Kata Pengantar: Membaca Narasi Literasi Omjay sebagai Guru-Penulis

Oleh Much. Khoiri

SEBELUM memulai perbincangan singkat ini, saya ingin mengajukan maksud dua konsep yang terkandung di dalam judul di atas, yakni narasi literasi dan guru penulis. Setelah itu, saya akan memaparkan bagaimana narasi literasi Dr. Wijaya Kusumah, M.Pd—akrab disapa Omjay—sebagai guru penulis.

Buku Kisah Omjay 50 Tahun Menjadi Manusia. Gambar: Dok Pribadi

Narasi literasi, dalam tulisan ini, dimaknai sebagai kisah atau narasi tentang pengalaman seseorang terkait dengan dunia literasi—terutama dunia membaca dan menulis—juga menyangkut pengetahuannya pada bidang khusus pilihannya, semisal bidang mengajar, meneliti, belajar bahasa baru, perlombaan, kisah belajar sesuatu, dan sebagainya.

Sementara itu, guru penulis saya pakai sebagai padanan dari “teacher-writer”, suatu konsep untuk menyebut guru yang berprofesi tambahan sebagai penulis, atau penulis yang berprofesi tambahan sebagai guru. Meski demikian, dalam praktiknya, konsep itu lebih condong mengacu pada pengertian yang pertama: Guru-penulis itu guru yang berprofesi pula sebagai penulis.

Sekarang, saya arahkan pada Omjay. Saya mengenal Omjay sudah cukup lama, semenjak saya pertama kali bergabung ke Kompasiana.com, Februari 2012. Menurut saya, Omjay adalah seorang guru penulis yang luar biasa. Sebagai guru, dia termasuk guru TIK yang gigih berjuang memajukan TIK, termasuk di Labschool Jakarta; di samping tentu saja menekuni pembelajaran dan penelitiannya. Dia berkolaborasi dengan banyak pihak, juga dengan sesama guru TIK dan siswa. Saya yakin, di sekolah tempatnya mengabdi, dia dikenal sebagai guru teladan dan inspiratif.

Sebagai penulis, saya mengenal Omjay sebagai penulis prolifik—yakni penulis over-produktif, yang menulis setiap hari dengan topik apa pun juga. Dia menulis sesuai dengan semboyan kuatnya yang berbunyi “Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi.” Bahkan, semboyan ini menjadi buku yang telah menyebar ke mana-mana, dibaca oleh entah berapa orang, serta menginspirasi entah berapa penulis di seluruh penjuru negeri.

Dia menulis sesuai dengan semboyan kuatnya yang berbunyi “Menulislah setiap hari, dan buktikan apa yang terjadi.” Bahkan, semboyan ini menjadi buku yang telah menyebar ke mana-mana…

Nah, bagaimana narasi literasi Omjay dalam buku “Kisah Omjay 50 Tahun Menjadi Manusia” ini? Sebagaimana tercermin dari judulnya, buku ini secara umum mengisahkan perjalanan hidup Omjay yang diakuinya sebagai 50 tahun menjadi manusia. Judulnya denotatif, tidak berpretensi apa-apa selain isinya. Ada aneka kisah yang disajikan oleh Omjay dalam 50 kisah, yang semuanya bersumber dari pengalaman hidup selama ini.

Kisah-kisah itu mengandung perjuangan, pertemanan, kolaborasi, pembelajaran, negosiasi, dan sebagainya. Kisah-kisah yang ada mencakup apa yang dilakukan, dipikirkan, dan dirasakan sepanjang karirnya sebagai guru-penulis. Begitu akrab apa saja yang diungkapkan, bahkan seakan Omjay bercerita secara lisan kepada orang banyak. Pengalaman Omjay ke berbagai daerah, bahkan ke luar negeri, juga dikisahkan dengan sangat menarik. Beberapa kisah bahkan sangat informatif, karena tulisan itu tentang tempat atau negeri yang baru saja dikunjungi.

Pengalaman Omjay ke berbagai daerah, bahkan ke luar negeri, juga dikisahkan dengan sangat menarik. Beberapa kisah bahkan sangat informatif, karena tulisan itu tentang tempat atau negeri yang baru saja dikunjungi.

Demikian pun ketika Omjay mendapat hadiah umrah, juga dikisahkan dengan mengharukan. Bagian ini cukup menyedot perhatian. Di sana tiga doa dipanjatkan oleh Omjay, yakni (1) segera menyelesaikan doktornya, (2) bisa belajar ke luar negeri untuk memperoleh ilmu baru, (3) mohon mapel TIK kembali lagi dalam kurikulum. Dan dia bersyukur, ketiga doa itu telah dikabulkan Allah–semuanya, masyaallah.

Tentu saja, masih banyak kisah lain yang layak untuk disimak dan dipetik hikmahnya. Limapuluh kisah itu tidak sedikit, dan itu kata Omjay, merupakan kisahnya menjadi manusia. Inilah hakikatnya: Menjadi manusia. Manusia hakikatnya adalah makhluk Tuhan dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Tak terkecuali Omjay, 50 tahun menjadi manusia adalah mengarungi waktu dengan segala ujian yang harus dilaluinya. Dan semua itu harus dihayatinya lewat proses.

Pengorganisasian kisah di dalam buku ini tampak bebas dan mengikuti urutan penyajian yang diinginkan. Mengapa 50 tulisan diurutkan sedemikian rupa, tidak dijelaskan secara khusus. Omjay seorang penulis, dan penulis memiliki kebebasan untuk mengolah bukunya sendiri. Pembacalah yang perlu aktif mencari jawaban atas pertanyaan menyangkut pengorganisasian isi buku. Pada sisi lain, pembaca juga tidak boleh tidak memberikan apresiasi atas jerih payah dan kreativitasnya.

Omjay menyajikan semua kisah dalam buku ini dengan bahasa yang enak diikuti. Dia berhasil mengkomunikasikan maksudnya dengan lancar dan bahasa sederhana.

Sebagai guru-penulis, Omjay menyajikan semua kisah dalam buku ini dengan bahasa yang enak diikuti. Dia berhasil mengkomunikasikan maksudnya dengan lancar dan bahasa sederhana: Pilihan diksinya sangat mudah dipahami oleh siapa saja, bahkan para siswa sekalipun. Gaya bahasa yang digunakan di dalam buku ini hakikatnya sama dengan gaya bahasanya di dalam tulisan harian—tulisan-tulisan yang ditulisnya setiap hari!—yang diunggah di blog-blognya dan kemudian di-share di grup-grup komunitas yang diikutinya.

Untuk menutup tulisan ini, ada baiknya saya kutipkan pesan Omjay sang guru penulis berikut ini: “Teruslah berjuang menjadi guru yang menginspirasi. Perjuangan menjadi guru inspiratif itu tidak mudah. Akan banyak cobaan dan ujian yang dihadapinya. Rintangan pasti datang menghadang. Cobaan pasti datang menghujam. Tapi yakinlah bahwa semua itu akan membuatmu mengerti akan arti kehidupan.”

Selamat membaca buku ini dan selamat memetik mutiara hikmahnya.

Gresik, 10/10/2022

BACA JUGA

 

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

5 thoughts on “Kata Pengantar: Membaca Narasi Literasi Omjay sebagai Guru-Penulis”

  1. Alhamdulillah. Terima kasih Prof. Luar biasa kata pengantar bukunya.

    1. Much Khoiri says:

      Sama2, Omjay. Semoga bermanfaat.

      1. Much Khoiri says:

        Omjay, mudah-mudahan proses cetaknya lancar dan sukses. Aamiin

  2. Astuti says:

    Saya pun andil memberi sedikit tulisan tentang Omjay. Namun yang dirangkai Pak Haji lebih joz gandos. Menambah bergizinya buku Omjay.

    1. admin says:

      Terima kasih atas tanggapannya, Bu hajjah. Ternyata kita beriur tulisan di buku Omjay

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *