Oleh Much. Khoiri
ADA alasan khusus mengapa Master Emcho datang ke kopdar Rumah Virus Literasi (RVL) dengan naik Innophard. Kopdar itu kopi darat alias pertemuan darat, RVL itu komunitas yang di-founder-i Master Emcho, dan Innophard itu “Innova sensasi Alphard”—kendaraannya yang berwarna putih.
Mengapa lebih memilih nitih (naik) mobil itu dari pada naik pesawat atau kereta api?
Mengapa lebih memilih nitih (naik) mobil itu dari pada naik pesawat atau kereta api? Kalau mau pesawat, ya tinggal pesan tiket online, dan untuk menuju bandara Juanda, mobil bisa naik pintu tol—hanya750 meter dari rumah—dan jablas ke bandara, hanya 40 menit sudah tiba. Pesawat akan terbang ke Jogja, tak lebih dari 1 jam. Kemudian, dijemput panitia ke lokasi kopdar. Plus waktu tunggu 1 jam, totalnya paling-paling ya 3,5 jam.
Lebih lama dari itu, naik kereta api. Dari rumah Driyorejo ke stasiun, menyetir perlu sekitar 1 jam, menunggu 1 jam, perjalanan 4,5 jam, menuju lokasi kopdar 30 menit; maka totalnya 7 jam. Khusus perjalanannya hanya 5 jam. Bisa duduk manis, melihat pemandangan apa saja, dan bisa makan sesukanya—kalau bawa bekal sendiri. Bisa pula melihat sawah, lembah, sungai, dan orang mandi di kejauhan.
Bahkan, dia pernah menulis artikel tentang ini, berjudul “Plane or Train?”, yang dimuat dalam buku Much. Khoiri yang bertajuk Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014).
Biasanya kedua moda itu jadi pilihan Master Emcho kalau dia ada acara di Yogyakarta. Kalau perlu kecepatan waktu, ya dia ambil pesawat, bisa sat set wat wet, segera tiba di lokasi, dan menunaikan tugasnya. Namun, kalau hanya perjalanan santai, alias punya waktu longgar, dia pasti ambil kereta api. Bahkan, dia pernah menulis artikel tentang ini, berjudul “Plane or Train?”, yang dimuat dalam buku Much. Khoiri yang bertajuk Jejak Budaya Meretas Peradaban (2014).
Sementara itu, pada kopdar RVL kali ini, momentumnya tidak biasa. Ini istimewahh, Sodara. Pertama, Master Emcho harus datang sendiri dalam acara kopdar RVL, mengingat agendanya super penting. Sebagai pelaksana, Pak Blantik sudah berkoordinasi dengan panitia beserta “tokoh di balik layar” yang tak perlu disebutkan di sini. Jumlah peserta sekian, agendanya klir, semua uborampe juga sudah well-prepared. Andaikata ada kekurangan, itu diserahkan kepada Yang Maha Kuasa.
Saking pentingnya acara, Master Emcho harus datang sendiri, tidak mewakilkan kepada Pak Blantik, apalagi Dulgemuk. Pak Blantik tidak level untuk menyambut Bu Dirjen—sapaan untuk Prof. Dr. Nunuk Suryani, Plt Dirjen GTK Kemendikbudristek—kalau beliau harus memberi sambutan dan arahan serta membuka acara. Dulgemuk, apalagi, dia cocoknya hanya jadi peserta, atau jadi panitia bagian perlengkapan saja (bisa akrab dengan emak-emak panitia).
Master Emcho justru bisa mengajak keluarganya, serta dua orang kepercayaannya, yakni Pak Blantik dan Dulgemuk.
Alasan kedua, Master Emcho justru bisa mengajak keluarganya, serta dua orang kepercayaannya, yakni Pak Blantik dan Dulgemuk. Pak Blantik sudah terlibat sejak awal persiapan dalam kepanitiaan, dengan tiga-empat kali pertemuan zoom, malam-malam pula, dengan anggota panitia yang hebat. Bahkan, sampai jelang hari H, Pak Blantik tetap memonitor setiap perkembangan persiapan pelaksanaan kopdar. Sementara, Dulgemuk ditugaskan menjadi driver dan men-support sie kelengkapan.
Dan pilihan Master Emcho tidak salah. Dulgemuk bagian driver dan Pak Blantik duduk di jok depan sebelah kiri. Master Emcho dan keluarga duduk di row kedua dan ketiga—cukup luas space-nya Innophard untuk lima orang plus tas-tas bawaan. Kami berangkat dari tol Driyorejo masih pukul 06.00, menembus pagi dan berkejaran dengan matahari. Kami melewati jalan-jalan alternatif, hingga tembus Klaten. Mampir makan soto seger di Klaten, kami hanya beberapa saat istirahat. Selepas itu, kami melanjutkan perjalanan hingga lokasi.
…selain bisa bersama orang-orang kepercayaannya, Master Emcho mengajak keduanya untuk merasakan empati dan makna perjuangan ke kopdar.
Alasan ketiga, inilah yang penting, selain bisa bersama orang-orang kepercayaannya, Master Emcho mengajak keduanya untuk merasakan empati dan makna perjuangan ke kopdar. Naik mobil itu melelahkan (meski mobilnya uenak!), tidak bisa leluasa tidur di perjalanan, dan diajak bicara banyak hal sepanjang perjalanan. Dengan berlelah-lelah datang ke sana, itu juga empati untuk “tokoh di balik layar” dan tamu-tamu dari Sulteng, Sulsel, dan Sulbar, Sumenep, Tulungagung, Jakarta, dan sebagainya. Mereka lebih lelah di perjalanan, tetapi mereka datang dengan hati gembira.
Kata Master Emcho, dengan naik mobil, lelahnya Pak Blantik dan Dulgemuk akan bermakna sangat dalam untuk menimbang komitmennya bagi RVL kini dan mendatang. Kalau tidak lelah, itu mengentengkan komitmen, seperti ada yang dirasakan hilang—mirip seperti calon peserta yang membatalkan kehadiran hanya beberapa jam sebelum acara dimulai. Ya, komitmen itu yang ingin ditanamkan di hati Pak Blantik dan Dulgemuk. Malah, Master Emcho membawa keluarganya—agar ikut sebagian membayar komitmen itu.
Kata Master Emcho, dengan naik mobil, lelahnya Pak Blantik dan Dulgemuk akan bermakna sangat dalam untuk menimbang komitmennya bagi RVL kini dan mendatang.
Bergabung komunitas RVL itu perlu komitmen, demikian pula untuk menulis. Kalau menulis, komitmennya adalah belajar dan belajar menulis, secara sungguh-sungguh—mungkin sampai beberapa genre tulisan. Kalau bergabung RVL, komitmennya adalah mengikuti aturan main bersama: misalnya, posting tulisan, saling berkomentar, hadir dalam kopdar, dan sebagainya. Jika komitmen ditegakkan, keduanya akan berjalan dengan lancar jaya.
Nah, sekarang, apakah yang Sodara perhatikan saat kopdar berlangsung? Master Emcho kebagian duduk di kursi terdepan, manut arahan protokoler—kebagian memberi sambutan, arahan, dan foto-foto. Pak Blantik membantu kepanitian di dalam ruangan. Dulgemuk ada di bagian bazaar buku, bersama emak-emak cantik yang juga guru-guru penulis dari RVL. Mereka juga sedang mempraktikkan komitmen, yakni komitmen terhadap RVL dan komitmen pada dunia menulis.
Selamat berakhir pekan, Sodara. Selamat mengenang sepekan kopdar RVL yang gemilang. Selamat membuat catatan refleksi yang bermakna.[]
Kabede, 28 Oktober 2022
Baca juga:
Semua olah rasa dan jiwa menyatu dalam semangat RVL . Bravo Pak Haji
http://www.srisugiastutipln.com
Betul sekali, bu hajjah. RVL menjadi rumah yang menyamankan.
Master Emcho titip salam pada Mr Blantik dan Dulgemuk. Hehehe
Nama2 tokoh rekaan yang semakin menarik, rupanya. Terima kasih
Kok sy jadi membayangkan ada 3 topeng yang sewaktu-waktu berganti.
Hehe….
Terima kasih kpd Palik Dulgemuk yg sdh menemani di keramaian bazar.
Nah, itulah, 3 topeng yang menggambarkan 3 jenis karakter
Alhamdulilah luar biasa perjuangan Founder RVL yang gigih datang dengan keluarga sebagai rasa tanggung jawab. Dengan lelah perjuangan panjang di Aspal Surabaya ke Jogja demi suksesnya Kopdar 1 dan menyambut para undangan dan tamu peseta. Dan sebagai nara sumber. Dengan disetir Dul Gemuk, Master blantik Literasi dan kekuarga bahagia. Matur nuwun Abah Khoiri
Terima kasih atas kunjungan Abah Inin. Semoga sehat selalu.
Masya Allah. Penulis yang patut diteladani. Master Emcho diberi-Nya kemampuan untuk berbagi tugas dengan Pak Blantik dan Dulgemuk. Sehingga multiperannya sebagai hamba-Nya, kepala keluarga, dosen dan penggerak literasi dapat berjalan efektif. Terima kasih atas ilmunya.
Matur nuwun, Bu Sita. Semoga istiqomah.