Oleh: Much. Khoiri
Begini bunyi Quote of the Day pada status saya hari ini: “Manusia diuji Allah dengan kemewahan atau kemiskinan. Bagi manusia bijak, dia akan memilih diuji dengan kemiskinan. Sebab, kemiskinan membuatnya ingat atau menyebut nama-Nya, sedangkan kemewahan melenakannya.”

Gambar: Dokumen Pribadi
Marilah kita tengok pengalaman kita masing-masing. Tatkala kita sehat dan memiliki uang banyak, apakah kita enteng mengeluarkan zakat, infaq, sedekah, dan membelanjakannya di jalan yang benar. Ujian lain, apakah kita memilih untuk hal-hal yang mudharat (merugikan)—semisal shopping untuk barang-barang berbasis keinginan bukan kebutuhan! Pertanyaannya, seberapa besar ingat kita kepada Allah, apakah dalam sikon seperti itu, ataukah, misalnya, ketika uang banyak tersebut tiba-tiba raib disikat penjambret? Kayaknya kita sepakat, bahwa sikon kedua membuat kita lebih banyak menyebut asma Allah—bahkan lebih dalam! Kadang kita marah ketika diuji dengan kemiskinan atau penderitaan. Namun, itulah rahasianya: Allah menguji kita di luar “kemauan” (apalagi “pesanan”) kita, sedangkan kita tidak tahu apa maknanya.
Sungguh, menjadi orang bijak yang lebih memilih kemiskinan atau penderitaan daripada kemewahan, tidak mudah dan tidak enteng. Kebanyakan kita memilih enaknya saja, ya ingin hidup mewah, ya sekaligus bisa dekat dengan Allah. Namun, kondisi ini hampir mustahil bagi hampir semua dari kita. Nabi Sulaiman adalah salah satu contoh manusia yang bisa hidup mewah namun tetap dzikir pada-Nya. Hanya saja, siapakah dari kita yang mampu berada pada posisi beliau itu? Marilah kita berintrospeksi: Barangkali kita laksana pungguk merindu bulan.[]
Kabede, 20/2/2021
N.B. Jangan lupa memberi tanggapan. Terima kasih
Mencerahkan Mr. Terima kasih
Terima kasih, Pak Refan.
Terimakasih Pak telah diingatkan
Tentu tulisan ini sebagai reminder untuk kita semua
Orang yang hidupnya penuh dengan kemewahan, jangan merasa bangga. Justru dengan kemewahan itulah kita diuji. Orang yang hidup dalam circle kemewahan malah ujiannya semakin banyak. “Urip iku sawang sinawang”, yang kelihatannya miskin belum tentu menderita, yang kelihatannya mewah belum tentu bahagia. Jadi intinya bagaimana kita mensyukuri hidup ini.
Betul begitu, Pak?
Tanggapanmu sangat bagus, Intan. Semoga selalu dlm kebajikan dan ikhlas dlm segala ujian.
Terimakasih atas tulisan bapak. Manusia hanya meminta saja kepada allah, jika permintaan sudah terkabul terkadang manusia hanya sedikit mengucap syukur tidak sekhusyu’ seperti apa yang mereka minta.
Angelina, terima kasih atss tanggapanmu yg bagus. Mdh2an kita sll dlm lindungan Allah
Aamiin, terimakasih pak
Terimakasih, bapak. Tulisan bapak bagus sekali, sebagai pengingat kepada kita yaitu untuk tidak melulu memikirkan dunia namun tahu bahwa apa yang kita miliki saat ini adalah milik Tuhan sepenuhnya. Kemudian, jika kita tahu bagaimana cara menerima maka kita juga harus tahu bagaimana cara memberi.
Tasya, mantabs sekali tanggapanmu. Semoga terus istikomah dlm.kebaikan. aamiin
Terima kasih Pak 😊
Saya yakin sekali bahwa dalam ujian kemiskinan, Allah tetap akan mempermudah hidup kita.
Sukma, itu keyakinan yg bagus. Semoga terus istikomah. Aamiin
Benar sekali Aba,manusia sering terlena dg kebahagiaan dunia hingga sdkt skali utk urusan akherat.Mdh2n Allah selalu membimbng kita berjalan dlm ridhoNya
Aamiinx100. Matur nuwun, B hajjah
Brebes mili Abah… Matur nuwun
Saya merasa tak layak masuk surgaNya.
Memangnya siapa yang merasa layak masuk ke surga-Nya. Itu manua yg terlalu pede.
Nuwun komentarnya. Salam sehat
Terimakasih Pak atas tulisannya 🙏 telah megingatkan Kita untuk senantiasa bersabar atas ujian Dari ALLAH S.W.T
Assalamualaikum, matur nuwun quote of the day-nya Abah Khoiri…smg kami senantiasa mensyukuri segala hal yg Allah berikan pd kami, shg semua akan terasa indah, damai dan penuh makna