Oleh: Much. Khoiri
Saya baru menyusun buku (antologi) tahun 2011 dan saya bertindak sebagai penulis sekaligus editor buku itu–sebuah kumpulan cerpen teman-teman alumni Unesa, yang berjudul “Ndoro, Saya Ingin Bicara.” Impian untuk menerbitkan buku justru tesulut oleh pertanyaan seorang anak SMP dalam suatu pelatihan tahun 2010. “Pak, seperti uraian Bapak, tulisan Bapak sudah sangat banyak. Di mana saya bisa membeli buku-buku Bapak?”
Saat itu saya langsung bersujud syukur ke lantai. Itu sebuah teguran tak langsung dari “langit”—bahwa sudah waktunya saya menerbitkan buku, mungkin dari tulisan-tulisan yang telah saya tulis sejak tahun 1986-an, tatkala saya masih duduk pada semester tiga S1 Pendidikan Bahasa Inggris IKIP Surabaya. Saat itu saya berjuang keras untuk menulis ke surat-kabar, dan mendidik diri menulis sekitar 20 artikel setiap bulan. Maka, tahun 2011 adalah tonggak penting saya dalam menyusun buku.
Sejak tahun 2011 itu hingga sekarang pasti ada buku yang terbit setiap tahun dengan jumlah yang bervariasi dari tahun ke tahun, kecuali tahun 2019 yang hanya menulis naskah tanpa sempat menerbitkannya–dan baru dibayar lebih pada tahun 2020. Tahun 2021 ini sudah terbit dua buku mandiri dan lima buku antologi. Jika ditotal, insyallah buku (mandiri dan antologi) saya sekitar 65 judul, sudah melampaui usia saya. Alhamdulillah, saya dianugerahi kesempatan untuk bisa menyusun buku secara istikomah.
Baca juga https://muchkhoiri.com/2022/01/menulis-bekerja-dengan-iringan-doa/
Dulu, sebelum punya buku, saya bermimpi untuk memiliki puluhan buku yang insyaallah dibaca oleh masyarakat. Alhamdulillah, berkat izin Allah, sekarang impian itu telah dikabulkan. Ada buku tentang “teori menulis”, budaya, sastra, dan literasi. Saya memasang mereka di rak besi khusus di perpustakaan keluarga, agar saya mudah mengambilnya jika sewaktu-waktu ingin menziarahi mereka. Di situlah saya akan menata buku-buku saya selanjutnya—bahkan, insyaallah, sampai waktunya saya pensiun.
Saya hanya ingin merawat kecanduan ini dengan semangat dan komitmen untuk berbagi kebaikan dan mengajak sesama untuk menulis pula demi kebaikan.
Sekarang saya sudah kecanduan (menulis) buku. Bahkan ulang tahun pun saya sudah menghadiahi diri dengan buku sendiri–dan sudah berjalan enam tahun terakhir. Kecanduan itu membuat saya menyisihkan waktu untuk menulis artikel-artikel atau bagian-bagian buku, sehingga pada waktunya mereka cukup untuk dibukukan. Agar tidak berat, tulisan-tulisan calon buku ditaruh di blog-blog pribadi–suatu cara efektif untuk menagih diri sendiri agar selalu menulis secara istikomah.
Saya hanya ingin merawat kecanduan ini dengan semangat dan komitmen untuk berbagi kebaikan dan mengajak sesama untuk menulis pula demi kebaikan. Saya sangat yakin, jika kita berbagi kebaikan lewat tulisan (buku), maka kebaikanlah yang akan tumbuh dan berkembang di masa depan. Saya ingin mendapati di masa depan ada generasi literat yang menjadikan menulis buku (demi kebaikan) sebagai cantu.[]
Kabede, 2 April 2021
Sangat menginspirasi pak.
Terima kasih, Bu Hanifa
Karya melebihi usia. Subhaanallooooh
Matur nuwun, P Repan
Semangat meraih impian yang pas untuk deteladani… Semoga Allah senantiasa memampukan… Aamiin…
Thanks…
Aamiinx100
Tulisan penj sangat inspiratif prof. Patut diteladani
Semoga saya juga bisa…
Meski sadar ada banyak kendala di depan mata… Fight 4ever
Insyaallah bisa
Insyaallah terwujud Pak. Amin…..
Aamiin. Makaaih B Min
Salut, Pak Khoiri. Setelah vacum puluhan tahun, saya memulai kembali menulis di usia senja. Tidak ada kata terlambat kan, Pak?
Lanjut, Bu. Menulis pun ada naik turunnya
Sangat menginspirasi pak.
Terima kasih
Tabarakallah Aamiin. Inspiratif.
Terima kasih banyak, Bu. Sehat selalu