Oleh Much. Khoiri
PAGI ini masih mendung ketika seorang sahabat penulis curhat lewat WA begini: “Pak Blantik, ternyata mengajak teman bergabung di komunitas menulis tidak semudah mengajak makan bareng.” Pesan itu masuk tepat pukul 07.56, benar-benar masih pagi, suara musik aerobik Ibu-ibu pun masih terdengar di kejauhan.
Belum sempat saya menjawabnya, dia mengetik lagi: “Banyak alasan, tidak punya waktulah, tidak bisa nulis lah, tidak bisa mulai dari manalah, tidak terbiasa lah, wah pokoknya banyak alasan menuju Roma. Atau mungkin saya tidak punya power, tidak ahli di bidang tulis menulis, sehingga akhirnya mereka tidak interest.”
“Banyak alasan, tidak punya waktulah, tidak bisa nulis lah, tidak bisa mulai dari manalah, tidak terbiasa lah, wah pokoknya banyak alasan menuju Roma…”
Untuk sahabat yang curhat itu, semoga upayanya menjadi amal kebaikan. Saya sangat memahami sikon sahabat itu, bahwa mengajak teman berliterasi, apalagi orang lain sama sekali, tidaklah mudah—tidak semudah mengajak mereka makan. Kalau mengajak makan, bisa jadi mudah dilakukan. Begitu ditawarkan, apalagi dibawa langsung dengan mobil ke restoran atau rumah makan favorit, ajakan makan bareng lebih banyak kemungkinan untuk bersedia. Nah, begitu diajak menulis atau bergabung ke dalam grup menulis, ada seribu alasan yang disampaikan.
Maka, saya segera menimpalinya lewat WA pula (lebih kurang begini): “Begitulah, saya sudah kenyang situasi kondisi seperti itu. Sikon saat saya ditolak langsung, maupun ditolak halus, termasuk tidak direken sama sekali. Saya sudah sangat kenyang seperti itu. Jadi, apa yang panjenengan alami itu persis dengan yang sangat sering saya alami, bahkan sejak sekian tahun lalu.”
Bung Karno saja menulis, demikian pula Bung Hatta menulis dan Gur Dur pun menulis. Mereka presiden, kurang sibuk apa coba?
Saya hanya ingin menggarisbawahi “kebenaran” dari ungkapan sahabat penulis saya di atas. Salah satu alasan yang tidak mau diajak menulis adalah tidak punya waktu untuk belajar menulis—juga waktu untuk bergabung grup menulis. Mungkin saja mereka itu ada waktu untuk makan bareng, yang waktunya tidak panjang dan hanya sekali tempo. Sementara, menjadi anggota grup menulis akan terus tergabung di dalamya, yang harus melihat—setidaknya melihat—postingan tulisan, serta membaca dan memberikan kritik dan saran (krisan).
Membaca tulisan dan memberikan krisan itu merepotkan, bukan? Bukankah jauh lebih enak kalau makan bareng, dengan aneka menu yang terhidang, dan bisa memiliki minuman yang dirindukan? Jadi, ini masalah perbedaan “bisikan hati” (dan niat). Jika memang tidak ingin menulis, alasan tidak ada waktu, itu bisa dibuat, direkayasa. Sebab, jika ditanya lanjut, seberapa sibuk sih mereka itu? Bung Karno saja menulis, demikian pula Bung Hatta menulis dan Gur Dur menulis. Mereka presiden, kurang sibuk apa?
Dalam bahasa, ada empat keterampilan bahasa—menyimak, wicara, membaca, dan menulis. Jadi, menulis itu keterampilan; dan keterampilan akan meningkat menjadi mahir ketika terus dipraktikkan dan dilatih.
Jadi, alasan tidak ada waktu itu gugur dengan sendirinya. Tidak berlaku di sini. Sebab, setiap manusia memiliki waktu yang sama, 24 jam dalam sehari-semalam. Jangan-jangan mereka itu buruk dalam time management. Bagi siapa pun yang tidak bisa mengelola waktunya, pasti akan merasa tidak punya waktu. Sementara, para profesional, para tokoh terpelajar, semua lihai mengatur waktu sehingga waktu dimanfaatkan secara bagus.
Alasan tidak bisa menulis, juga kilah (excuse), “alasan yang dibuat-buat” belaka. Mereka masih mengira, mempraduga, berasumsi bahwa menulis itu bakat. Tugas sahabat saya tersebut, tentu, perlu mengubah mindset mereka, bahwa menulis bukan bakat. Bakat memang ada iurnya untuk menulis, namun hanya sedikit; selebihnya adalah latihan-latihan. Dalam bahasa, ada empat keterampilan bahasa—menyimak, wicara, membaca, dan menulis. Jadi, menulis itu keterampilan; dan keterampilan akan meningkat menjadi mahir ketika terus dipraktikkan dan dilatih.
Apa lagi alasan mereka? Mereka berkilah tidak tahu dari mana memulai menulis. Ini juga kilah yang dibuat-buat. Bagaimana tahu dari mana memulainya jika tidak mau untuk tahu bagaimananya? Balik lagi, apakah mau atau tidak, bukan? Kalau memang mereka mau, mereka menjawab “sanggup” untuk diajak bergabung ke grup menulis. Di dalam grup mereka akan membaca-baca tulisan anggota grup, lalu akan perlahan mempelajarinya. Jika ada kesulitan, mereka bisa bertanya kepada yang mengajak bergabung. Bagaimanapun caranya, si pengajak akan berupaya menemukan jawaban seandainya ada pertanyaan yang sulit baginya.
Padahal, alasan sesungguhnya adalah karena mereka tidak punya “bisikan hati” (niat) untuk mau (belajar) menulis! Entah perlu berapa lama lagi mereka akan menemukan “hidayah” kesadaran untuk menulis. Itu absurd, dan berada di luar kemampuan si pengajak.
Maka, untuk mereka yang tidak mau diajak bergabung dalam grup menulis dan kemudian menulis, akan ada seribu kilah untuk membenarkan ketidaksediaan mereka. Artinya, mereka tidak jenak untuk menulis, yang sangat berbeda jika dibandingkan dengan diajak makan bareng. Padahal, alasan sesungguhnya adalah karena mereka tidak punya “bisikan hati” (niat) untuk mau (belajar) menulis! Entah perlu berapa lama lagi mereka akan menemukan “hidayah” kesadaran untuk menulis. Itu absurd, dan berada di luar kemampuan si pengajak.
Untuk sahabat yang rela mengajak menulis di atas, jangan berhenti karena penolakan dari mereka yang belum tertarik menulis. Ada sejumlah anggota Rumah Virus Menulis (RVL, silakan join di sini: https://chat.whatsapp.com/GsQoVMcgFcq8ieczd18S6D ) yang telah berjuang mengajak masyarakat luas untuk menulis, tak sedikit yang menolak. Untuk tidak menyebut semua, nama-nama itu, misalnya, Prof Ngainun Naim, Omjay alias Wijaya Kusumah, Bu Kanjeng alias Sri Sugiastuti, Rita Audriyanti, dan masih banyak lainnya.
Kita kampanyekan kewajiban ibadah menulis itu ke seluruh penjuru negeri, bahwa menulis itu wajib, sama wajibnya dengan iqra (membaca)!
Mulai sekarang, mari kita tetap menebarkan ajakan menulis di tempat-tempat lain. Kita kampanyekan kewajiban ibadah menulis itu ke seluruh penjuru negeri, bahwa menulis itu wajib, sama wajibnya dengan iqra (membaca)! Menebarkan kebaikan lewat kampanye kewajiban menulis itu insyaallah akan membuahkan hasil, meskipun jumlahnya tidak banyak. Yang penting, sambil kampanye, kita juga tidak lupa menulis, agar menjadi teladan nyata bagi mereka.[]
Kabede, 15 Oktober 2022
BACA JUGA:
It’s good opinion.
Terima kasih banyak, bu guru. Sehat selalu
Jika diajak tentu bisa berkilah macan2. Cemplungi aja sekalian di grup menulis hehehe punya semangat bertahan tidak?
Sy dulu diperlakukan bgt, skg sdh tahu berterima kasih 🙏🏻🙏🏻🙏🏻 Terima kasih pak Khoiri buku sy sdh lahir. Apa sy sdh jadi “ penulis” hahaha
Ini bagus jika dibuatkan buku pengalaman mengjak orang menulis . Pasti menarik 👍👍👍
Usulan menarik. Insyaallah saya tindaklanjuti. Pengalaman mengajak orang lain utk menulis.
Teruslah menulis dan mengajak keluarga, teman, saudara untuk berliterasi jangan pernah berhenti. Siapa tahu akan lahir menjadi penulis yang bermanfaat banyak orang. Menulis adalah ibadah yang tidak kalah dengan pahala Penceramah atau khotbah. Terima kasih Abah Khoiri yang selalu menginspirasi dan meneladani kita di RVL.
Terima kasih banyak, Abah Inin. Penulis vs penceramah.
Mengajak calon penulis untuk segera menulis memang dibutuhkan effort luar biasa. Menyangkut niat dari dalam diri dan pengaruh dari luar….mengajak penulis menulis genre tertentu yang baru semisal puisi telelet dengan pola tertentu, …atau pentigraf dengan pola 3 paragraf sama halnya mengajak makan permen karet ….. ini yang pernah saya ikut rasakan sama hal Bu Kanjeng yg pernah menggagas antologi puisi telelet….dan saat ini Cak Inin menggagas Antologi Menoreh Pentigraf…..dengan proses yang alot . Mungkin seperti.alotnya urat sapi dekat tullang yang tidak bisa digit seperti permen karet ….. salam Abah Khoiri. Semoga sehat selalu aamin. Salam sehat idan salam literasi untuk pembaca semua.
Terima kasih banyak atas komentar Pak Haryanto yang bagus ini. Sehat selalu.
Setuju sekali.
Alhamdulillah saya mengajak menulis fokus kepada warga sekolah sejak 2019. Alhamdulillah setiap th menerbitkan buku. Tahun ini sudah 3 antologi siswa dan guru +1 buku solo saya. PR justru bagi diri sendiri agar lebih produktif menulis.
Mohon bimbingan Pak Khoiri.
Terima kasih.
Semangat terus, Bu Mien. Sudah berada si jalur yang tepat. Selamat meningkatkan kualitas karya sendiri
Menolak menulis, menolak hidayah.
Sepakat ungkapan ini, bu hajjah Rita.
Setuju banget bapak.
Saya teringat pepatah Pramoedya Ananta Toer yang sampai saat ini dijadikan sebagai motivasi bagi saya untuk terus semangat menulis bapak. Salah satu Qoutes adalah “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian”. – (Pramoedya Ananta Toer)
Makasih atas tanggapanmu yg cakep.
Karena, mengajak menulis artinya mengajak untuk berpikir.
Sementara, sebagian di antara kita itu malas untuk berpikir… he.. he..
Sesungguhnya, jika kita sadari, menulis adalah aktivitas yang sangat menyehatkan jiwa raga, pikiran dan perasaan.
Thanks Pak Emcho untuk inspirasinya…
Terima kasih atas tanggapan yang sangat bagus, Mas Didi. Semangat terus menginspirasi.
Sulit….sulit. Memang sulit. Apalagi di kalangan guru smk yg punya moto melenceng. “Jangan harap ikan bisa memanjat” duh….berat. Moto yang saya akui bisa menghalangi penyebaran virus menulis. Saya cuma bisa mematahkan moto dengan bahasa jawa “Sik…sik…kabeh podo lulus kuliah. Iso nyusun skripsi,” dan diam pun menyimpan sejuta alasan.
Jalani saja seperti sekarang ini. Suatu ketika mereka akan melihat njenengan adalah ikan yang bisa terbang.
Teruslah berjuang meskipun hanya lewat selembar demi selembar kata hikmah. Jangan pernah berhenti sebelum Kekasih Yang Maha Tinggi menjemput kita ke negeri abadi.
Betul sekali, Bu Abdisita. Tanggapan yang penuh hikmah. Terima kasih
Mengajak menulis seperti memberi buah durian.dari luar gak menarik tapi kalau sudah pernah merasakan jadi ketagihan. Pengalaman pribadi saya dulu saya gak suka menulis waktu di IKIP PGRI Surabaya dulu saya ketemu beliau kebetulan dosen saya. Nah waktu saya sudah jadi guru ketemu lagi waktu PPG di Unesa. Nah belaiu cerita banyak tempat yg di kujungi gara gara menulis.saya baru merasakan bahwa jadi penulis itu karena beberapa sebab karena tugas bisa karena terpaksa. Karena hobby dan yg lebih nikmat karena menulis merpakan ibadah. Jadi menulis adalah salah satu cara kita membuat orang lain tahu yg belum dia tau.
Semoga kita juga masuk di antara penulis yg hebat itu amin.
Tanggapan yang luar biasa, Pak Irfan. Sehat selalu
Torsemide reaches peak plasma concentration C max within 2 buying cialis online safe
World Health Organization WHO expert consultation defines abdominal obesity as WHR above 0 buy levitra 10 mg Beyond pharmacological approaches, appropriate counselling and cognitive behavioral interventions that focus on coping with the condition may be of huge importance
50 mg prednisone from canada: http://prednisone1st.store/# prednisone 20 mg tablet
over the counter amoxicillin canada: https://amoxicillins.com/# amoxicillin 500 coupon
buying propecia tablets propecia sale
treatments for ed medicine for erectile treatments for ed
generic amoxicillin 500mg: amoxicillin medicine amoxicillin over counter
amoxicillin 500 mg purchase without prescription: http://amoxicillins.com/# amoxicillin 775 mg
amoxicillin 200 mg tablet where can you buy amoxicillin over the counter – amoxicillin 500 mg for sale
Definitive journal of drugs and therapeutics.
canadian drug canadian pharmacy
Prescription Drug Information, Interactions & Side.
best canadian pharmacy online legal to buy prescription drugs from canada
ed drug prices ed remedies best erectile dysfunction pills
propecia without insurance cost of cheap propecia without insurance
canadian pharmacies online buy prescription drugs from canada cheap
get cheap propecia tablets buying generic propecia price
https://propecia1st.science/# home
cost propecia without a prescription order generic propecia for sale
earch our drug database.
amoxicillin 500 mg where to buy can you purchase amoxicillin online – amoxicillin 875 125 mg tab
drug information and news for professionals and consumers.
order amoxicillin 500mg amoxicillin 500mg no prescription – where can i buy amoxicillin without prec
thecanadianpharmacy canadian pharmacy king
buying generic mobic without dr prescription: how to buy generic mobic prices – how to get mobic without a prescription
can i get mobic no prescription can you buy generic mobic without insurance buy mobic online
https://propecia1st.science/# buy propecia tablets
legit canadian pharmacy online: reliable canadian pharmacy reviews – ordering drugs from canada
indianpharmacy com: indian pharmacy paypal – mail order pharmacy india
buy prescription drugs from india: indianpharmacy com – top 10 pharmacies in india
medication from mexico pharmacy: buying prescription drugs in mexico – buying prescription drugs in mexico
reputable indian online pharmacy: reputable indian online pharmacy – reputable indian pharmacies