan prof Emcho memiliki daya pikat yang kuat untuk membangkitkan semangat menulis. Salam sehat penuh semangat!!!
Salam sehat penuh semangat. Wassalam
Sangat menginspirasi khususnya saya. Salam literasi
Terima kasih telah mampir, Bu Wyda
Ikut mengamini Abah Khoiri, RVL memang bergerak dan menjelma menjadi rumah yang nyaman tidak hanya kaum mudanya saja tapi juga yang lansia. Semoga karya- karya anggota RVL semakin berkualitas nantinya. Aamiin.
Monggo kita ramaikan, Pak Hary
Blog dan RVL sebagai hunian akan bagus dan ramai kalau dikunjungi,. Sayang sekali bila kita berbagi namun tak dilirik. Hahaha
Terima kasih untuk inspirasinya pak
Betul sekali. Kita menulis, pembaca membacanya
Benar Pak Khoiri. Memang sebaiknya tidak silent reader agar rumah menjadi bergeliat. Semoga RVL menjadi rumah baru saya. Terima kasih Bapak. Inspiratif
Monggo bergabung, Bu. Rumah yang santai, tapi berkarya
Ruang penggugah yang hangat. Ok
B Wigung, twerima kasih, sehat selalu
ayo kita ramaikan rumah virus literasi, terima kasih
Ayo, siap Omjay
Saya suka membaca karya-karya Master,tetapi untuk memberikan banyak komentar itu terasa sulit kecuali bagus-bagus banget.Lebih-lebih mau menulis tambah terasa lebih sulit lagi,dari mana mengawali menulis dan apa saja yang bisa dituliskan diawal
Terima kasih, P Wijiantono. Mudah2an terinspirasi
Terima kasih. Tulisan Pak Khoiri selalu menginspirasi. Alhamdulillah nyaman rasanya bisa mampir di RVL. Apalagi kalau menjadi penghuninya. Insya Allah.
Terima kasih banyak, Bu Sita. Barakallah
Maju terus dan gas pol Pak Haji.
Biar virus Literasi itu melesat
Betul sekali, Bu Kanjeng. Siap laksanakan.
Maju terus dan gas pol Pak Haji.
Biar virus Literasi itu melesat
Mari meluncur http://www.srisugiastutipln.com
Siap, B hajjah
MasyaAllah…luar biasa pak Mentor. Semoga aleepenaku ketularan semangat literasinya. Amin
Aamiin YRA
In Syaa Allah…
Dengan energi yang masih ada…
Usaha menulis terus dilakukan…
yes, mantap