BELAJAR PUN PERLU MENOLONG DIRI SENDIRI

Oleh Much. Khoiri

TATKALA kita belajar apa pun yang masih berada dalam bimbingan atau pendampingan guru (atau orang lain yang dianggap sebagai guru), maka kita jangan pernah hanya mengharapkan sepenuhnya pemberian pengetahuan dari sang guru. Sebaliknya, kita harus mau menolong diri sendiri di dalam prosesnya—semacam CBSA, cara belajar siswa aktif.

Guru memang memiliki kemampuan dan kewenangan untuk memberikan pengetahuan, dan sekaligus menunjukkan ke arah sumber pengetahuan baru. Jika sang guru terus-menerus hanya memberikan pengetahuan, namun kita tidak berusaha mengikuti arah sumber pengetahuan baru—itu namanya kita tidak menolong diri sendiri. Gurunya yang rajin, kita yang malas atau kita yang manja!

Ceria belajar mandiri. Gambar: Dari www.hipwee.com

Jika kita hanya berharap disuapi oleh guru kita apa adanya, hakikatnya kita tidak mau menolong diri sendiri selama proses belajar. Dengan begitu, kita hanya mendapatkan pengetahuan dari sang guru (kendati beliau berilmu dalam dan luas), tanpa ada tambahan pengetahuan yang lebih meningkat dan lebih banyak. Mengapa? Tidak ada upaya lebih yang kita bayarkan untuk menebus pengetahuan-pengetahuan baru. Jika ingin mendapatkan ikan besar, umpan pancing kita juga harus cukup besar, bukan?

Jika kita belajar mata-kuliah konten—sebutlah Introduction to Literature, Pop Culture Studies, Creative Writing, atau World Literature—, maka janganlah kita hanya berharap dosen menjelaskan atau mengajak diskusi tanpa ada persiapan kita. Jika dosen banyak menjelaskan, sementara mahasiswa kurang merespon akibat belum tuntas membaca materi kuliah, dosen itu menolong terlalu banyak. Sekali lagi, terlalu banyak. Di sini mahasiswa terlalu dimanjakan, sebab mahasiswa tidak mau menolong diri sendiri.

Belajar seharusnya juga dilakukan mahasiswa secara aktif menolong diri sendiri, yakni harus siap membaca dan belajar apa saja yang seharusnya dipahami dari materi kuliah yang disarankan. Justru malah perlu disadari, bahwa per individu bisa belajar secara otodidak, tapi tetap melakukannya secara tekun. Kemandirian dalam belajar malah perlu dipupuk di dalam hati, sebab ada saatnya semua orang harus mempelajari sesuatu dengan caranya sendiri.

Belajar menulis juga demikian. Jika kita sudah menulis suatu artikel dan minta masukan dari penulis senior atau pakar kepenulisan, maka masukan-masukan yang diberikan harus digunakan sebagai pedoman untuk karya-tulis kita ke depan. Kita harus belajar dari pengalaman diberi masukan: bagaimana memilih ide, menatanya dalam paragraf, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar. Dengan belajar dari masukan itu, kita sejatinya juga belajar dan berlatih menata gagasan secara teratur dalam tulisan.

Sama dengan belajar pengetahuan atau ilmu lain, jika kita mau menolong diri sendiri selama proses belajar matakuliah atau keterampilan menulis, kita menemukan ilmu/pengetahuan baru sepanjang kita mempelajari suatu ilmu/pengetahuan. Ada keajaiban tertentu di dalam proses itu, bahkan kerap keajaiban itu tak pernah terduga dan sangat unik. Inilah hebatnya ilmu laku (tindakan, amal). Sebarang ilmu apa pun akan manjing (masuk) ke dalam diri seseorang jika ia mengasah ilmunya dengan amal/tindakan nyata.

Jadi, kembali ke catatan awal, sebagai pembelajar, kita juga harus menjadi pembelajar yang mau menolong diri sendiri. Jangan pelit dan itung-itungan dalam menolong diri sendiri. Pertolongan dalam belajar hanya sebagian diterima dari sang guru, selebihnya (lebih banyak) kita lakukan sendiri dengan sepenuh perjuangan dan pengorbanan. Jika upaya maksimal sudah diberikan, kita bisa buktikan apa yang akan terjadi.[]

Gresik, 5 Maret 2021

N.B. Terima kasih untuk blogwalking (saling-kunjung blog)

 

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, penggerak literasi, blogger, editor, penulis 70 buku dari Unesa. #Kitab Kehidupan (Genta Hidayah, 2021). #Menjerat Teror(isme) (Uwais Inspirasi Indonesia, 2022)

18 thoughts on “BELAJAR PUN PERLU MENOLONG DIRI SENDIRI”

  1. M. Irsyad R R. - 2018B says:

    terimakasih bapak, tulisan bapak membuat saya tersadar betapa pentingnya kita menolong diri kita sendiri dalam belajar dan tidak hanya bertumpu pada pengajar atau dosen saja. terima kasih pak sehat selalu

    1. Much. Khoiri says:

      Tmlsh kembali, Irsyad. Sehat selalu ya

  2. Ordinari Boy says:

    Terimakasih, Bapak. Tulisannya sungguh membuat saya kangen melakukan belajar bersama bersama teman-teman, diselingi dengan agenda bertukar pikiran, diskusi, dan bahkan saling lempar argumen untuk lebih mendalami topik yang akan dibahas saat kuliah. Semenjak online class, hal tersebut agak susah dilakukan, namun kedepannya mungkin masih bisa diwujudkan lagi. Sehingga kami dapat menikmati asyiknya lagi dalam belajar dan menolong diri sendiri.
    Terimakasih Pak, telah menggugah semangat saya dalam belajar lebih giat lagi meskipun tidak ada teman belajar dan diskusi dikarenakan pandemi 🙏

    1. Much. Khoiri says:

      Saya juga ingin luring, Mas. Lbh enak dan produktif

  3. Terima kasih Prof. Banyak ilmu menulis bertaburan di depan mata kita. Tinggal mengumpulkan dengan tulisan seperti apa yang dilakukan Mr. Emcho yang selalu menginspirasi kami.

    1. Much. Khoiri says:

      Siap, Omjay. Makasih buanyak

  4. Ferry Subagya - 18B says:

    Artikel yang menarik pak. Karena pembelajar juga harus sadar akan dirinya sendiri untuk mengetahui ilmu apa yang ia butuhkan, sehingga agar tidak menciptakan gap dalam mempelajari sesuatu, termasuk menulis. Meski ada seorang guru yang akan menuntun kita, setidaknya kita harus mulai belajar mandiri untuk mengejar ketertinggalan. Terima kasih sudah mengingatkan pak.

    1. Much. Khoiri says:

      Malasih, Mas Ferry.

  5. Sri Rahayu says:

    Leres Pak Dosen…sudah lama larut dalam pembiaran diri tanpa Pertolongan… Hingga terseret dalam arus kemalasan…

    1. Much. Khoiri says:

      Tetap semangat ya

  6. Fety Susilawatie says:

    Matur nuwun Abah Khoiri …
    Memicu semangat kami utk terus menambah ilmu pengetahuan ataupun ilmu menulis, sbg bentuk respon positif atas apa yg sdh diberikan guru/dosen/Abah Khoiri pd kami… barokallah

    1. Much. Khoiri says:

      Terima kasih kembali, B Fety

  7. Sintani Fina Sari_EL20A_016 says:

    Terima kasih Pak Khoiri atas artikelnya yang menarik. Pak, saya mau minta solusi untuk mengatasi rasa kurang percaya diri saat diskusi dalam kelas bersama dosen. Terkadang rasa kurang PD dapat menghambat keaktifan mahasiswa dalam kelas, misalnya dia memiliki pendapat atau pertanyaan dan tidak berani mengutarakannya. Rasa bersalah kepada diri sendiri (menyesal) biasanya akan muncul setelah sesi diskusi berakhir.
    Hal seperti itu bisa disiasati dengan cara yang bagaimana ya, Pak?
    🙏🙏

    1. Much. Khoiri says:

      Bisikkan dlm hati, you can do it the best. Juga anggap, bhw teman2 juga sama dg kamu. Intinya, jangan punya beban minder. Kamu bs bisa, kamu bisa.

  8. Annisa Ayu Dianitami 2020 B says:

    Terimakasih atas tulisan bapak yang sangat bermanfaat. Secara pribadi, saya pun menyadari bahwa kita perlu belajar mandiri, tanpa bergantung pada guru/dosen. Untuk itu saya memanfaatkan waktu luang untuk (sedikit) membaca dan mencari materi-materi terkait. Meskipun tidak banyak, tetapi saya memiliki tambahan pengetahuan.

    1. Much. Khoiri says:

      Oke sama2 Ica

  9. Iis safuroh says:

    Kereenn.. bagus banget..

    1. admin says:

      Terima kasih banyak

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *