“DARI KELAS MENULIS MENUJU MAHAKARYA”

Oleh: MUCH. KHOIRI

HARI INI sebuah paket buku hadir ke rumah saya, saat saat duduk di teras memandangi tanaman hias dan bebungaan yang bergantungan. Inilah paket buku—tiga eksemplar buku—yang berjudul “Dari Kelas Menulis Menuju Mahakarya” (Desember 2020). Bersampul dasar biru, berlatar tumpukan buku, bertuliskan judul buku dan nama tim penulis berwarna merah dan putih.

Buku ini terkesan gagah dan elegan, memang. Namun, sejatinya bukan itu yang membuatnya gagah dan elegan; melainkan karena secara substantif di sana ada tiga nama editor: Amie Primarni, Sri Lestari Linawati, dan Hitta Alfi Muhimmah. Selain itu, ada penulis prolog untuk buku ini, Ngainun Naim, seorang akademisi penulis yang produktif. Adapun saya, yang didapuk sebagai penulis epilog buku, bertugas untuk membuat buku lebih pantas saja (masak ada prolognya, kok tidak ada epilognya?).

Sumber gambar: Dokumen Pribadi

Judul artikel epilog saya itu adalah ‘Epilog: Mendidik Diri Menjadi Penulis” (hal. 164-168). Saya hanya menegaskan betapa pentingnya mendidik diri dalam menulis—dengan reward and punishment di dalam prosesnya. Mungkin itu cocok untuk penyemangat bagi para penulis yang baru saja lulus dari workshop penulisan daring tersebut. Ah, lupakan saja! Langsung skip ke paragraf berikut ini.

Justru yang membahagiakan adalah bahwa buku “Dari Kelas Menulis Menuju Mahakarya” ini disusun oleh tim editor dari tulisan-tulisan para peserta workshop menulis yang diselenggarakan oleh Sahabat Pena Kita (SPK) secara daring. Tim editor termasuk panitia kecil dalam workshop penulisan daring itu—dengan narsum penulis prolog dan epilog di atas. Semua itu tak lepas dari Ketua SPK, M. Arfan Muammar, juga akademisi penulis.

Mengapa bahagia? Tentu saja, itu karena apa yang disampaikan di dalam kegiatan workshop dapat diserap dan dipraktikkan oleh para peserta dengan menulis artikel-artikel, dengan topik yang ditentukan, dalam batas waktu tertentu. Kemudian, artikel-artikel mereka dibesut oleh tim editor untuk dijadikan manuskrip buku. Lalu, dengan proses penerbitan, akhirnya manuskrip tersebut berubah menjadi buku yang gagah dan elegan ini.

Adapun para penulis antologi kelas menulis daring Sahabat Pena Kita adalah Amie Primarni, Sri Lestari Linawati, Syahrul, Hitta Alfi Muhimmah, Tetty Aman, Roinah, Nani Prihatini, Nurbaya, M. Ali Mursidi, Sukardi Abbas, Nurul Giswi Karomah, Zulkifli, Hamdani, Heny Murdianti, Azizah Herawati, Denik Isrowati, Ariati Dina, Yuliyanto, Saidang, dan Adiyana Adam.

Mungkin di mata penulis berpengalaman, kehadiran buku ini tidak mengesankan keistimewaan tertentu. Namun, bagi para penulis sendiri—yang baru menyelesaikan workshop menulis daring—buku ini merupakan tonggak perjuangan yang telah mencapai keberhasilan. Dengan kata lain, buku ini sangat penting, laksana prasasti, bagi mereka yang belum pernah menerbitkan buku, baik buku mandiri maupun buku antologi.

Selamat mendapatkan buku ini dan menikmatinya guna memetik inspirasi dan hikmahnya. Salam hangat dan salam literasi.[]

Kabede Gresik, 01/02/2021

Author: admin

MUCH. KHOIRI adalah dosen Kajian Budaya/Sastra dan Creative Writing, sponsor literasi, blogger, certified editor & writer 74 buku dari Unesa. Di antaranya "Kitab Kehidupan" (2021) dan "Menjerat Teror(isme): Eks Napiter Bicara, Keluarga Bersaksi" (2022).

300 thoughts on ““DARI KELAS MENULIS MENUJU MAHAKARYA””

  1. Amie Primarni says:

    Suwun Pak Emcho

    1. admin says:

      Sami-sami, Bu Ami. Saling menguatkan nggih.

  2. Hernawati says:

    Selalu menginspirasi. Selalu pagi.

    1. admin says:

      Makasih, Her. Makasih atas apresiasimu. You’ve also done the best so far.

  3. AshFah says:

    [url=https://bupropion.science/]bupropion online uk[/url]

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *