TETAP BERLITERASI DI BULAN RAMADAN

Oleh: Much. Khoiri

DALAM ramadan di musim pandemi ini saya wajib bersyukur, karena saya dianugerahi oleh Allah kemampuan untuk merawat konsistensi saya dalam dunia literasi. Maksudnya, saya tetap menghayati praktik-praktik literasi sebagaimana yang saya hayati sebelum ramadan tiba.

Konsistensi itu saya lakukan, misalnya, dalam menulis setiap hari. Kebiasaan menulis setiap hari ini—insyaallah—bisa saya lakukan selama ramadan, meski kuantitas dan kualitasnya tidak setinggi di luar ramadan. Mengapa? Keterbatasan waktu, akibat terpotong untuk kegiatan-kegiatan kerohanian, menjadi alasan yang rasional. Alasan lain, saya juga menulis teks untuk program (kesibukan kreatif) baru saya di kanal youtube: Blantik Literasi.

Tulisan-tulisan yang saya hasilkan selama hari-hari ramadan, seperti bulan-bulan sebelumnya, saya bagi (share) di grup-grup WA literasi saya setelah saya unggah di blog https://muchkoiri.com dan (kadang) di https://sahabatpenakita.id. Seperti biasanya, saya mengupas tentang minat saya—literasi, sastra, budaya, catatan harian, dan sebagainya. Saya menulis yang saya kuasai dan suka saja.

Sumber gambar: Picuki.com.

Di samping itu, saya menunaikan iqra Al-Quran sendiri di rumah—di luar tadarus yang digelar di masjid Al-Hijrah. Bahagia rasanya saya bisa lebih rajin membaca Al-Quran selama ramadan—biasanya setelah shalat subuh, dengan suasana yang masih adem dan menenteramkan. Jika cukup longgar, saya lanjutkan dengan mendalami maknanya—maca Quran angen-angen sak maknane (membaca Al-Quran dengan menghayati maknanya).

Terlebih, setiap pagi, mulai 05.30 saya kerap mengikuti kajian Quran semacam itu bersama guru SMA saya dulu, yakni Bapak Sirdjanul Ghufron, dan puluhan alumni SMAN Geger Madiun. Sebelum ramadan, kajian dilakukan lewat zoom, namun selama ramadan ini kajian digelar lewat WAG, dan waktunya mengalir sepanjang hari—sesempat-sempatnya anggota menanggapi kajian. Kajian harian ini berkat menariknya pengantar Pak Ghufron setiap pukul 05.30 itu, yang kemudian mendapat tanggapan sana-sini.

Kehadiran Pak Ghufron menjadi lebih mantap berkat kehadiran para alumni yang kini ternyata juga para ahli dalam bidang agama, di antaranya Gus Didik dan Mas Aziz. Kehadiran Bu Mar juga demikian, menambah gayengnya ngaji. Demikian pula kehadiran yang lain. Saya sebagai blantik, cukup jaga parkir saja.

Kajian itu tentu sebuah praktik literasi yang mengayakan akal dan hati. Bukan hanya membaca untuk diri sendiri, melainkan juga membahas hasil bacaan bersama-sama dalam grup WAG. Tentu saja, selama kajian berlangsung, masing-masing penanggap sudah siap menyertakan argumen atau referensi baru yang meyakinkan. Sebagai selingan, apalagi kalau ada anggota baru, kami biasanya mengobrolkan sesuatu pengalaman semasa SMA dulu—sambil dikait-kaitkan dengan topik yang dibahas. Terasa gayeng sekali.

Di samping itu, saya secara khusus mendalami kitab Al-Hikam karya Ibn Athaillah, sebuah kitab yang luar biasa dalam, yang sudah dikaji dalam kanal youtube oleh beberapa tokoh semisal Dr. Lukman Hakim. Beberapa bulan silam saya menyimak beliau setiap hari dalam mengupas Al-Hikam. Kajian dengan perspektif tasawuf itu sangat menarik bagi saya, sehingga puluhan video beliau saya simak satu persatu.

Dalam ramadan ini, sekali tempo saja saya menyimak Dr. Lukman Hakim. Saya lebih suka menghadapi teksnya kali ini. Saya nikmati tulisan per tulisan di dalamnya—yang sarat dengan hikmah dan kebijaksanaan. Banyak topik yang disuguhkan di sana, utamanya hubungan makhluk dan khaliq. Saya tak henti-hentinya berdecak kagum dalam menyelami buku ini. Yang saya suka adalah bagian penutup, dengan doa panjang yang sangat syahdu dan menghanyutkan.

Di luar itu adalah kegiatan baca harian saya, yakni membaca buku dan surat kabar. Surat kabar tentu saya baca setiap pagi untuk “melihat dunia luar” (dari rumah yang mengurung kami selama pandemi). Ini kebiasaan saya sejak muda; perlu membaca surat kabar. Lalu, saya juga membaca buku yang terpilih—yang sudah saya letakkan di rak buku di ruang tamu.

Lebih dari itu, saya juga punya kegiatan literasi yang tak kalah menarik kali ini, yakni kesibukan kreatif baru, guna melengkapi kegiatan saya menulis untuk blog dan buku. Apakah itu? Saya merintis kanal youtube yang berikon “blantik Literasi, berliterasi setiap hari.” Penasaran? Silakan ikuti Blantik Literasi di https://muchkhoiri.com/2021/04/macak-blantik-literasi/. (*)

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

6 thoughts on “TETAP BERLITERASI DI BULAN RAMADAN”

  1. Hernawati says:

    Selalu menginspirasi. Tetap istiqomah.

  2. wah keren Prof, dari blogger mulai beranjak menjadi youtuber, mantap.

  3. Siap meluncur di Blantik Literasi. Mantap Pak Haji

  4. Sintani Fina Sari_EL20A_016 says:

    Saya ingin sekali memiliki sifat konsisten seperti Pak Khoiri✨

  5. Irena says:

    wah setiap hari menulisnya..
    Pak Khoiri memang panutan!

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *