MEMAHAMI BUDAYA POPULER

Oleh MUCH. KHOIRI

CATATAN ini diperuntukkan untuk berbagi dengan mahasiswa matakuliah Popular Culture Studies yang saya ampu, sekadar melengkapi catatan perkuliahan mereka di kelas. Namun, jika tulisan bermanfaat bagi pembaca lain, berarti ia mendapatkan berkah berlimpah.

Ini tentang budaya popular, tepatnya konsep budaya popular (popular culture). Sebentar, konsep itu kata, frase, atau terma (istilah) yang mengandung pengertian tertentu dan berterima (acceptable) dalam disiplin tertentu. Terma ‘budaya populer’ adalah sebuah konsep yang berterima dalam disiplin (kajian) budaya. Ia terdiri dari dua kata, yakni ‘budaya’ dan ‘populer’.

Untuk terma ‘budaya’, ia tentu memiliki pengertian luas—tak kurang dari 260 definisi budaya yang diterima (authorized) dalam disiplin ilmu budaya. Jumlah itu masih akan berkembang, sebab budaya mengalami dinamika yang disruptif (cepat dan dahsyat). Namun, dari sekian definisi, ada satu yang saya rujuk di sini: ia dapat diarahkan ke tiga wujud budaya: wujud ideal/gagasan, wujud aktivitas, dan wujud produk (artefak) budaya (J.J. Hoenigman).

Mahasiswaku: Sumber Dok pribadi

Jadi, budaya itu bukan hanya artefak yang bisa diraba (tangible) dan konkret, melainkan juga yang tidak bisa diraba (intangible) dan abstrak. Budaya itu ada sejak dalam pikiran (mind), sebagai wujud ideal—ide-ide, gagasan, nilai, norma, dan sebagai yang bersifat abstrak—letaknya di dalam pikiran masyarakat, dan baru terletak di karya buku jika ditulis. Dari wujud gagasan menjadi wujud aktivitas atau tindakan yang berpola dan sifatnya konkret—saling berinteraksi, bergaul, dan berkarya. Nah, hasil dari wujud aktivitas inilah lahirlah wujud artefak budaya.

Dengan demikian, wujud budaya ideal bisa jadi merupakan sumber yang membangkitkan, mengatur, dan sekaligus memberi arah kepada tindakan dan karya (artefak) manusia. Adanya tempat-tempat bersejarah seantero jagad bersumber dari pikiran sebagian masyarakat setempat, lalu digarap sedemikian rupa sehingga berdirilah tempat-tempat bersejarah itu. Borobudur, Tembok China, Piramid, dan sebagainya tidak pernah ada andaikata tidak dipikirkan sebelumnya.

Sekarang, apakah budaya popular (budaya pop)? Populer itu mengacu ke masyarakat banyak (people)—bukan sekadar kelompok kecil atau komunitas. Ini masyarakat banyak. Budaya pop bisa dipahamai sebagai budaya yang dianut oleh masyarakat banyak atau massa—sehingga ia juga dilihat dari perspektif lain sebagai budaya massa (karena diproduksi secara massa). So, budaya pop itu sengaja diproduksi (secara instan) untuk konsumsi masyarakat massa.

Kok memproduksi budaya? Ya, budaya dijadikan komoditas (commodity), barang dagangan, untuk diperjualbelikan. Budaya bisa diproduksi untuk menghasilkan berbagai keuntungan, termasuk keuntungan ekonomi, keuntungan politik, dan (terutama) keuntungan budaya. Bagaimana pun, budaya harus dinamis, berkembang dan dikembangkan—sejalan dengan perkembangan hidup manusia. Jurus jitunya adalah menganggap budaya sebagai komoditas. Istilahnya adalah komodifikasi budaya (commodification of culture).

Dalam proses komodifikasi budaya, yang bermain sebagai pemain utama tentu para pelaku industri  budaya (cultural industry ). Gagasan-gagasan memang bisa berasal dari para intelektual yang hebat-hebat di kampus atau laboratorium mentereng. Namun, pelaku di lapangan yang sangat menentukan adalah para kapitalis yang bergerak dalam industri  budaya. Mereka memiliki kapital untuk mewujudkan gagasan-gagasan budaya ke dalam produk yang mahal.

Para kapitalis industri budaya tentu cerdas mempertimbangkan produk yang akan dijual. Sebutlah ayam goreng MacDonald. Nasi ayam goreng hanya seharga 10 ribu di warung, misalnya, bisa seharga 20 ribu di resto MacDonald. Mengapa? Ayam dikomodifikasi sebagai produk (product) dengan kualitas dan kemasan (sekali lagi kemasan!) yang prima, lalu diberi harga (price), dipajang pada tempat (place) yang terhormat, juga disosialisasikan lewat promosi (promotion), dan ditangani oleh orang-orang (people) yang profesional.

Coba bandingkan dengan ayam yang disajikan di warung. Okelah, mungkin rasanya sama enaknya dengan produk MacDonald. Namun, apakah ayam goreng warungan sudah dikemas menarik dan disajikan dengan sentuhan para pramusaji yang profesional, apakah warungnya keren, higinis dan ber-AC, dan pernahkah dipromosikan lewat iklan? Ini pertanda, mindset MacDonald adalah komodifikasi ayam goreng, sedangkan warung itu hanya menjualnya. Beda mindset, beda penggarapan, beda pula hasilnya.

Ayam goreng yang diproduksi MacDonald adalah salah satu produk budaya pop. Ia merupakan contoh makanan instan (fast food) yang kini merajai bisnis makanan di dunia. Ya, bisnis kuliner itu jaringan industri  budaya dalam bidang kuliner yang hari demi hari bergerak melintas negeri asalnya. Makanan-minuman dari negeri maju menggelontor ruang-ruang pergaulan dan kehidupan negeri kurang maju—dan bukan sebaliknya secara penuh. Silakan buktikan, apakah MacDonald, KFC, Coca Cola, dan sejenisnya ada di mana pun di sudut-sudut bumi ini. Sebaliknya, apakah nasi pecel sudah ada di New York, London, atau Tokyo?

Persebaran budaya pop ke sebarang ruang itu dimungkinkan oleh adanya kekuatan kapital yang dimiliki oleh para pelaku industri budaya. Dengan kekuatan kapitalnya, mereka mampu menjalankan 5-P di atas dengan sangat bagus, dengan menembus tembok-tembok politik dan budaya secara gigih. Tempat-tempat yang semula diprediksikan tidak tertembus, akhirnya tembus juga. Masyarakat lah yang mengharapkan hadirnya budaya baru.

Media (barisan media) dimainkan untuk menjualkan budaya pop. Selain sebagai produk budaya, media sekaligus sangat efektif difungsikan sebagai alat promosi budaya pop. Dulu televisi, radio, surat kabar, majalah adalah media yang berdampak luas. Sekarang, media sosial mengambil alih fungsi televisi dan kawan-kawan hampir sepenuhnya. Begitu melimpahnya penggunaan media sosial di dalam masyarakat menyebabkan mulusnya penyebaran budaya pop. Kita seakan dirubung budaya pop setiap waktu.

Nah, adakah produk budaya pop selain kuliner? Tentu saja ada! Ada fashion, musik, dan sebagainya. Hanya saja, ini akan menjadi catatan pada sesi berikutnya. Insyaallah kita akan terus belajar bersama, saling berbagi, saling menguatkan. Wallahu a’lam bishshawab.[]

Kabede Gresik, Selasa, 3/2/2021

N.B. Jangan lupa meninggalkan jejak komentar. Terima kasih.

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

63 thoughts on “MEMAHAMI BUDAYA POPULER”

  1. Tulisan yang menggelitik keingin-tahuan mahasiswa yang baru mengenal budaya populer. Mereka akan senang bila diajak melakukan refleksi seberapa jauh hidup mereka terpapar pada budaya populer.

    1. Much. Khoiri says:

      Terima kasih, B Tiwik. Komen yang bagus

    2. Siti Maulidaturrokhmah says:

      Terima kasih sudah menulis artikel mengenai pop culture Pak khoiri. Ini sangat membantu saya dalam memahami materi pop culture. Ditambah lagi dengan pemberian contoh yang sangat related dengan permasalahan saat ini. Siti Maulidaturrokhmah (19-A)

  2. hazelnad says:

    Wahhh artikel dari bapak keren sekali><
    Seperti rangkuman selama perkuliahan tadi pagi dengan bapak. Terima kasih pak sudah membagikan ilmunya^^

    1. admin says:

      Terima kasih ya, ini sengaja saya buatkan untuk memberi catatan tambahan bagi catatan pribadi Anda.

    2. Gusti Lena N says:

      Penjelasan tentang budaya pop lebih mudah dipahami saat bapak mencontohkan fenomena fast food yang ada di sekitar kita. Matur nuwun Pak Khoiri. 🙏🏼

    3. admin says:

      Semoga bermanfaat.

  3. Annisa Nur F says:

    Membuka pemahaman tentang budaya populer merupakan hasil komoditi kapitalis dan bagaimana hal tersebut sedikit banyak mempengaruhi kehidupan di berbagai aspek. Terima kasih, pak. Sangat bermanfaat.

    1. admin says:

      Oke, terima kasih ya, Annisa. Insyaallah setelah ini, Annisa akan menyelami matkul ini dengan menyenangkan.

  4. Khikma Ami says:

    Well-written article, semakin menambah keingintahuan saya mengenai budaya pop lebih jauh lagi.

    1. admin says:

      Ami, terima kasih ya. Saling belajar, saling mengisi, saling menguatkan. Itu penting kita resapi selama belajar bersama.

    2. Annisa Intan Purnama 18-A says:

      Selama perkuliahan berlangsung, sering kali saya tertampar fakta bahwa selama ini saya ternyata telah terpapar budaya pup culture. Ditunjukkan dengan fashion yg sebagian besar saya cari melalui internet dan beberapa rekomendasi dari fashion luar negeri. Begitu juga musik dan budaya kpop yg belakangan ini sangat digemari. Ada hal-hal yg saling berhubungan seperti halnya yg telah bapak sampaikan mengenai cultural industry yg menjadikan budaya pop bisa di industrialisasikan. Saya semakin tertarik dengan materi-materi selanjutnya akan saya pelajari pada pertemuan-pertemuan berikutnya di kelas Popular Culture bersama dengan Pak Khoiri dan teman-teman.

      1. admin says:

        Memang, hakikatnya, kita telah terpapar budaya pop, Annisa. Selami lebih jauh matkul ini, dan kamu akan makin sadar bahwa kamu terpapar “parah”…hehehe

  5. Es Teh Mawar says:

    Tulisan Bapak menggugah rasa penasaran saya terhadap produk budaya pop lainnya yang belum dibicarakan. Terima kasih sudah menyediakan Ruang Kuliah sebagai bacaan mahasiswa, Pak. Saya menantikan pembahasan dan tulisan Bapak selanjutnya.

    1. admin says:

      Terima kasih banya atas apresiasinya. Mudah2an saya bisa ajek menuliskan catatan materi kuliah setiap sesinya.

  6. Syani DF says:

    Indeed, budaya populer memang sangat menyenangkan untuk diulas lebih dalam. Tulisan Bapak berhasil menarik perhatian saya untuk mengulik lebih jauh mengenai budaya populer di berbagai tempat dan generasi. Terima kasih atas tulisan yang sangat bermanfaat. Saya sangat menantikan perkuliahan selanjutnya~ Stay healthy, Bapak!

    1. admin says:

      Oke, terima kasih, Syani. Kamu termasuk mahasiswa yang antusias dg matkul ini. Semoga memperoleh kemudahan dalam menjalani dan memahaminya.

    2. Delviannie Hendika Ristanti (19-A) says:

      Wah, sepertinya nasi pecel perlu dibungkus dengan packaging menarik, dijual di tempat yang ber-AC dan berkelas, juga pak. Siapa tahu, nasi pecel juga bisa mendunia seperti ayam goreng McD dan KFC. 😁
      Terima kasih atas ilmunya, Pak Khoiri 🙏

  7. Alzaocta 18-A says:

    Tulisan bapak bisa membantu membuka cakrawala berpikir mengenai apa itu budaya, ternyata bukan hanya sekedar sebuah kata belaka namun juga menjadi sebuah lingkup yang bisa menjadi citraan dari masyarakat. Sangat membantu sekali, dan saya harap bisa belajar lebih dari bapak.

    1. admin says:

      Terima kasih, Alza Octa. Ayo terus belajar. Pop culture sangat menyenangkan.

  8. Ferry Subagya says:

    Budaya populer yang beredar jaman sekarang sekejap merubah cara pandang hidup kita, seperti yang dijelaskan di artikel ini. Dengan mengambil sudut pandang dari artikel ini, kita sadar bahwa kita sekarang hidup di dunia yang serba cepat. Well done sir.

    1. admin says:

      Betul, Ferry, kita hidup dalam dunia yang sangat disruptif. Berubah cepat dan dahsyat.

  9. Novelina Filzah says:

    Tulisan bapak menambah wawasan saya tentang apa budaya populer itu. Dengan memberikan beberapa contoh pop culture yg sudah marak terjadi di kehidupan masyarakat, semakin menggugah keinginan saya untuk belajar dan menelaah lebih dalam tentang budaya populer yang semakin dikenal oleh masyarakat umum.

    1. admin says:

      Terima kasih, Novelina. Selamat belajar dan menelaah lebih dalam tentang budaya populer.

  10. Wah tulisan yang sangat informatif sekali. Selama ini ketika saya berpikir tentang budaya mungkin hanya sebatas akal atau adat istiadat suatu daerah saja. Ternyata dalam tulisan ini dapat membuka pikiran saya bahwa ruang lingkup budaya itu sangatlah luas. Bahkan bersangkutan dengan bidang ekonomi. Tak ayal jika para kapitalis yang bergelut di dunia industri berbondong bondong untuk menciptakan produk budaya agar digemari massa. Terima kasih Pak, ilmunya sangat bermanfaat.

    1. admin says:

      Betul sekali, Hasna, ruang lingkup budaya itu sangatlah luas

  11. Titis Tri Ningtyas 2018 A says:

    Sangat membantu melengkapi catatan saya pak, terimakasih banyak. Tapi masih ada satu pertanyaan yang mengganjal, menurut bapak lebih duluan budaya atau manusia dulu? Mengingat penjelasan di atas, budaya berawal dari wujud² abstrak (gagasan) terlebih dahulu baru kemudian terbentuklah aktivitas². Nah, gagasan kan baru ada kalau manusianya berpikir. Jadi duluan manusianya ya pak daripada budaya?
    Pertanyaan selanjutnya, apakah ada suatu ukuran (parameter) tertentu untuk sebuah budaya sehingga bisa dianggap populer? Penjelasan di atas bisa disimpulkan kalau suatu budaya harus ‘menjangkau’ seluruh dunia dulu, ex: McD (dalam artian luas daerah yg dijangkau). Kalau populernya hanya di negara tertentu (misal Indonesia saja, atau Singapura saja) belum bisa dikatakan budaya populer ya pak?
    Terimakasih pak 😊😊

    1. admin says:

      Terima kasih, Titis.
      1) Ukurannya adalah karakteristik. Aapakah karakteristik budaya pop terpenuhi ada di dalam suatu masyarakat? Hal ini akan kita bahasa pada pertemuan selanjutnya.

      2) Budaya pop bisa terjadi di mana saja, sebab ia bisa juga merupakan hasil reproduksi atau re-kreasi dari budaya pop yang sudah ada sebelumnya. Bukankah selalu terjadi dinamika budaya dalam hidup ini?

      1. admin says:

        O ya, tambahan untuk nomor 1, manakah yang lebih dulu, manusia atau budaya. Ayo ingat perkuliahan kita Indonesian Society and Culture. Tentu saja, manusia ada dulu ada, lalu manusia menciptakan budaya dan menghayatinya. Namun, dalam prosesnya, budaya yang sudah ada bisa “mempengaruhi” manusia generasi berikutnya, dan manusia generasi kedua ini juga membangun budaya mereka, begitu seterusnya.

  12. M. Irsyad Rasyid R says:

    Catatan ini memberikan kita informasi bahwa ruang lingkup budaya populer sangat luas dan dekat dengan kehidupan kita. Terimakasih pak

    1. admin says:

      Terima kasih, Irsyad. Semangat, terus belajar, salam sukses

  13. Irma Puspita 18-A says:

    Saya sangat suka dengan tulisan bapak ini karena menambah wawasan saya tentang apa budaya populer itu. Tulisan ini menggugah keinginan saya untuk lebih belajar dan menelaah jauh tentang budaya populer di dalam masyarakat umum.

    1. admin says:

      Irma, terima kasih ya, semangat ya utk mengeksplor tentang budaya pop dalam kehidupan sehari hari.

  14. Delviannie Hendika Ristanti (19-A) says:

    Wah, sepertinya nasi pecel perlu dibungkus dengan packaging menawan hati, dijual di tempat yang ber-AC dan berkelas, juga pak. Siapa tahu, nasi pecel juga bisa mendunia seperti ayam goreng McD dan KFC. ☺️ Terima kasih atas ilmunya, Pak Khoiri 🙏

  15. Silvia Andaresta says:

    Fenomena fast food dalam lingkup kekinian memang sangat luas pak, setelah membaca tulisan ini saya sangat menantikan kelanjutan contoh yang lain seperti musik, misalnya, sebab saya sendiri suka sekali dengan eksplorasi musik dari berbagai genre. Semangat pagi Pak Khoiri.
    (19-A)

  16. Silvia Andaresta (19-A) says:

    Fenomena fast food dalam lingkup kekinian memang sangat luas pak, setelah membaca tulisan ini saya sangat menantikan kelanjutan contoh yang lain seperti musik, misalnya, sebab saya sendiri suka sekali dengan eksplorasi musik dari berbagai genre. Semangat pagi Pak Khoiri.

  17. Almira WR (19A) says:

    Penjelasan Bapak di sini jelas sekali. Dari tulisan ini, saya jadi sadar betapa dekatnya budaya pop dengan masyarakat. Terima kasih, Pak. Saya akan baca beberapa tulisan Bapak di blog ini.

  18. Maulidya Noor Putri PLB19A says:

    terima kasih telah memberikan catatan yang sangat bagus ini bapak, semoga di pertemuan selanjutnya saya bisa mengikuti perkuliahan dengan sangat baik.

    1. Inas Amatullah M 19-A says:

      Terima kasih pak Khoiri penjelasannya sangat mudah dipahami, dengan contoh yang simpel dan mudah ditemui. Tanpa sadar ternyata saya pun juga terpapar popular culture dari segala aspek, termasuk makanan karena saya sangat suka makanan ala jepang. Saya perlu banyak belajar lebih tentang topik ini dan yang lainnya dari pak Khoiri. Sekali lagi terima kasih banyak karena materinya sangat bermanfaat

  19. Syifaa Khoirunnisaa (19-A) says:

    Informatif sekali Bapak, setelah membaca ini saya jadi ingin memperdalam terkait budaya. Ternyata memang tidak hanya tentang adat istiadat, namun masih bisa di eksplor lebih luas lagi, dan ternyata budaya pop juga bisa dilihat dari sisi fashion, musik dan lain sebagainya yang mana banyak hobi saya disituu😄😄 Terimakasih banyak Pak Khoiri^^

  20. Ephrilia Noor Fitriana says:

    Pengantar yang tepat dan ringkas utk memandu mahasiswa mengkaji lebih tentang Popular Culture. Saya pribadi juga sangat bisa relate dengan tulisan ini. Terima kasih atas ilmu yg dibagikan, Sir. 😊

  21. Farhan Alibasjah (19-A) says:

    Setelah membaca tulisan Bapak ini, Saya semakin yakin bahwa jika berbicara mengenai Budaya Pop memang tidak terlepas dari peran besar media. Terutama akhir akhir ini saya melihat akan munculnya fenomena drama korea yang sukses memikat penonton terutama dari masyarakat kita sendiri di Indonesia dan tidak ketinggalan juga dengan musik K-Pop nya. Terima kasih banyak atas tulisan yang sangat menarik ini, Pak. Menarik untuk ditunggu kelanjutan tulisan Bapak di blog ini.👍

  22. Farradifa Natasya S (19-A) says:

    Artikel ini sangat bermanfaat untuk menambah pemahaman mengenai popular culture. Bahasa yang digunakan sangat interaktif sehingga saya sebagai pembaca bisa menikmati tulisan ini. Pemaparan materi yang jelas serta disandingkan dengan contoh relevan yang berkaitan langsung dengan kehidupan sehari-hari membuat tulisan ini menjadi semakin mudah untuk dipahami. Terima kasih atas ilmunya, Pak.

  23. Britney Caren Joseph (19-A) says:

    Terima kasih atas ilmu yang dituang dalam artikel yang sangat informatif dan bermanfaat ini, Pak. Sangat membantu Kami, para mahasiswa, dalam meningkatkan wawasan terhadap Pop Culture. Illustrasi digambarkan dengan situasi Indonesia masa kini, sehingga menarik dan mudah untuk dipahami. Semoga sehat dan sukses selalu, Pak Khoiri. 😃👍🏻

  24. Rani Yulia Nuridzdzati- 19C says:

    I’d like to say thank you very much for sharing this crucial information through the website that I can access. By reading your publication now I know Popular Culture is intentional culture had made to take benefits or grow some aspects.
    Before I received this lecture I was only thinking Popular Culture is just culture that people follow to imitate foreigns do. By the same token, now I understand that culture commodity exist due to some factors.

  25. Lintang Novitasari says:

    Terimakasih Pak Khoiri, sungguh tulisan yang informatif & bermanfaat sekali 😊🙏 Dengan menyebutkan contoh Fast Food dan nasi pecel, saya jadi ingat ada salah satu tulisan “meme” yang pernah menyebutkan, “Nasi Pecel : 10.000” , “Javanese Salad with Peanut Sauce : 50.000” 😁 sungguh luar biasa sekali Pop Culture yang ternyata berdampingan dengan kita sampai saat ini.. saya akan menantikan contoh-contoh lainnya pada tulisan bapak ini, terimakasiih pak khoiri 😊🙏 (19-A)

  26. Cahyani Adelia Saputri says:

    Artikel yang sangat menarik pak 😃🙏🏻 tulisan yang membuat saya lebih bisa memahami budaya populer yang marak terjadi sekarang ini, terutama makanan fast food dengan bermacam-macam trend. Saya menunggu tulisan selanjutnya tentang fashion pak, kelihatannya akan lebih menarik😁 Terimakasih Pak Khoiri atas ilmunya🙏🏻🙏🏻 (19-A)

  27. Ditha Marshanda (19-A) says:

    Artikel yang sungguh menarik, mengingat saat ini di Indonesia, pop culture sudah melekat kuat pada masyarakat. Tulisan ini membuat saya lebih mengerti dan memahami keadaan sosial masa kini. Terlebih lagi, pop culture sudah menjamur di berbagai aspek kehidupan masyarakat dari komunikasi sehari-hari sampai marketing strategi oleh sebuah perusahaan. Saya akan menunggu artikel lain dengan topik berbeda, karena sangat menarik untuk dibaca, terima kasih pak…

  28. Naufal Aristo M (19-A) says:

    Cara menulis dan topik yang ada di artikel sungguh menarik. Dengan memberikan contoh yang sederhana dan mudah dicerna memudahkan kita dalam memahami apa itu pop culture. Ditunggu untuk pembahasan selanjutnya tentang fashion, musik, dll.

  29. Setelah membaca tulisan Bapak, Saya baru menyadari bahwa sudah terpapar oleh budaya popular, dengan memberikan contoh-contoh yang familiar sehingga Saya lebih memahami apa dan bagaimana budaya popular itu.

  30. Margareta Vania Renata (19-A) says:

    Awalnya saya belum menyadari bagaimana pop culture sudah sangat melekat dalam kehidupan bermasyarakat, namun setelah saya membaca tulisan bapak saya jadi menyadari bahwa kita hidup berdampingan dengan pop culture. Artikel ini, dengan ilustrasi yang sangat mudah dipahami telah membuka pemikiran saya mengenai pop culture, dan menggugah hati saya jadi ingin mempelajari pop culture lebih dalam lagi. Saya menantikan artikel menarik lainnya, terima kasih untuk artikel kali ini Pak 🙂 sangat bermanfaat

  31. Diah Ayu Veronika (19-A) says:

    Terimakasih Pak, telah menulis artikel ini. Artikel ini sangat membuka pikiran saya tentang budaya popular yang sangat familiar dengan kehidupan kita. Dengan memberikan contoh melalui makanan yaitu fast food sangat memudahkan saya memahami apa itu pop culture. Ditunggu artikel nenarik selanjutnya Pak

  32. Diah Ayu Veronika (19-A) says:

    Terimakasih Pak, telah menulis artikel ini. Artikel ini sangat membuka pikiran saya tentang budaya popular yang sangat familiar dengan kehidupan kita. Dengan memberikan contoh melalui makanan yaitu fast food sangat memudahkan saya memahami apa itu pop culture. Ditunggu artikel menarik selanjutnya Pak

  33. Dini Wahyu Cahyaningsih (19-C) says:

    Sangat informatif, Bapak. Setelah saya membaca tulisan ini, saya menjadi semakin paham bahwa Pop Culture memang telah menjangkau hampir seluruh sendi kehidupan masyarakat. Secara tidak sadar, kita memang hidup berdampingan dengan Budaya Pop yang semakin menjamur dan sudah menjadi tren tersendiri dikalangan masyarakat. Budaya Pop ternyata juga dapat digunakan dalam strategi pemasaran yang inovatif dan strategis. Selain itu, contoh ilustrasi yang relevan semakin memudahkan saya untuk memahami Pop Culture lebih baik lagi. Terimakasih untuk pembahasan ini, Pak. Ditunggu artikel menarik lain dari Pak Khoiri.

  34. sumintarsih says:

    Sekarang setiap orang boleh punya channel TV sendiri ya Pak? Budaya pop juga.

  35. Diana Nurlaila (19-A) says:

    Terima kasih banyak Pak Khoiri atas suguhan informasi budaya popular yang membuat saya sadar dan menyadari betapa kehidupan kita sehari-hari tidak akan mudah dilepaskan dari kungkungan budaya popular. Selain menjerat, budaya popular juga membombardir kehidupan manusia dengan banyaknya ide, aktivitas, dan artefak yang sangat menarik perhatian yang mana sering kali membuat kita merasa lelah berada didalamnya.
    Saya tidak sabar untuk berada di dalam kelas berdiskusi tentang budaya popular lebih dalam lagi.

  36. Alhamduliah, terima kasih pencerahannya pak. Melalui tulisan ini saya semakin mengerti apa itu pop culture dan apa saja contoh2nya yang ternyata sudah sangat melekat dan sudah banyak di”normal”kan di kehidupan masyarakat jaman sekarang.

  37. Sarah Khadijah (19-C) says:

    Sebuah artikel yang menarik dan sangat bermanfaat. Dengan membaca ini, saya terbantu dalam memahami apa itu pop culture dan produk-produknya yang berada dekat dengan kita dalam kehidupan sehari-hari. Tidak sabar menunggu pembahasan selanjutnya tentang produk pop culture lain seperti fashion dan musik. Terimakasih atas ilmunya, Pak 🙂

  38. Mellyna Putri Diniar (19-A) says:

    Terimaksih bapak, tulisannya sangat bermanfaat, mudah dicerna, dan dipahami. Setelah membaca tulisan di atas tentang popular culture, secara tidak sadar sebenarnya kita begitu dekat dengan popular culture itu sendiri terutama bagi masyarakat yang melek teknologi seperti kita. Tulisan di atas sangat menarik sehingga membuat saya tidak sabar untuk mengikuti kelas popular culture studies bersama Pak Khoiri kedepannya. 🙏

  39. Ryan Juliansyah F. (19-A) says:

    Artikelnya sangat menarik sekali pak membantu saya untuk mengenal lebih tentang popular culture dan bahkan saya baru menyadari tentang popular culture di sekeliling saya, seperti yang bapak sebutkan di artikel yaitu ayam goreng di MacDonald, KFC, dan lain-lain. Saya juga baru mengetahui bahwa budaya bisa dimodifikasi sehingga bisa menjadi salah satu aspek ekonomi.

    Terima kasih Pak Khoiri atas ilmunya yang sangat bermanfaat 🙏🏻

  40. Enlarry says:

    online cialis pharmacy Ubiquitin mediated protein degradation

  41. Nyuhhp says:

    tricor 200mg for sale buy tricor 200mg without prescription order tricor 200mg pills

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *