Oleh: Much. Khoiri
Ada sebuah berita baru: “Rhoma Irama menggugat rumah produksi PT SR Rp 1 miliar. Ada 30 lagunya yang diaransemen ulang dan diunggah di youtube tanpa izin.” Menurut tergugat, kontrak kerja dan pembayaran sudah diselesaikan dengan kuasa Bang Haji berinisial YM. Karena belum ada titik temu, kasus ini akan berproses lewat jalur hukum. (Jawa Pos, 21/02/2021).

Gambar: Dokumen Pribadi
Ilustrasi kasus Bang Haji tersebut bukanlah fokus tulisan ini. Ia hanya untuk menunjukkan bahwa hak cipta musik dan lagu—tepatnya dunia entertainmen—bisa diperjuangkan hingga meja hijau untuk mendapatkan keadilan. Bahkan, untuk arasemen 30 lagu, nilai gugatannya fantastis: 1 miliar rupiah. Maka, jadilah saya berefleksi dan dengan sedih mengakui bahwa belum pernah ada hak cipta buku diperjuangkan sedemikian itu. Jika aransemen lagu bisa diperkarakan, bagaimana dengan pembajakan karya buku? Bukan hanya menggubah dan plagiarisme, melainkan “lebih sadis” lagi: kebiasaan memfotokopi buku meraja-lela di mana-mana. Setiap ada kampus dan sekolah, di sana berjejer copy center. Ini pelanggaran hak cipta yang dibiarkan!
Hak cipta buku belumlah berdaya. Sudah tertulis sih di sampul dalam setiap buku, bahwa upaya memperbanyak isi buku akan mendapat sanksi pidana atau perdata. Namun, masyarakat kita pelit menghargai buku. Jangankan mengerti jerih payahnya menulis (sehingga empati terhadap upaya plagiarism dan pembajakan buku secara ilegal), sedangkan membaca pun belum dianggap penting. Kebiasaan memfotokopi buku ya akibat tidak dihargainya penulis. Mereka tidak merasa perbuatan fotokopi itu identik membajak penghasilan penulis. Btw, buku saya Rahasia Top Menulis (2014) pernah dibajak: awal Januari 2015 terpajang di 142 TB Gramedia, dua bulan kemudian sudah ditemukan buku bajakannya di pasar buku loak, harganya 50%. Nah, bagaimana mungkin urusan begini akan dibawa ke pengadilan?[]
Kabede, 23/02/2021
N.B. Terima kasih atas tanggapan dan link tulisan/website-blog Anda untuk dikunjungi.
Mantab…. ingin belajar dan saya yakin bisa. Terima kasih Master
Mantabs, Pak EsYe. Insyaallah dimudahkan. Aamiin
Memang menyedihkan ya pak, hak cipta penulis tidak benar-benar terlindungi. Semoga menjadi amalan yang benar2 bisa untuk investasi kita tidak hanya di dunia
Akhirnya, ya itu yang kita pegang, semoga menjadi amal jariyah
Menulis dan terus menuliiiiisss. Terus mencerdaskan anak bangsa.
Artigraf… baru bagi saya pak. Matur nuwun inspirasinya.
Sejak dulu ya fotokopi-fotokopi itu. Heem…
Semoga tulisan-tulisan kita dibayar di akhir……..at. Sebagai pemberat timbangan amalan kelak.
Sebutan saya utk tulisan saya, Her. Artigraf, artikel tiga paragraf. Akan sy rumuskan formulanya. Makasih telah mampir.
Diikhlasi saja… Allah Maha Mengetahui…dan Maha Mengatur…
Yang penting terus menulis… Makaten nggih Pak Emcho…
Tentu saja, sdh lama hal pembajakan tdk diurus, ya karena tdk sumbut.
Tetap menulis..
Sepakat, tetap beekarya
Kang …, tentang ketaberdayaan Hak Cipta Buku yang ibarat jatuh kemudian ditimpa tangga juga karena pajak atas royalti buku yang guuede bingit …. Ya, ada pengalaman menarik dari akuntan dan sastrawan Indonesia, Bang Darwis alias Tere Liye …. Dia sempat menarik hak edar atas semua buku-bukunya baik yang diterbitkan dua penerbit papan atas: Republika dan Gramedia sekitar tahun 2017-san. Sampai-sampai ada dugaan rupanya ada ancang-ancang mau melakukan self selling macam usaha Asma Nadia dan suaminya, Isa Alamsyah. Isa dan Asma sukses membangun self branding dengan (a) personal brand, (b) mengelola brand, dan (c) mengembangkan brand ….
Wow … menulis tak sekedar menjadi pendamping profesi, ia bisa bergeser menjadi profesi …. sebuah pilihan ….. Tabik, Kang ….
Memang, menulis bisa jadi profesi, writerpreneur.
Menarik, .. pertanyaan yang sering muncul dibenak kami para penulis newbie, setelah nulis, cetak, dan jual adalah.. siapa yang pembelinya ?
Sebuah ide marketing dalam penjualan buku adalah saat gramedia meluncurkan buku tetra loginya Ilana Tan medio 2013 an. Tak seorang waktu itu tahu siapa Illana Tan baik profil maupu fotonya. lalu tahu – tahu 4 bukunya laku keras… saya sampai berburu bukunya waktu itu.
Logika marketing