Oleh Much. Khoiri
Tulisan ini masih terkait dengan pandemi covid-19, namun bukan tentang jumlah jiwa terpapar, jumlah pasien, jumlah penyintas, jumlah yang wafat—juga bukan program-program pemutusan sebaran, bukan pula vaksinasi. Ini tentang sisi lain pandemi itu sendiri, bahwa di balik pandemi—sebagai musibah, bencana, atau ujian—hadir pula di antara kita Orang Kaya Baru (OKB) dan Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR).
Di tengah rundungan pandemi secara nasional dan global, OKB hadir secara mendadak di “desa miliarder” (Sumurgeneng dan dua desa lain) di Kecamatan Jenu, Tuban Jawa Timur. (Yang sering melewatinya, jangan lupa mampir.) OKB di desa ini hadir berkat uang ganti untung atas lahan mereka yang dibeli oleh PT Pertamina untuk proyek kilang minyak. OKB menjadi miliarder mendadak! Akibatnya, OKB itu diserbu para petugas bank, toko HP, properti, dan otomatif—akhirnya mereka membeli mobil baru 180 unit. Sementara itu, di Surabaya, diwartakan ada 815.470 jiwa MBR sebagai akibat pandemi sampai akhir 2020 (Jawa Pos, 16/2/2021). OKB Tuban mendapat anugerah rezeki nomplok, dan MBR Surabaya mendapat kesulitan.
Di sini pandemi hanya mewakili musibah atau bencana yang bertubi-tubi dihadirkan di negeri ini, baik pandemi sendiri, gempa bumi, tanah longsor, dan banjir. Selain korban-korban jiwa, pastilah ada kesedihan, penderitaan, dan dzikir-nya manusia akan Khalik-nya. Sejumlah 815.470 jiwa masyarakat Surabaya juga dikaruniai ujian dengan sedikit kekurangan dalam kondisi pandemi yang tak menentu ini—tentu, secara nasional, jumlahnya bisa berlipat-lipat. Toh Tuhan juga melimpahkan ujian berupa melimpahnya uang bagi masyarakat “desa miliarder” tersebut. Di tempat satu ujian berupa kesedihan, di tempat lain berupa kemewahan. Terimalah saja ketentuan-Nya, jangan protes atau mengeluh![]
Kabede, 24/02/2021
N.B. Mari blogwalking (saling-kunjung blog). Terima kasih
Benar-benar panggung sandiwara yang utuh dengan disutradarai oleh Yang Maha Agung. Sehingga dengan pemeran watak yang lengkap jadi penuh warna yang diujung akhir ceritanya diharapkan tetap mencari ridha Allah SWT untuk meraih husnul khatimah… Barakallah…
Leres sanget. Kita hanya bagian kecial di dalamnya
Semoga semuanya membawa hikmah
Aamiin Allahumma Aamiin
Salut tulisan ini mengingatkan kita semua untuk sadar ketika kita diberkahi jangan Lupa untuk berbagi. Alangkah indahnya hidup ini jika saudara2 yang sedang menerima Berkah dapat berbagi dengan saudara2 yg sedang mengalami musibah
Terima kasih, Pak Abraham. Tanggapan yang bagus.
Memang pandemi ini seperti makan buah simalakama,dimakan bapak mati tidak dimakan ibu mati.Dua sisi punya kepentingan yang sulit.Sementara itu kehidupan harus terus.berlangsung.Suka atau tidak suka nyaman atau tidak nyaman.Semua merasakan.Namun yang paling merasakan adalah saudara kira yang kerja paruh waktu,mereka yang menggantungkan warung mereka.Oke.lah katakn lah pandemi.orang harus.jaga jarakpakai masker.Namun ironisnya sebagian masyarakat.kita masih enggan.untuk melakukan itu semua walaupun pemerintah lewat semua.lini menggencarkan gerakan tersebut.Pandemi harus.berlalu seiring waktu.maka ada OKB
Ada.juga MBR itu resiko yang harus di terima tanpa harus yang OKB berlebihan seperti tidak mengerti bagaimana sulitnya kehidupan mereka.sebelum.dapat ganti untung.
Semoga pandemi.ini mbawa.kebaikan walau caranya seperti.itu.Alloh tidak akan memberikan cobaan.pada.hambamya bila mereka tak.mampu menyandang ya.
Mas Irpan, terima kasih atas tanggapan yang sangat bagus.
Bismillah.. Smoga Pandemic ini sgr Berakhir dan byk hikmah Baik yg Allah titipkan.. Aamiin
Aamiin. Terima kasih, B Dindien