Apa Kata Mereka Tentang Buku “Menjerat Teror(Isme): Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi”

Oleh Mukhzamilah, Much. Khoiri, Ahmad Basri, M. Syahidul Haq

APAKAH kata sejumlah pakar dan penulis tentang buku Terori(isme): Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi? (2021). Buku yang dipengantari oleh Prof Dr. Abd A’la, M.Ag. dan disusun oleh Mukhzamilah, Much. Khoiri, Ahmad Basri, M. Sydhidul Haq ini menampilkan beberapa testimoni, blurb atau endorsement. Mudah-mudahan itu memadai untuk menjadi pintu pembacaan buku ini secara lengkap.

1. BUKU hasil riset berjudul “Menjerat Teror(isme): Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi!” ini menarik karena menyeruakkan berbagai hal terkait dengan alur kehidupan eks-napiter dan keluarganya. Pengakuan mereka yang dikemas dengan gaya bertutur orang pertama mengalir lancar dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami. Ada berbagai latar, alasan, tujuan yang terpatri dalam hati dan pikiran para calon teroris sebelum mereka terjerat dalam paham radikalisme. Yang menarik, para perekrut dan guru calon teroris sungguh lihai dan hebat. Secara bertahap dan berhati-hati mereka berhasil menanamkan ideologi terorisme sampai merasuk ke sanubari. Pembelajaran yang mereka gunakan bervariasi dan bertahap dengan hasil yang luar biasa. Pada sisi lain, pembelajaran yang diterapkan di penjara—yang akhirnya dapat membina dan menyadarkan kembali para napiter—juga luar biasa. Dua model pembelajaran luar biasa ini banyak berpumpun pada praktik dan refleksi pengalaman. Dalam hal ini, tampak peran keluarga dalam proses penyadaran tersebut. Semoga buku ini dapat berperan serta mencegah radikalisme dan terorisme untuk mencemerlangkan NKRI yang tangguh berdasarkan Pancasila. (Prof. Dr. Kisyani Laksono, Guru Besar Linguistik FBS Unesa; Kepala Pusat Studi Literasi LPPM Unesa; Satgas GLS Kemendikbudristek.)

Kover buku “Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi”. Foto: Dok Pribadi

2. TIDAK setiap orang memiliki kesempatan untuk bertemu dan berbincang dengan eks-napiter, bahkan seorang peneliti sekalipun. “Kemewahan” buku ini sudah tergambar dengan jelas dalam judulnya: pengakuan dan kesaksian para eks-napiter dan keluarganya tentang mengapa mereka sampai terlibat dalam jaringan terorisme dan keputusan untuk kembali mencintai Indonesia. Tidak mudah bagi mereka karena tidak jarang keputusan-keputusan ini menyangkut persoalan iman. Justru hal inilah yang menjadi kredit tersendiri bagi tim penulis yang berhasil menjumpainya, mewawancarainya, dan menuliskannya menjadi buku yang sangat menarik. (Prof. Dr. Ahmad Zainul Hamdi, M.Ag., Guru Besar UIN Sunan Ampel Surabaya).

3. BUKU yang menggelar terorisme undercover ini membukakan mata kita tentang liku-liku jalan yang telah dilalui para napiter pengikut madzhab ISIS dengan berbagai latar belakang, motif, dan tujuan yang diimpikan, hingga mereka akhirnya kembali ke pangkuan NKRI. (Prof. Dr. H. Muhammad Chirzin, Guru Besar Tafsir Al-Quran UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Dosen S3 Psikologi Pendidikan Islam UMY, Ketua Umum MUI dan Ketua Umum FKUB Kota Yogyakarta).

4. BUKU ini menjadi wawasan dan pengetahuan bagaimana proses ideologi radikal masuk dalam pikiran. Untuk mengembalikannya membutuhkan proses yang relatif lama, tidak semudah membalik telapak tangan. Melalui pengakuan para eks-napiter dalam buku ini, kita dapat menyaksikan bagaimana pergulatan batin para tokohnya tentang keluarga, agama, dan negara. Pada akhirnya, kesadaran akan keselamatan dan kedamaian menjadi titik balik mereka. (Andik Yuliyanto, Dosen Unesa, peneliti linguistik forensik dan penulis “1000 puisi Romansa Kala Renjana” dan “1001 puisi “Sekar Aksa Loka”)

5. EKS-Napiter, sebutan menolok yang kalau bisa tak pernah disandang. Namun menjadi indah karena telah menjadi mantan, bukan lagi pelaku. Jejak sesatnya berbicara, kidung salah langkahnya melantunkan nada jangan lagi ada terorisme di negeri ini. Apresiasi tinggi pada para penulis yang berhasil memeluk eks-napiter sehingga meski terbata berbicara, menjadi denting kesaksian terhadap perasaan mereka ketika menjadi martir atas nama sebuah keyakinan. Buku yang menjadi sangat penting dibaca oleh siapa saja yang membutuhkan referensi bagaimana seharusnya memperlakukan eks-napiter, mengajaknya membaur menjadi bagian dari masyarakat seutuhnya dalam sebuah negeri indah bernama NKRI. (Anis Hidayatie, Penggerak Literasi Komalku Indonesia dan Wartawan Badan Pemasyarakatan Malang).

6. TERORISME tidak akan mudah hilang karena ia berkaitan dengan banyak faktor yang saling berkait-kelindan. Aspek yang paling mungkin dilakukan adalah mencegah tumbuh dan berkembangnya terorisme. Satu faktor yang menjadi pendorong eksistensi gerakan terorisme adalah daya dukung masyarakat. Ketika daya dukung semakin lemah, kelompok teroris akan semakin mengecil dan terbatas ruang geraknya. Ada banyak cara untuk membatasi daya dukung masyarakat. Salah satunya adalah belajar dari para eks-napiter. Buku ini menjelaskan aspek-aspek terselubung yang selama ini belum banyak diketahui publik. Para penulis buku ini bekerja keras menyingkap sisi-sisi yang tersembunyi. Kehadiran buku ini sangat penting dalam konteks mendukung gerakan deradikalisasi. Bagaimanapun juga, deradikalisasi harus terus disuarakan demi terciptanya kehidupan masyarakat yang harmonis. (Prof. Dr. Ngainun Naim, Dosen UIN Sayyid Ali Rahmatullah Tulungagung).

7. MEMBACA buku ini, saya tiba-tiba teringat perkataan Malala Yousafzai seorang aktivis HAM dari Pakistan, ia mengatakan bahwa pens and books are the weapons that beat terrorism (pena dan buku adalah senjata yang dapat mengalahkan terorisme). Semoga dengan hadirnya buku ini, bisa menjadi senjata baru dalam menumpas terorisme yang ada di Indonesia (Dr. M. Arfan Mu’ammar, M.Pd.I., Ketua Sahabat Pena Kita, Dosen Universitas Muhammadiyah Surabaya, dan Peneliti Radikalisme Keagamaan).

Bagaimana pendapat Anda? Sampaikan tanggapan Anda di kolom komentar.

Kabede, 31 Oktober 2022

Baca juga:

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

10 thoughts on “Apa Kata Mereka Tentang Buku “Menjerat Teror(Isme): Eks-Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi””

  1. Hariyanto says:

    Belajar dari pengalaman orang lain berharap mampu mengihindari kesalahan dalam hidup ini. Salam Abah. Salam.literasi

  2. Much Khoiri says:

    Berul sekali, Pak Har. Pengalaman ornag lain bisnamenjadi guru yg baik utk kita semua

  3. Daswatia Astuty says:

    Menyadari salah jalan dan meneriakkan jangan ikuti jalan salah yg telah ditempuh, para napiter patut diancungi jempol. 👍👍👍

    1. Much Khoiri says:

      Betul sekali, saya pribadi salut kepada mereka. Mdh2an itu menjadi jalan kebaikan bagi mereka dan masyarakat secara umum.

  4. Wigung says:

    Catatan yang menguak sisi kehidupan
    Manusia dengan berbagai tingkah dan pemikiran yang bervariasi. Salam.

    1. Much Khoiri says:

      Leres sanget, Bu Wid. Sehat selalu nggih. Kita perlu waspada hati, diri, dan sosial.

  5. Astuti says:

    Betapa tanggapan pembaca buku ini sangat luar biasa, terbayang bagai para penyusun buku ini bekerja dan mengabadikannya ke dalam buku. Pastinya ketika buku ini dibaca akan menambah wawasan pembacanya
    http://www.srisugiastutipln.com

    1. Much Khoiri says:

      Betul sekali, Bu Kajeng. Ini hasil eksplorasi yang tak kenal lelah untuk memperoleh data yang diperlukan. Matur nuwun telah beekunjung.

  6. Abdisita says:

    Dari mereka kita bisa belajar bagaimana agar tidak terjerat terorisme dan berperan serta mencegah tumbuhnya terorisme di NKRI, setidaknya lewat tulisan. Mengingat “sindikat” terorisme
    biasanya terorganisir rapi dan menggunakan metode-metode persuasif (metakompli, brain washing, baiat) yang dibungkus doktrin-doktrin agama. Wallahu’alam.

    1. Much Khoiri says:

      Bu Sita, betul2 hal ini menyadarkan kita betapa terorisme menjadi ancaman nyata bagia semua masyarakat. Kita harus lebih waspada.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *