Menyelami Pengalaman Menulis Penulis “Sahabat Pena Kita”

Oleh Much. Khoiri

MEMBACA buku antologi berjudul Menulis Kreatif dan Produktif: Kompilasi Pengalaman Personal (2021) yang dieditori oleh Ngainun Naim, dan diterbitkan oleh penerbit Sahabat Pena Kita, sangat penting bagi penulis—siapa pun dia, baik penulis berpengalaman maupun penulis belum-berpengalaman alias penulis pemula.

Mengapa? Yang mendasar, buku ini merupakan sehimpun tulisan pengalaman personal dari puluhan penulis yang pada umumnya sudah berpengalaman dalam bidang menulis, termasuk menulis buku. Bahkan ada penulis yang telah memiliki puluhan buku, bayangkan! Terlebih, tulisan mereka terkait dengan bagaimana mereka dipengaruhi oleh buku-buku yang telah mereka baca; dan bagaimana mereka menerapkannya dalam proses kreatif selama ini.

Buku ini merupakan sehimpun tulisan pengalaman personal dari puluhan penulis yang pada umumnya sudah berpengalaman dalam bidang menulis, termasuk menulis buku

Inilah kover Buku Menulis Kreatif & Produktif. Gambar: Dok Pribadi

Dengan membaca buku ini, Anda, sebagai pembaca, akan menyelami mutiara-mutiara pengalaman menulis para penulis yang ada, sekaligus (mungkin) berkenalan dengan nama-nama penulis yang dirujuk atau disebutkan telah mempengaruhi para penulis tersebut. Seakan Anda sekali mengibaskan kipas, dapatkan dua lalat sekaligus.

Tanpa tersebut semua nama yang terhimpun di dalam buku ini, Anda bisa berkenalan secara tidak langsung dengan—misalnya—penulis daerah Solo seperti Sri Sugiastuti atau Agung Nugroho C.S, sedangkan dari Cirebon ada Dr. Didi Junaedi atau dari Jakarta ada Rita Audriyanti. Ada Prof. Muhammad Chirzin dari Yogyakarta, ada pula Prof Ngainun Naim dari Tulungagung. Sementara pembaca bisa terbang ke Bangka Belitung untuk ketemu Dr Zaprulkhan, atau ke Gresik untuk ketemu Dr. M. Arfan Muammar. Terakhir, saya, bisa ditemui kapan saja—Blantik literasi dari Jawa Timur, masih ingat kan?

Apa kata editor dalam pengantarnya? Begini Ngainun Naim menegaskan ungkapannya, “Belajar dari proses kreatif seorang penulis itu sangat penting. Ini bisa memperkaya wawasan dan pengetahuan kita dalam dunia menulis. Seorang penulis yang tak mau belajar lagi—kepada siapa pun dan dalam bentuk apa pun—tidak akan mampu menjadi penulis yang maju. Tulisan yang dihasilkan tidak akan meningkat kualitasnya.” (hal. iii)

Bagi penulis, sebaik-baiknya bacaan untuk menulis adalah bahan bacaan yang bagus, dengan harapan bahwa kelak bahan bagus itu akan keluar menjadi tulisan (buku) yang bagus.

Dalam kutipan tersebut tampak betapa pentingnya membaca tulisan penulis lain. Membaca tulisan mereka bisa menambah wawasan dan pengetahuan. Kekayaan wawasan dan pengetahuan akan memungkinkan pembaca itu akan melakukan tindakan menulis dengan materi yang berkualitas. Jika malas membaca, berarti dia kehilangan bahan untuk menguatkan kualitas tulisannya.

Dalam hal ini, saya teringat ungkapan menarik dari penulis dunia, entah siapa, saya lupa pada saat menulis ini: “If you read good books, when you write, good books will come out of you.” (Kalau Anda membaca buku yang bagus, maka ketika menulis, buku baguslah yang keluar dari Anda.) Implisitnya, bagi penulis, sebaik-baiknya bacaan untuk menulis adalah bahan bacaan yang bagus, dengan harapan bahwa kelak bahan bagus itu akan keluar menjadi tulisan (buku) yang bagus.

Di samping itu, buku ini juga memberikan pesan bahwa penulis yang baik sejatinya juga pembaca yang baik. Pembaca yang baik di sini bukan hanya memetik aneka informasi, tambahan wawasan, dan pengetahuan, melainkan membuka diri untuk terinspirasi menulis. Sebab itulah, tanpa membaca, tulisannya akan hampa, kering, dan tanpa jiwa. Maka, mari tetap membaca apa yang kita suka, sebelum kemudian menulis yang terbaik.

Pembaca yang baik di sini bukan hanya memetik aneka informasi, tambahan wawasan, dan pengetahuan, melainkan membuka diri untuk terinspirasi menulis.

Untuk penutup, mari simak ajakan salah satu penulis buku ini, M. Arfan Muammar, berikut ini: “Setidaknya kita punya angan-angan untuk bisa menulis tulisan yang berkualitas dan menjadi bahan kajian di mana-mana. Mari kita membiasakan menulis dengan serius dan berkualitas, tulisan yang berdampak, tulisan yang menggerakkan dan tulisan yang mengubah pikiran banyak orang. Kawan, sudah saatnya kita naik kelas.”

Bagaimana pendapat Anda? Sampaikan tanggapan Anda di kolom komentar.

Kabede, Oktober 2022

BACA JUGA:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

14 thoughts on “Menyelami Pengalaman Menulis Penulis “Sahabat Pena Kita””

  1. Daswatia Astuty says:

    Tulisan ini mempengaruhi dan menggerakkan untuk berjuang naik kelas sebagai penulis. Tetimakasih disemangati 👍👍👍

    1. admin says:

      Betul sekali, kita harus belajar menulis hingga naik kelas.

  2. Sumintarsih says:

    Naik kelas dalam menulis? Bagus sekali, biar tidak jalan di tempat apalagi macet.
    Luar biasa…..

    1. admin says:

      Betul, Bu Mien. Namanya juga belajar, ya harus naik kelas

  3. Mukminin says:

    Artikel ini memapu mempengaruhi penulis pemula dan penulis untuk lebih giat membaca bacaan yang bermutu dan berkualitas untuk meningkatkan kelas yaitu menghasuljan tulisan yang bermutu
    Matur nuwun saya terkompori Bah. Lebah mengisap sari bunga, maka yang dikeluarkan adalah madu yang sangat bermanfaat bagi manusia, seperti itulah gambarannya

    1. admin says:

      Leres, Abah Inin. Kita perlu saling menguatkan dlm hal belajar menulis

  4. Astuti says:

    Ahay SPK punya buku jadi tulisan yang kriuk2 bila sudah dibedah oleh ahlinya. Terima kasih Pak Haji yang selalu menginspirasi.

    1. admin says:

      Buku itu memang layak untuk dibincangkan. makasih bu

  5. Setuju dengan pendapat pak Emcho, seorang penulis tidak boleh berhenti belajar dari penulis lain. Setiap penulis punya gaya dan keunikan masing-masing. Dengan membaca karya-karya tulis penulis lain, kita akan dapat menghimpun berbagai gaya menulis dan itu akan semakin memperkaya gaya tulisan kita. Matur nuwun pak Emcho telah berkenan menyebutkan nama saya dalam tulisannya. Salam sehat selalu, salam produktif menulis. 🙏🙏

    1. admin says:

      Terima kasih banyak, Pak Agung, atas tanggapan yang sangat bagus

  6. Abdisita says:

    Tulisan Master Emcho mengobarkan semangat literasi yang nyaris redup. Terima kasih, pak Editor ” Titik Balik Menuju Cahaya”

    1. admin says:

      Masih ingat saja, B Sita. Itu buku yang sangat menggugah. Terima kasih telah berkunjung.

  7. Astuti says:

    Menikmati tulisan ini. Dan berharap bisa naik kelas

    1. admin says:

      Naik kelas. Aamiin

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *