Oleh Much. Khoiri
Sahabat, kutunggu kedatanganmu—anggaplah—di puncak Bromo, tempat yang bagiku bukan hanya tempat wisata melainkan juga simbol puncak sebuah perjalanan. Di sini ada keindahan, ketenteraman, kedamaian. Mungkin perjalanan ini akan membawamu kepada bahaya, kesepian dan kelelahan. Namun, perjalanan ini pula yang mampu membawamu pada keelokan alam yang memukau.
Ingatlah tatkala para Pandawa melakukan perjalanan suci ke puncak Himalaya. Betapa susahnya mereka berjalanan dan memanjat lereng yang terjal, bahkan sekali tempo harus memanjat tebing curam yang berbahaya. Mereka juga kelelahan selama perjalanan, sebab perjalanan mereka tidaklah menurun, melainkan menanjak sedikit demi sedikit. Ada peningkatan ujian yang harus mereka lalui, ada peningkatan ketabahan yang harus mereka curahkan.
Pada masanya satu persatu mereka juga kesepian sendiri. Satu persatu mereka berguguran di perjalanan: Drupadi, Nakula, Sadewa, Arjuna, dan Bima—bergantian membiarkan jasadnya kesepian, tidak bisa bersatu satu dengan lainnya. Hanya Puntadewa atau Yudhistira yang tetap bersusah memanjat hingga puncak dan bersua Batara Yama. Hakikatnya, semua menjalani berbagai kesulitan dalam perjalanan menanjak itu.
Maka, Sahabat, jangan khawatir. Engkau jelas bukan Nakula, Sadewa, Arjuna, atau Bima—apalagi Yudhistira—namun, engkau pejuang hebat dalam berbagai kesulitan. Sama halnya dengan para Pandawa, engkau akan tiba di puncak Bromo ini. Tentu, ini bukan tempat moksa (sebagaimana Yudhistira bersua dengan Batara Yama), namun ini tempat indah di mana kita bisa bertemu untuk saling berbagi keindahan dan kedamaian.
Secepat engkau tiba di puncak Bromo ini, akan kutunjukkan keelokan alam yang memukau. Akan kita pandang ke seluruh penjuru mata angin, bahkan ke segala arah, dan kita dapati tetanaman hijau, perkebunan, nyanyian burung, suara alam, beserta horizonnya—dalam sapuan angin tenang sepoi-sepoi basa. Pukul dua dini hari kita akan sedikit kedinginan, namun di awal pagi semua itu akan dihalau sang Surya yang menampak dari ufuk timur. Setelah itu, kehangatan menyelimuti kita bersama.
Nah, begitulah perlambangnya, Sahabat. Engkau, juga aku, kembali disadarkan bahwa kita perlu melakoni berbagai jalan berliku, berbagai kesulitan, cobaan, serta ujian untuk bisa menggapai kebahagiaan. Tak dimungkiri, Tuhan memang maha memberi segalanya untuk kita; namun, untuk itu pun kita wajib berikhtiar. Tuhan tidak akan mengubah nasib kita, hingga kita sendiri juga berikhtiar untuk mengubahnya. Sekarang, ayo lanjutkan. Di puncak Bromo ini, aku sabar menanti.(*)
Gresik, 14 Maret 2021
Saya senang nonton mahabrata, tapi tak sedetil ini saya bisa tuliskan. Mantap Bapak, dan saya bisa tebak foto itu di pantai An, Lombok Tengah.
Detil itu penting utk tulisan narasi/deskripsi.
Betul, Bu, itu di Tanjung Aan.
mantap cikgu
Matur nuwun, P Amri. Sehat selalu
Itulah mengapa selalu ada pendaki gunung ya Pak? Hadiah terindah selalu menanti bila sudah sampai puncak.
Semoga sy bisa menapaki jalan terjal itu. Amin….
Saling mendoakan, B Min. Semoga berhasil. Aamiin
Selalu mantap… Barakallah…
Makasih, Non. Sehat selalu ya
Terima kasih pak Emcho. Inspiratif.
Terima kasih kembali, Bu Abdisita. Semoga sehat selalu.
Elitepipe Plastic Factory’s HDPE pipes offer excellent resistance to chemicals, abrasion, and environmental stress, making them ideal for a wide range of applications. Elitepipe Plastic Factory