IDUL ADHA, MOMENTUM BELAJAR BERKURBAN SETIAP HARI

Oleh Much. Khoiri

Idul Adha tahun ini adalah momentum yang tepat untuk membaca diri sendiri—untuk memetik hikmahnya. Di antaranya adalah makna yang dipetik dari peristiwa kurban yang dulu dijalani oleh Nabi Ibrahim AS dan Nabi Ismail AS. Konteksnya saja kita boyong pada zaman sekarang. Mari kita fokus pada uswah hasanah mereka, dengan kata-kata kunci belajar berkurban setiap hari.

Sahabat, yang dimaksud ‘berkurban’ dalam konteks ini adalah melakukan pengorbanan dan pengabdian atas dasar iman untuk sesama makhluk. Secara vertikal, amalan ini terikat iman pada Allah SWT. Secara horizontal, ia manifestasi dari kesalehan sosial (social piety) manusia yang berusaha ‘paripurna’ (tuntas) dengan dirinya sendiri.

Sumber gambar: Pikiranrakyat.com

Belajar berkurban, dengan demikian, belajar untuk mengamalkan iman khususnya dalam pengorbanan dan pengabdian untuk sesama makhluk. Kita belajar menyingkirkan egoisme, kita belajar melampaui diri sendiri (beyond self), kita tumbuhkan bantuan bagi yang lain.  Kita rela berkorban bagi sesama karena kita tahu itu bagian dari iman atau kesalihan.

Marilah kita teladani Nabi Ibrahim AS dan Ismail AS. Jika bukan karena iman dan pengabdian utuh,  peristiwa qurban (persembahan) yang menyejarah itu tak akan pernah terjadi.

Itu sebuah teladan yang nyata. Keduanya menghilangkan egoisme dan cinta kemakhlukan, hanya bersandar pada-Nya, guna membayar tugas sosial mereka sebagai hamba Allah yang sangat taat.

Peristiwa itu telah kita teladani, secara kasat mata, dengan penyembelihan dan pembagian daging kurban. Ibadah ini sendiri bukan hanya berdimensi spiritual, melainkan juga berdimensi sosial.

Dengan teladan tersebut, kita belajar berkurban untuk orang lain yang lebih membutuhkan. Dengan dasar iman, ibadah sosial kepada sesama bisa kita wujudkan setiap hari, kapan pun dan di mana pun juga.

Dunia ini ibarat sekolah, hidup ini ibarat mata pelajaran, dan kita memang harus banyak belajar. Begitu banyak peluang ibadah dan belajar untuk mengasah kepekaan kita dalam mengabdi hidup dan membantu orang lain. Selain itu, hidup penuh anugerah yang harus dibagi dengan sesama.

Di rumah, kendaraan, pertokoan, kantor, dan sebagainya kita akan bisa berbuat banyak ibadah berkonotasi berkurban, asalkan kita bijak dalam menata niat. Tidak harus yang besar; yang kecil dan sederhana pun pantas diamalkan.

Misalnya, memberi kursi untuk ibu-ibu tua di dalam bis, itu amalan sederhana namun mulia, bukan? Demikian pun, di bawah terik matahari di ladang, kita berbagi air minum dengan orang lain. Bukankah yang sederhana akan mendampak besar jika diamalkan setiap hari?

Mengapa semua itu perlu dilakukan setiap hari? Frase ‘setiap hari’ di sini mengindikasikan ‘belajar istikamah’ dan berkelanjutan. Inilah amalan yang tidak mudah dan tidak seserhana dilakukan, yakni amalan setiap hari.

Inilah amalan yang terasa berat jika tidak didasari dengan iman dan pengabdian yang bagus. Maka, frase ‘belajar setiap hari’ menjadi penting dalam konteks tulisan ini. Ada latihan dan praktik yang harus terus-menerus dilakukan.

Jika amalan berkorban untuk sesama dipraktikkan setiap hari, semakin hari akan semakin enteng terasa, dan ke depan pembiasaan akan menjadi budaya pribadi yang melekat dan otomatis mewujud sewaktu-waktu.

Pembiasaan ini bahkan akan semakin matang menjadi pengembangan dan pembelajaran (lanjut). Bukan tidak mungkin, pada waktunya, kita akan mendapati bahwa kita ada hanya untuk orang (makhluk) lain.

Mudah-mudahan kita mewarisi keimanan dan keihlasan Ibrahim AS dan Ismail AS dalam berkurban. Spirit kakek moyang umat Islam itu perlu senantiasa kita hadirkan di dalam menjalani hidup sehari-hari. Kita belajar berkurban dari iman untuk sesama. Hanya dengan demikian, pembelajaran berkurban kita akan lebih bermakna bagi diri sendiri dan makhluk lain.[]

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

9 thoughts on “IDUL ADHA, MOMENTUM BELAJAR BERKURBAN SETIAP HARI”

  1. Repan Efendi says:

    Alhamdulillah. Mantab. Semoga manfaat barokah

    1. Much Khoiri says:

      Terima kasih, Pak Refan. Sehat selalu nggih

  2. Mukminin says:

    Alhamdulilah. Pencerahan yg sangat bermanfaat

    1. Much Khoiri says:

      Matur nuwun atas kunjungan dan komentarnya, Abah Inin

  3. Selamat hari raya idul Adha dan semoga kita mampu berkurban untuk orang lain.

  4. Rr Nanik S says:

    Betul sekali pak khoiri. Ikhlas adalah salah satu cara kita dalam berkurban. Korban perasaan mgkn yg paling sering kita alami. Smg kita bs melakukan yg terbaik aamiin yra

  5. esti says:

    Selamat hari raya idul Adha

  6. Marsudi says:

    Mantap Pak Khoiri. Panutan…🙏🙏🙏

    1. admin says:

      Matur nuwun sanget

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *