Oleh: Much. Khoiri
Rabu 10 Maret 2021 saya menjadi narasumber dalam diklat online yang dihelat PGRI Jawa Timur, sedangkan kegiatan berlangsung empat hari, mulai 10 hingga 14 Maret 2021. Dalam momen itu saya menyampaikan materi “Budaya Literasi, Buku, dan Menulis Buku”. Pesannya, menulis buku strategis dalam pembudayaan literasi.
Bagaimana buku menjadi langkah strategis dalam pembudayaan literasi? Pertama, tak bisa dimungkiri, buku adalah sarana membangun dan meningkatkan budaya literasi. Tanpa adanya buku, apa yang bisa diberikan kepada masyarakat untuk membiasakan diri dengan membaca?
Kedua, menulis (buku) pada hakikatnya adalah membangun kebudayaan (dan peradaban). Sebab, buku yang ditulis oleh para penulis akan mengendon dalam pikiran dan kalbu masyarakat, yang pada saatnya akan berkembang dalam dunia pemikiran mereka—dan amat boleh jadi dikembangkan menjadi buku-buku baru di masa datang. Dalam skala lebih luas, outcome-nya bisa berupa pikiran, ucapan, dan perilaku yang terpengaruhi oleh bahan bacaan. Negeri-negeri maju telah membuktikan hal ini.
Ketiga, buku yang bermutu menyebabkan tumbuh-berkembangnya “masyarakat belajar”. Siapakah masyarakat belajar itu? Merekalah masyarakat yang menjadikan buku sebagai sahabat dan teman belajar setiap waktu. Di samping itu, mereka juga membangun budaya baru untuk “membaca” lingkungan dan kehidupan sosial lain. Apa pun sejatinya bisa dimanfaatkan untuk belajar dan bisa dipelajari.
Keempat, masyarakat belajar sekaligus juga masyarakat cerdas dan dinamis, yang siap mengkonstruksi kebudayaan baru. Berkat keluasan wawasan yang mereka peroleh dari banyak membaca (dalam arti luas), mereka bijaksana dalam menyikapi perubahan, dan karena itu, mereka pun selalu tertantang untuk membangun budaya yang baru—budaya baru yang lebih bermanfaat bagi masyarakat luas.
Bukan Soal Minat Baca, Tapi Soal Buku!
Jika ada tudingan akan rendahnya minat baca masyarakat Indonesia, itu bukan hanya karena mereka benar-benar memiliki minat baca rendah, melainkan juga karena tidak tersedianya buku di rumah, perpustakaan, tempat kerja, atau taman bacaan masyarakat. Andaikata tersedia pun, jumlahnya amat terbatas, yang memustahilkan mereka untuk membaca.
Jika tidak percaya, bolehlah dicoba. Beli saja 100 judul buku yang menarik, tawarkan ke warga sekitar untuk membaca. Gratis! Nah, buktikan apa yang akan terjadi. Dari pengalaman, asalkan gratis, mereka akan berbondong untuk membaca buku-buku yang disediakan. Penasaran? Silakan coba sendiri.
Dengan kalimat lain, untuk membuat orang membaca, tidak diperlukan terlalu banyak teori tentang membaca, melainkan hanya perlu menyediakan buku untuk dibaca yang banyak dan gratis! Karena itu, buku perlu disediakan di tempat-tempat strategis: sekolah, rumah, sudut baca, dan sebagainya.
Kita juga perlu menjadi penulis dan menulis buku berkualitas sebanyak-banyaknya. Sekali lagi, buku yang berkualitas! Membaca dan menulis perlu dijadikan “budaya individual” kita masing-masing. Dengan budaya individual kita yang memberikan keteladanan, akan mempercepat pembudayaan literasi.
Impian saya, bangsa kita meneladani bangsa-bangsa paling literat dewasa ini—Finlandia, Norwegia, Iceland, Denmark, Swedia, Switzerland, Amerika Serikat, Jerman, Latvia, dan Belanda. Impian lain: kita juga meneladari lima bangsa dengan skor tes tertinggi—Singapore, Finlandia, Korea Selatan, Jepang, dan China. Ini memang impian yang besar. Pertanyaannya, maukah kita mengejar impian besar itu?
Tentu saja, kita tidak hanya ingin bermimpi dan bersorak melihat keberhasilan mereka. Kita wajib mengejarnya dengan segenap kemampuan. Jika impian ini berhasil, dalam beberapa tahun saja, pembudayaan literasi akan menemukan hasilnya yang gemilang. Semua itu perlu komitmen dan tindakan nyata.[]
Gresik, 10 Maret 2021
Betul. Perlu komitmen dan tindakan nyata
Inggih, leres. Matur nuwun sanget
Alhamdulilah. Pencerahan luar biasa
Matur nuwun, p Refan
Berkomitmen untuk tetap memotivasi juga sangat penting Pak Dosen…Hem
Inggih leres
Waqaf, infak, sodaqoh, sedekah… Atau apapun namanya, berupa membagikan buku, barangkali bisa mengganti nasi bungkus yg tiap hari tertentu disebarkan
Komen P Yudi inspiratif
Betul juga, bukan karena minat baca rendah ya, tapi memang tidak ada buku di rumah, terutama buku yang menarik. Minat memiliki buku juga mungkin penyebabnya
Betul juga, Bu. Makasih
You are what you read kayaknya. Akan menjadi seperti apa kita tergantung buku yang kita baca. Kalo gak baca? Waduuh….
Betul, yoybare what you read
Selamat dan sukses DIKLAT ONLINE PGRI JAWA TIMUR TGL 1-13 MARET 2021 TEMA.. GERAKAN MENULIS MENUJU JAWA TIMUR PROVINSI LITERASI… Trima kasih kepada KETUA PGRI JAWA TIMUR BAPAK Drs. Teguh Sumarno, M. M… DAN PEMATERI-PEMATERI HANDAL DARI UNESA. PGRI, PENERBIT DAN MODERATOR.. BP. SJAMSUL HADI
Terima masih, Ganesha