Oleh Much. Khoiri
Membaca buku bagus itu penting. Ibaratnya, membaca buku bagus itu adalah menyantap makanan yang bergizi. Pengetahuan (ilmu) yang ada di dalam buku-buku bagus akan menjadi nutrisi bagi pikiran dan hati.
Dengan demikian, membaca buku bagus itu tidak bisa diabaikan. Ia bisa menyehatkan pikiran dan hati, sekaligus membugarkannya. Sebaliknya, jika kita jarang membaca buku bagus—terlebih, membaca buku bermutu buruk—itu tak jauh beda dengan kita memberi asupan gizi buruk untuk diri sendiri, yang dampaknya tentu tidak baik.

Sumber gambar: Dokumen pribadi
Khusus untuk sahabat penulis, ada seorang penulis asing menyatakan, bahwa kalau kita membaca buku bagus, maka tatkala menulis, isi buku-buku bagus itu akan keluar dari kita—dan akan menjadi bagian dari tulisan (baru) kita. Dengan kalimat lain, hasil pembacaan (buku bagus) kita sangat mewarnai tulisan yang kita hasilkan.
Sebagai ilustrasi, jika suka membaca buku bagus, tatkala kita menulis tentang cinta, misalnya, kita bisa menjelaskan hakikat cinta dari kitab suci, buku psikologi, atau kitab epos semacam Mahabharata atau Ramayana. Rielnya, tentang kisah cinta, kita bisa mengilustrasikan cinta dengan contoh kisah Radha-Krishna, Rama-Shinta, Romeo-Juliet, dan seterusnya—atau, dalam konteks kekinian, seperti kisah Aldebaran-Andien dalam “Ikatan Cinta”.
Tentu, bagusnya buku itu relatif. Namun, kita bisa merujuk pada para ahli di bidang tertentu, guna memilih buku bagus yang direkomendasikan. Buku-buku yang kerap disebut dan disitasi di dalam buku adalah buku yang bagus. Jika tidak demikian, kita bisa memilih buku dengan membaca bagian-bagian awal dari buku tertentu, dan menilai seberapa buku itu memenuhi keingintahuan kita tentang sesuatu.
Karena itu, tidaklah pas jika kita memaksa orang lain membaca buku bagus menurut versi kita. Kita perlu memberikan kebebasan untuk memilihnya, sebab pilihan itulah yang sekaligus mencerminkan seberapa teman kita itu memposisikan diri dalam jagad perbukuan. Tugas kita hanyalah memberikan rekomendasi, itu saja.
Yang jauh lebih penting adalah memberi teladan bagi diri sendiri—syukur berguna untuk teman kita. Kita perlu meliterasi diri, perlu mendidik diri—untuk membaca buku bagus, agar mampu menghasilkan tulisan-tulisan yang bagus. Jangan hanya menulis tok, tanpa mau membaca—itu ibarat orang suka beol yang tidak mau makan. Tebak sendiri apa yang keluar.
Sekarang, mari kita camkan hikmah mendasar: Selagi kita mau membaca buku-buku bagus, kita akan menjadi sehat dan kuat dalam dunia pemikiran dan kebijaksanaan–dan, insyaallah, memungkinkan kita meniti kebaikan dan kebenaran. Jika tidak mau, hakikatnya kita fakir wawasan.(*)
Yang tidak mau membaca arafnya sudah tidak miskin lagi ya… Tapi fakir wawasan
Pesan terakhir, seperti halnya nutrisi yg dimakan. Tepat sekali. Masyaallah 👍🙏
Menulis butuh nutrisi. Joz..
Buku bagus itu biasanya menginspirasi para pembaca. Idealnya penulis juga harus rajin membaca..
Buku bagus bermanfaat buat mata dan pikiran. Mengendap jd kepribadian pembaca yg akan tecermin dalam tulisan berwawasan.
Saya kira semua buku itu bagus, ternyata ada juga yang sebaliknya. Lalu seperti apakah buku yang kurang bagus?
[url=https://vavadabronlinllpa.com/]vavadabronlinllpa[/url]
Extend to us at SiGMA & Brazilian iGaming Top America 2023 in Brazil from June 14-18 in vibrant Sao.
vavadabronlinllpa
[url=https://vavadabronlinllpb.com/]vavadabronlinllpb[/url]
Today, you can freely play casino online, various European countries. Develop members of the establishment can also gamblers from Turkey, Mexico and Brazil. The …
vavadabronlinllpb
order tricor 160mg for sale order fenofibrate 200mg pill fenofibrate 200mg tablet
cialis pharmacy real viagra sites sildenafil professional